PADANG, KOMPAS — Sejumlah pihak terus mendorong agar Chatib Sulaiman, Ketua Markas Pertahanan Rakyat Daerah dalam Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI), yang gugur dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, ditetapkan menjadi pahlawan nasional. Chatib dinilai layak menjadi pahlawan nasional karena sudah memenuhi syarat dan kriteria sebagai pahlawan nasional sesuai aturan yang berlaku.
Satria Haris dari Yayasan Chatib Sulaiman di Padang, Sumatera Barat, Jumat (1/2/2019), mengatakan, syarat-syarat administrasi untuk pengajuan Chatib Sulaiman menjadi pahlawan nasional sudah siap. Syarat itu adalah buku dan dokumen tentang Chatib Sulaiman yang sudah diseminarkan serta surat rekomendasi dari kepala daerah.
”Semuanya sudah siap. Tinggal satu lagi, yakni film dokumenter tentang Chatib Sulaiman. Untuk film dokumenter, sudah disanggupi oleh Pemerintah Kota Padang Panjang,” kata Haris.
Seminar nasional tentang Chatib Sulaiman sudah dilakukan pada Sabtu (19/1/2019). Pada acara tersebut, juga dibedah dua buku tentang Chatib Sulaiman, yakni Chatib Sulaiman karya Hikmat Israr dan buku Sang Republiken-Biografi Chatib Sulaiman 1924-1949 karya Fikrul Hanif Sufyan.
Pada kegiatan yang merupakan rangkaian mengenang 70 tahun gugurnya Chatib Sulaiman dan pengajuannya sebagai pahlawan nasional itu, juga diluncurkan Yayasan Chatib Sulaiman.
Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit mengatakan, seminar nasional dan kegiatan lain yang telah diselenggarakan memang bagian dari upaya mendorong pengajuan Chatib Sulaiman sebagai pahlawan nasional. Pihaknya memastikan semua dokumen yang dibutuhkan dipersiapkan oleh instansi terkait, seperti Dinas Sosial, Dinas Kebudayaan, serta Badan Kesatuan Bangsa dan Politik.
Selain itu, momen Hari Tanpa Kendaraan Bermotor yang telah berjalan dua kali di kawasan Jalan Chatib Sulaiman, Padang juga menjadi bagian untuk membangkitkan kembali ingatan masyarakat sehingga dukungan terhadap Chatib agar ditetapkan sebagai pahlawan nasional semakin besar.
”Kami targetkan tahun ini diajukan. Terkait penetapan, akan sangat bergantung pada tim kepresidenan,” kata Nasrul.
Ketua Markas PDRI
Chatib Sulaiman adalah salah satu pejuang yang ikut dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sebelum gugur dalam peristiwa berdarah di Situjuah, Kabupaten Limapuluh Kota, Chatib Sulaiman dipercaya sebagai Ketua Markas Pertahanan Rakyat Daerah dalam Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI).
Chatib Sulaiman juga memimpin rapat penting di Lurah Kincia, Situjuh Batua, Kecamatan Situjuah. Rapat penting itu diketahui Belanda, maka terjadilah peristiwa berdarah pada 15 Januari 1949. Ia bersama 69 pejuang lainnya ikut gugur dibantai Belanda.
Sejarawan dan peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Asvi Warman Adam, dalam seminar itu mengatakan, Chatib memang sudah memenuhi syarat dan kriteria sebagai pahlawan nasional sesuai Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan.
”Pertama, beliau adalah orang yang berjuang sepanjang hayatnya. Tidak seketika, tetapi sejak kecil. Kedua, dia gugur untuk membela negara, dan ketika melakukan tugas melebihi kewajibannya,” kata Asvi.
Menurut Asvi, pada saat terakhir, sebelum gugur, Chatib masih mempertahankan instruksi gubernur militer dan tetap membela diri. Selain itu, sosok Chatib tidak hanya orang yang berhasil mempersatukan elite militer dengan sipil, tetapi juga menggerakkan masyarakat Sumatera Tengah untuk berperang.
”Chatib juga memprakarsai Giyugun atau cikal bakal Tentara Nasional Indonesia di Sumatera. Selain itu, dia juga menggerakkan perekonomian rakyat melalui Persatuan Pedagang Bumi Putra, koperasi, dan bank nasional. Artinya, Chatib bergerak dalam banyak bidang untuk memajukan rakyat dan menghadapi penjajah,” kata Asvi.
Chatib juga memprakarsai Giyugun atau cikal bakal Tentara Nasional Indonesia di Sumatera. Selain itu, dia juga menggerakkan perekonomian rakyat melalui Persatuan Pedagang Bumi Putra, koperasi, dan bank nasional.
Asvi menambahkan, dengan diakuinya Deklarasi PDRI (19 Desember 1948) melalui penetapan 19 Desember sebagai Hari Bela Negara, kesempatan untuk mendorong Chatib sebagai pahlawan nasional semakin besar. Apalagi tokoh PDRI, yakni Sjafruddin Prawiranegara, sudah ditetapkan sebagai pahlawan nasional.
”Setelah (berkas) diserahkan ke kementerian, tentu perlu ada pendekatan. Perlu ada desakan agar Chatib Sulaiman ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Kalau tidak mendesak, sulit apalagi banyak calon pahlawan nasional lain. Organisasi seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah juga pasti punya banyak pahlawan,” kata Asvi.
Anak-anak Chatib Sulaiman yang ditemui Kompas pada seminar tersebut juga berharap perjuangan mereka kali ini berhasil. ”Kami berharap, dengan berbagai langkah penting yang telah dilakukan, termasuk seminar, bisa menjadikan Chatib Sulaiman sebagai pahlawan nasional,” kata anak Chatib, Kasman Chatib (74), didampingi saudaranya, Sudirman Chatib (72).