TANGERANG, KOMPAS — Pintu selatan Stasiun Cisauk, Kabupaten Tangerang, Banten, ditutup pada Kamis (31/1/2019) malam hingga dua tahun ke depan. Penutupan itu dilakukan untuk menjamin keselamatan penumpang, dengan adanya pembangunan proyek rumah susun dan apartemen di pintu selatan. Penutupan ini sekaligus menandai dimulainya penggunaan gedung baru stasiun.
Kepala Stasiun Cisauk Evan Dwi mengatakan, akses bagi penumpang menuju dan meninggalkan stasiun dipindahkan ke pintu gerbang sebelah utara rel kereta. ”Nanti pintu selatan ditutup dengan seng setelah kereta terakhir (ke arah Rangkasbitung) lewat, sekitar pukul 00.30,” kata Evan.
Untuk menuju pintu utara, penumpang kereta rel listrik (KRL) harus naik terlebih dahulu ke gedung baru stasiun kemudian keluar melalui salah satu dari sembilan pintu elektronik stasiun dengan menempelkan kartu. Uji coba selama satu minggu dimaksudkan untuk membiasakan penumpang menggunakan gedung dan pintu yang baru.
Selain pintu utara, akses lain menuju stasiun adalah melalui Terminal Bus Intermoda Bumi Serpong Damai (BSD). Terminal dan stasiun tersambung melalui jembatan layang sepanjang lebih kurang 300 meter.
Penutupan pintu selatan juga disebabkan adanya proyek rumah susun sederhana milik (rusunami) dan apartemen sederhana milik (anami). ”Kami belum ada akses jalan untuk menjamin keselamatan penumpang di area proyek. Jadi, pintu selatan akan ditutup sampai proyek selesai, kira-kira dua tahun. Nanti akan kami fungsikan lagi,” kata Evan.
Lantaran pintu selatan ditutup, lift dan eskalator di bagian selatan gedung baru stasiun pun tidak difungsikan. Pembelian tiket dan pengisian saldo multitrip untuk sementara juga hanya dapat dilakukan di loket sisi utara.
Salah satu penumpang, Siti Nursiah (48), sempat kebingungan saat mencoba akses baru melalui pintu utara. Biasanya, ia langsung dapat keluar melalui pintu selatan ke Jalan Raya Cisauk-Lapan. ”Saya baru sekali naik ke sini soalnya ada pemberitahuan pintu selatan bakal ditutup. Jadi bingung karena harus muter-muter,” ujarnya.
Modern
Meski belum terbiasa, Siti senang dengan pembangunan gedung baru. Menurut dia, gedung baru stasiun lebih modern dan nyaman.
Sendy (23) yang bekerja di dekat Stasiun Cisauk juga tertarik untuk naik ke gedung baru. Ia belum sempat naik ke gedung baru karena akses ke peron lebih dekat melalui pintu selatan. ”Tapi kayaknya bagus banget, lebih modern daripada stasiun-stasiun lainnya,” ucapnya.
Evan mengatakan, gedung baru Stasiun Cisauk dilengkapi dua eskalator dari sisi luar serta dua stasiun menuju peron. Terdapat empat lift prioritas untuk ibu hamil, warga lanjut usia, serta penyandang disabilitas. Lift tersebut dapat memuat satu kursi roda.
”Hidran juga ada empat. Apar (alat pemadam api ringan) juga lebih banyak dibandingkan stasiun-stasiun lain. Selain itu, ada ruang menyusui dan ruang P3K (pertolongan pertama pada kecelakaan),” kata Evan.
Enam kursi telah disediakan di ruang menyusui. Tersedia pula mushala di sebelah kedua ruang tersebut.
Ruang P3K telah lengkap dengan berbagai macam alat kesehatan, seperti dari kasur, kursi roda, tabung oksigen, tabung pensteril alat-alat kedokteran, stetoskop, dan kasa. Manajer Umum PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) Wawan Herawan mengatakan, tenaga medis dari PT KCI juga akan disiagakan untuk membantu kebutuhan medis para penumpang.
”Ada perawat yang stand by di sini. Ada juga dokter yang sebenarnya terpusat di Stasiun Juanda. Namun, dokter itu akan keliling terus di 79 stasiun KRL Jabodetabek,” kata Wawan
Wawan menambahkan, ruang menyusui merupakan salah satu terobosan baru di Stasiun Cisauk. Ia yakin semua fasilitas itu dapat memenuhi kebutuhan penumpang. Sebab, stasiun tersebut hanya dilalui sekitar 5.500 penumpang setiap hari dari 132 perjalanan KRL. Angka ini jauh dari 100.000-120.000 penumpang di Stasiun Tanah Abang sebagai stasiun transit.
Wawan mengatakan, pihaknya akan terus menambah perlengkapan untuk menunjang operasional stasiun. Pada Kamis sore, belasan kursi kerja beroda enam didatangkan untuk melengkapi ruang kerja pengelola stasiun. (KRISTIAN OKA PRASETYADI)