JAKARTA, KOMPAS – Peluang Indonesia berprestasi tinggi pada SEA Games 2019 di Filipina dinilai sangat kecil. Pasalnya, banyak cabang andalan Indonesia, terutama saat Asian Games 2018, tidak dipertandingkan. Atas dasar itu, Indonesia perlu realistis dengan menjadikan ajang dua tahunan itu sebagai wadah regenerasi atlet untuk ajang yang lebih tinggi, seperti Olimpiade Tokyo 2020 atau Asian Games Hangzhou 2022.
Wakil Ketua I KONI Pusat Suwarno ditemui di Jakarta, Kamis (31/1/2019), mengatakan, Indonesia akan sangat kesulitan mengejar prestasi tinggi di SEA Games 2019. Walaupun Indonesia melejit saat Asian Games 2018, yakni berada di peringkat keempat Asia dengan 31 emas, 24 perak, dan 43 perunggu, bukan berarti Indonesia akan menjadi yang terbaik di SEA Games nanti.
Apalagi, Indonesia kehilangan banyak nomor andalannya pada SEA Games 2019. Pada ajang yang digelar Desember mendatang itu, silat yang menyumbang 14 emas untuk Indonesia saat Asian Games 2018, hanya dipertandingkan beberapa nomor saja. Sementara itu, panjang tebing yang menyumbang tiga emas tidak ada pada SEA Games nanti.
Di samping itu, peraturan SEA Games sangat berbeda dengan Asian Games dan Olimpiade. SEA Games sangat menguntungkan tuan rumah. Sebab, mereka hanya diwajibkan menggelar dua cabang Olimpiade, yakni atletik (46 nomor) dan akuatik (38 nomor).
Sedangkan sisa 30 cabang Olimpiade lainnya, boleh dipilih minimal 14 cabang saja. Untuk itu, tuan rumah bisa memilih cabang yang hanya menguntungkan mereka saja. Sisanya, Filipina bisa menggelar cabang-cabang lokal, seperti seni bela diri arnis di SEA Games 2019. Cabang-cabang lokal tersebut jelas hanya dikuasai negara tuan rumah. ”Dengan itu, negara-negara lain akan sulit menyaingi prestasi tuan rumah,” ujar Suwarno.
Adapun peringkat Filipina dalam dua SEA Games sebelumnya selalu berada di bawah Indonesia. Dengan menjadi tuan rumah, peringkat mereka pasti melejit dan kemungkinan besar berada di atas Indonesia. Untuk itu, peluang Indonesia menyodok ke papan atas klasemen akan semakin sulit.
Bahkan, KONI memprediksi Indonesia hanya berada di peringkat keenam. Pada SEA Games 2017, Indonesia berada di peringkat kelima (38 emas, 63 perak, dan 90 perunggu), dan pada SEA Games 2015 Indonesia di peringkat kelima (47 emas, 61 perak, dan 74 perunggu).
Oleh karena itu, lanjut Suwarno, Indonesia perlu berpikir realistis di SEA Games 2019. Pihaknya berharap Indonesia tidak fokus ke peringkat ataupun perolehan medali emas. Indonesia lebih baik memanfaatkan baik-baik ajang itu untuk melakukan regenerasi atlet guna disiapkan untuk ajang multi cabang lebih besar di kemudian hari.
Untuk itu, KONI sepakat dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga yang menargetkan akan menurunkan 60 persen atlet pelapis atau yunior pada SEA Games 2019. ”Itu sudah menjadi keputusan yang sangat bijak di tengah kondisi saat ini. Lebih baik kita fokus ke regenerasi dan berusaha mengejar prestasi lebih baik di Asian Games atau Olimpiade nanti,” ujar Suwarno.
Sulit mencapai target
Ketika ditanya target Kemenpora untuk meraih 52 emas, Suwarno menyampaikan, hal itu sah-sah saja. Namun, target itu pasti tidak mudah tercapai karena yang turun mayoritas adalah atlet pelapis atau yunior. ”Yah, boleh saja ada target itu. Tujuannya, agar cabang juga ada arah yang jelas. Tidak ikut sekadarnya. Tapi, tentu target itu tidak mudah tercapai karena kita lebih banyak menurunkan atlet pelapis atau yunior,” tuturnya.
Sebelumnya, Pelaksana Tugas Harian Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional Kemenpora Chandra Bhakti mengutarakan, pihaknya memang ingin memfokuskan regenerasi atlet pada SEA Games 2019. Sedangkan para atlet elite ataupun peraih medali saat Asian Games 2018, akan didorong untuk berprestasi lebih tinggi, terutama lolos dan meraih medali di Olimpiade 2020.
Terkait target 52 emas, hal itu untuk pemicu cabang tetap menyiapkan diri dengan optimal di SEA Games 2019 ini. ”Taget emas itu akan menjadi tolak ukur kita dan juga bahan evaluasi pertanggungjawaban cabang dalam menggunakan anggaran,” ujar Chandra.
Adapun Kemenpora menargetkan meraih medali emas di 22 cabang dari 56 cabang di SEA Games 2019. Sebanyak 23 cabang lain hanya berpeluang meraih medali. Cabang berpeluang emas akan memulai pelatnas pada Januari atau Februari. Sedangkan cabang yang hanya berpeluang medali, baru mejalani pelatnas pada April.
Sejauh ini, persiapan pelatnas masih berkutat dengan verifikasi proposal anggaran pelatnas 2019 yang diusulkan para cabang. Kemenpora berupaya mencairkan anggaran terlebih dahulu untuk cabang-cabang berpeluang emas agar persiapan mereka lebih matang.