Keputusan Bank Sentral AS Tambah Keyakinan Investor Asing
Oleh
hendriyo widi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Secara umum keputusan Bank Sentral Amerika Serikat menahan suku bunga acuan pada 2,25-2,5 persen merupakan sinyal positif bagi pasar modal. Keputusan tersebut berpotensi meningkatkan keyakinan investor asing dan domestik.
Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Hasan Fawzi, saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (1/2/2019) mengatakan, keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) menahan suku bunga acuan menguntungkan pasar modal di negara-negara berkembang, salah satunya Indonesia. BEI berharap tidak adanya kenaikan suku bunga bisa terus berlanjut.
“Kalau tidak ada kenaikan suku bunga acuan lebih lanjut, artinya, tidak ada risiko yang berlebihan terkait arus keluar modal dari pasar kita ke pasar AS,” ujar Hasan.
Kalau tidak ada kenaikan suku bunga acuan lebih lanjut, artinya, tidak ada risiko yang berlebihan terkait arus keluar modal dari pasar kita ke pasar AS.
Pada 2018, Bank Sentral AS empat kali menaikkan suku bunga acuan. Akibatnya, banyak dana asing yang keluar dari pasar keuangan khususnya pasar saham.
BEI mencatat, total transaksi beli atau net buy asing selama Januari 2019 mencapai Rp 13,8 triliun. Bahkan, net buy asing pada Januari sempat mencapai angka tertinggi yakni, Rp 25,35 triliun. Hal ini menunjukkan, dana-dana asing sudah mulai kembali ke pasar modal Indonesia. Para investor asing secara selektif mulai mengambil saham-saham yang ada di BEI.
Sementara itu, angka transaksi per hari pada Januari 2019 sebesar Rp 10,7 triliun. Angka tersebut meningkat dibandingkan periode yang sama di tahun lalu, yakni Rp 8,5 triliun per hari. Frekuensi transaksi harian juga mencatatkan rekor terbanyak yakni, 464.494 transaksi per hari dengan proporsi aktivitas transaksi investor domestik sebesar 65 persen.
“Berdasarkan catatan tahun lalu, secara umum terjadi penurunan harga-harga saham di BEI. Namun, sepanjang Januari 2019 ini, Indeks Harga Saham Gabungan kita naik sebesar 5,46 persen. Mudah-mudahan ini jadi momentum positif investor mengambil posisi di pasar modal kita,” tutur Hasan.
Ruang pertumbuhan
Kepala Riset Koneksi Capital Alfred Nainggolan mengatakan, keputusan Bank Sentral AS tidak menaikkan suku bunga acuan akan memberi ruang pertumbuhan lebih besar bagi perekonomian Indonesia.
”Tahun lalu, di tengah krisis perekonomian global dan kenaikan suku bunga acuan Indonesia bisa tetap bertumbuh. Jika tahun ini tidak ada kenaikan yang agresif kesempatan memperlebar ruang pertumbuhan pasti lebih besar,” kata Alfred.
Alfred memperkirakan, tahun ini ada tiga sektor investasi saham yang diprediksi akan bertumbuh yakni, perbankan, konstruksi dan infrastruktur. Sebab, ketiga sektor tersebut telah mencatatkan kinerja yang paling baik pada tahun lalu.
“Dari sisi pertumbuhan ketiga sektor tersebut punya peluang yang besar. Kinerja yang baik pada tahun lalu kemungkinan akan berlanjut hingga tahun ini,” tambah Alfred.
Tahun ini ada tiga sektor investasi saham yang diprediksi akan bertumbuh yakni, perbankan, konstruksi dan infrastruktur.
Dari sisi perbankan, tahun lalu, Alfred mencatat ada pertumbuhan kredit sebesar 8,5 persen. Padahal, suku bunga acuan terus meningkat sepanjang tahun. Dia memproyeksikan pada tahun ini sektor kredit perbankan akan tumbuh sekitar 12-15 persen.
Sementara itu, sektor konstruksi juga diperkirakan terus tumbuh karena proyek pembangunan masih terus beranjut. Permintaan sektor konstruksi sudah mencatatkan kenaikan sejak dua tahun belakangan, terlebih pada sektor konstruksi karya.
Adapun untuk sektor infrastruktur seperti telekomuniksasi diproyeksikan mencatatkan kinerja baik karena angka pertumbuhannya paling tinggi pada tahun lalu. Di saat pertumbuhan rata-rata ekonomi Indonesia berada di angka 5,7 persen, angka pertumbuhan sektor ini mencapai 9 persen.
“Ketiga sektor ini memang cukup kuat dibandingkan sektor lain, tetapi kami juga tidak melihat ada penurunan di sektor lainnya. Beberapa sektor seperti, komoditas dan konsumer kemungkinan juga akan tetap tumbuh,” kata Alfred. (KRISTI DWI UTAMI)