BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Kasus demam berdarah dengue di Lampung melonjak dalam sebulan terakhir. Sepanjang Januari 2019, jumlah penderita DBD sebanyak 1.159 orang. Tiga penderita DBD meninggal.
Tiga kasus meninggal terdiri dari dua kasus di Kabupaten Pringsewu dan satu kasus di Kabupaten Lampung Utara.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, jumlah penderita DBD bulan ini meningkat lebih dari empat kali lipat dibandingkan bulan sebelumnya. Desember 2018, jumlah penderita DBD tercatat 265 orang dan 2 orang meninggal.
”Kasus DBD terbanyak ada di Kabupaten Pringsewu dengan jumlah penderita 197 orang. Saat ini, kami terus meningkatkan kewaspadaan,” kata Kepala Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Lampung Asih Hendrastuti, Kamis (31/1/2019), di Bandar Lampung.
Kendati terjadi lonjakan kasus DBD, lanjut Asih, belum ada penetapan kejadian luar biasa (KLB) di wilayah terdampak DBD. Pihaknya masih terus memantau dan menganalisis perkembangan penyakit setiap hari.
”Sampai saat ini, belum ada kabupaten atau kota yang menetapkan KLB DBD. Karena itu, pemerintah provinsi juga belum menetapkan KLB. Kami masih menunggu perkembangan dari setiap kabupaten atau kota,” papar Asih.
Ia menjelaskan, pihaknya telah menyurati dinas terkait di semua kabupaten/kota untuk mewaspadai kasus DBD. Kader juru pemantau jentik di desa/kelurahan diminta berkeliling ke rumah warga. Selain memastikan agar tidak ada jentik nyamuk, kader jumantik juga membagikan serbuk abate.
Asih menambahkan, diperlukan peran warga untuk mengantisipasi bertambahnya kasus DBD. Caranya, masyarakat diminta mengaplikasikan 3M+, yakni menguras dan menutup rapat semua penampungan air, mengubur atau mendaur ulang barang bekas yang dapat menjadi tempat penampungan air, serta menghindari gigitan nyamuk dengan menggunakan losion antinyamuk.
Salah satu rumah sakit yang melayani pasien DBD adalah Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek, Bandar Lampung. Selama Januari 2019, terdapat 41 pasien yang dirawat di rumah sakit tersebut.
Kepala Bagian Humas RSUD Abdul Moeloek Akhmad Sapri menjelaskan, jumlah pasien DBD yang dirawat di rumah sakit tersebut meningkat dalam satu bulan terakhir. Pada Desember 2018, RSUD Abdul Moeloek hanya menerima 9 pasien.
”Adanya peningkatan pasien ini menjadi perhatian kami. Setelah dirawat intensif, sebagian besar pasien DBD sudah sembuh dan pulang ke rumahnya,” ucapnya.
Saat ini, masih ada tiga pasien yang dirawat di rumah sakit. Dua pasien adalah anak-anak dan satu pasien dewasa. ”Saat ini, kondisi ketiga pasien cukup stabil dan masih masa pemulihan,” katanya.
Salah satu pasien DBD yang masih dirawat di RSUD Abdul Moeloek adalah Putri A Gismiati (8). Bocah perempuan itu dirawat di rumah sakit itu sejak empat hari lalu.
Danang Baskoro (37), ayah Putri, menuturkan, kondisi kesehatan anak keduanya itu menurun setelah demam selama tiga hari. ”Saya khawatir karena juga belum lama ini anak sulung saya juga terkena DBD,” ucapnya.
Dia telah melaporkan kasus DBD yang menyerang kedua anaknya itu kepada perangkat desa. Harapannya, daerah tempat tinggalnya dapat segera mendapat penanganan pemberantasan sarang nyamuk dari pemerintah.