JAKARTA, KOMPAS — Kanker menjadi salah satu penyakit mematikan di dunia. Jumlah penderita dan korban yang meninggal karena penyakit ini terus meningkat. Untuk itu deteksi dini penting. Selain itu, pencegahan. Kanker dapat dicegah dengan pola hidup sehat dan melakukan deteksi dini.
Berdasarkan laporan Global Burden Cancer (Globocan), sejak 2008 hingga 2018 jumlah kasus kanker dan kematian akibat kanker terus meningkat.
Pada 2008, jumlah kasus kanker sebanyak 12,7 juta dan korban meninggal sebanyak 7,6 juta orang. Kemudian pada 2012 jumlah kasus kanker meningkat menjadi 14,1 juta dengan korban meninggal, 8,2 juta orang.
Di 2018, jumlah kasus kanker terus meningkat, menjadi 18,1 juta kasus dengan korban meninggal, 9,6 juta jiwa.
Pada 2040, diperkirakan akan terdapat 29,5 juta kasus baru dengan korban meninggal sebanyak 16,3 juta orang.
Berdasarkan perkiraan itu, maka di 2040, satu orang akan terdiagnosa kanker setiap 1,1 detik dan satu orang meninggal hampir setiap 2 detik.
Kemudian 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 6 perempuan akan menderita kanker sebelum umur 75 tahun. Selain itu, 1 dari 8 laki-laki dan 1 dari 12 perempuan akan meninggal karena kanker.
“Kanker membunuh lebih banyak dibandingkan penyakit jantung, stroke, tuberkulosis, dan HIV,” kata Ketua Komite Penanggulangan Kanker Nasional Soehartati A Gondhowiardjo dalam acara pelatihan pembicara pada peringatan Hari Kanker Dunia 2019, di Jakarta, Jumat (1/2/2019).
Soehartati mengatakan, Indonesia memang rawan terkena kanker.
Berdasarkan catatan Riset Kesehatan Dasar pada 2013, prevalensi kanker di Indonesia, yaitu 1,4 per 1.000 penduduk. Pada 2018 menjadi 1,79 per 1.000 penduduk. Pada 2018, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan membiayai 1,7 juta kasus kanker, nilainya Rp 2,7 triliun (Kompas, 1/2/2019).
Adapun faktor yang meningkatkan kemungkinan terkena kanker, yaitu usia, gender, dan kerentanan genetik. Selain itu, kotak dengan bahan-bahan kimia tertentu seperti tembakau, pengawet makanan, pewarna makanan, perasa, dan penyedap dapat menyebabkan kanker. Faktor lainnya karena diet yang tidak sehat dan virus.
Deteksi dini
Deteksi dini dapat dilakukan secara sederhana untuk mengetahui gejala kanker. Direktur Rumah Sakit Siloam Semanggi Adityawati Ganggaiswari menyarankan untuk melihat kebiasaan ketika buang air besar atau kecil. Apabila terjadi perubahan dan gangguan, maka perlu diperiksa ke rumah sakit atau dokter.
Gejala kanker juga dapat dilihat ketika ada gangguan alat pencernaan, susah menelan, dan suara serak atau batuk yang tak sembuh-sembuh. Juga dapat dilihat dari benjolan yang ada di payudara atau di bagian tubuh lain.
Adityawati mengatakan, ketika tahi lalat berubah menjadi besar dan gatal, serta darah atau lendir keluar dari tubuh secara tidak normal, maka perlu segera diperiksa ke dokter atau rumah sakit. Deteksi dini lainnya dapat dilakukan ketika ada koreng atau borok yang tidak kunjung sembuh.
Pencegahan
Sementara untuk pencegahan, Kanker dapat dicegah dengan pola hidup sehat. Soehartati menyarankan agar mengkonsumsi makanan yang memiliki serat tinggi seperti sayur dan buah. Selain itu, ganti makanan rendah lemak seperti daging merah dan daging olahan dengan ikan atau unggas.
“Hindari makanan awetan yang menggunakan zat kimia, pengasinan, dan pengasapan, serta hindari makanan yang memakai penyedap, perasa, dan pewarna. Selain itu, hindari alkohol dan tembakau,” kata Soehartati.
Ketua Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ RS Cipto Mangunkusumo Fiastuti Witjaksono menyarankan untuk menghindari konsumsi daging olahan seperti daging dalam kaleng, salami, pastrami, dan sejenisnnya. “Batasi konsumsi daging merah tiga kali dalam seminggu,” kata Fiastuti.
Fiastuti menuturkan metode memasak turut berpengaruh terhadap risiko kanker. Ia menyarankan untuk tidak memasak dengan panas yang terlalu tinggi dan lama, serta dibakar. “Paling aman dikukus. Selain itu, bisa dengan cara ditumis, tetapi jangan terlalu lama,” ujarnya.
Selain itu, Adityawati menganjurkan agar menjaga keseimbangan antara makan dan olahraga. “Kita harus banyak bergerak, kalau habis makan jangan langsung tidur,” ujar Adityawati.
Aktivitas fisik atau berolahraga setiap hari secara rutin minimal 30 menit. Olahraga paling sederhana, yaitu melakukan langkah seribu dan dapat dilakukan di dalam rumah. Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dapat membuat aliran darah menjadi bagus.
Soehartati menambahkan, perlu pula untuk membiasakan cuci tangan sebelum makan dan membersihkan mulut sebelum tidur.