DEPOK, KOMPAS -- Jumlah kasus dan korban jiwa karena penyakit demam berdarah dengue atau DBD di Jawa Barat terus bertambah. Sepanjang Januari 2019, dari 2.461 kasus penderita DBD setidaknya 18 orang meninggal.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Jawa Barat Widyawati, Jumat (1/2/2019) mengatakan, tiga hari lalu jumlah korban jiwa 14 orang dan kini sudah mencapai 18 orang.
Para korban jiwa tersebar di Kabupaten Bandung Barat (3 orang), Kota Bogor (3 orang), Kabupaten Bandung (3 orang), Cianjur (2 orang), Bekasi (2 orang), Depok (2 orang), Sukabumi (1 orang), Kota Bandung (1 orang), dan Kabupaten Bogor (1 orang).
Adapun jumlah kasus selama tiga hari terakhir bertambah 257 kasus. Kasus DBD terjadi di 27 kabupaten/kota seluruh Jawa Barat. Kota Depok menjadi daerah dengan jumlah kasus terbanyak dengan 319 kasus, diikuti Kabupaten Bandung Barat 277 kasus, Kabupaten Bandung 236 kasus, Kota Bandung 224 kasus, dan Kota Cimahi 200 kasus.
Menurut Widyawati, jumlah korban jiwa dan kasus Januari 2019 telah melampaui periode Januari 2018 dengan empat korban jiwa dan 960 kasus. Jumlahnya juga telah melampaui rata-rata kasus per bulan pada 2018 sekitar 954,83 kasus. Total kasus pada 2018 mencapai 11.458 kasus, dengan 57 korban jiwa).
"Sekarang statusnya peningkatan kasus," kata Widyawati ketika dihubungi dari Depok.
Meskipun jumlah kasus meningkat dari hari ke hari, rumah sakit di Jawa Barat masih bisa menampung pasien DBD. "Mudah-mudahan nanti masih bisa (menampung pasien)," ujar Widyawati.
Sementara itu, peningkatan jumlah kasus terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Depok. Total sejak awal tahun hingga Jumat pukul 09.45 telah 206 warga yang datang berobat ke rumah sakit itu. Saat ini, 22 orang pasien masih dirawat, yaitu 12 orang dewasa dan 10 anak-anak.
"Sampai saat ini rumah sakit masih bisa menampung pasien DBD. Jika nanti penuh, kami akan mencarikan rujukan, berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Depok," kata Humas RSUD Depok Satya Hadi Saputra.
Pencegahan
Widyawati melanjutkan, jumlah kasus berpotensi terus meningkat seiring berlangsungnya musim hujan. Genangan air merupakan salah satu tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti, sumber penularan DBD.
Oleh sebab itu, Widyawati tak hentinya mengimbau masyarakat untuk menggalakkan program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di rumah masing-masing. Setiap rumah mesti memiliki satu orang juru pemantau jentik nyamuk untuk mencegah pertumbuhan populasi nyamuk penyebab DBD.
Menurut Widyawati, tenaga-tenaga kesehatan di tiap-tiap puskesmas di Jawa Barat sudah berkeliling ke rumah-rumah warga untuk menggerakkan PSN. Namun, menurutnya gerakan itu butuh dukungan dan kesadaran dari warga. Mencegah kasus DBD tidak bisa hanya mengandalkan tenaga kesehatan.
"Teman-teman (tenaga kesehatan) di lapangan sedang kerja semua. Capek juga kalau hanya mengandalkan orang kesehatan. Bantuan dan kepedulian warga juga dibutuhkan. Mencegah DBD harus diawali dari diri kita sendiri karena rumah kan punya kita masing-masing," ujarnya.
Widyawati menambahkan, pihaknya juga melakukan pengasapan atau fogging di pemukiman yang positif ditemukan kasus DBD. Namun, itu hanya bisa untuk membunuh nyamuk dewasa.
"Pengasapan akan percuma jika jentiknya masih ada," ujar Widyawati.