TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Partai Kebangkitan Bangsa terus menjaga dan merawat nilai-nilai persatuan seperti yang diamanatkan presiden ke-4 Indonesia Abdurrahman Wahid kepada seluruh kader PKB. Amanat itu juga memastikan bahwa politik kebangsaan akan tetap menjadi warna perjuangan PKB dalam menghadapi Pemilihan Umum 2019.
PKB mewujudkan nilai-nilai persatuan itu dalam refleksi perayaan Imlek 2570 di Gedung A.W Center, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (31/1/2019) malam. Acara itu sekaligus mengenang jasa KH Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur dalam memperjuangkan kebinekaan.
Ketua Umum PKB yang juga Wakil Ketua MPR Muhaimin Iskandar mengatakan, PKB akan menjadi garda terdepan dalam mengawal dan menjaga keberagaman Indonesia seperti yang diajarkan oleh pendiri PKB, Gus Dur.
”Kita akan tetap berpegang teguh kepada Pancasila dan kembali ke jalan kebinekaan,” kata Muhaimin yang biasa dipanggil Cak Imin dalam sambutan. Dia menambahkan, sejak didirikan, PKB memiliki empat prinsip yang tidak bisa ditawar, yakni Pancasila, kebinekaan, kemandirian ekonomi, dan kemanusiaan.
Di depan puluhan warga Tionghoa yang hadir, Cak Imin juga menyampaikan jasa-jasa Gus Dur dalam memperjuangkan hak ekonomi, sosial, dan politik warga Tionghoa. Hal itu mewujud ketika Gus Dur mencabut Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 14 Tahun 1967 karena bertentangan dengan UUD 1945.
Inpres tersebut mengatur bahwa perayaan agama dan istiadat China, seperti Cap Go Meh dan Imlek, tidak diperbolehkan dilakukan di depan umum, tetapi cukup dirayakan dalam lingkungan keluarga.
Namun, ketika Gus Dur menjabat presiden, inpres itu dicabut, lalu digantikan dengan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 6 Tahun 2000 yang menjamin warga Tionghoa untuk menjalankan kegiatan keagamaan, kepercayaan, dan adat istiadat mereka secara terbuka.
”Ini pula yang melandasi mengapa setiap tahun PKB sebagai satu-satunya partai politik yang tidak pernah absen dalam menyambut Imlek. Karena perayaan Imlek adalah salah satu wujud penolakan kami terhadap bentuk diskriminasi,” kata Cak Imin.
Tahun ke-19
Setelah Gus Dur menetapkan Keppres Nomor 6 Tahun 2000, acara refleksi Imlek menjadi tradisi yang dijalankan oleh PKB dari 2001 hingga saat ini. Tradisi ini sekaligus menjaga warisan Gus Dur yang semasa hidupnya aktif membela kelompok minoritas atau mereka yang terpinggirkan.
Ketua panitia yang juga calon anggota legislatif DPR PKB Daerah Pemilihan Banten III (Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan), Ardy Susanto, mengatakan, tradisi ini mulanya hanya dirayakan di Kantor Dewan Pimpinan Pusat PKB selama 17 tahun. Baru pada 2018, tradisi ini dirayakan di luar kantor PKB.
”Karena kami ingin lebih mendekatkan diri ke teman-teman dan saudara-saudara kita yang lainnya dan ternyata antusiasmenya tinggi,” kata Ardy.
Acara refleksi Imlek 2570 yang dibuka dengan doa lintas agama itu juga mendoakan agar Pemilihan Umum 2019 berjalan lancar dan terhindar dari isu-isu yang mampu memecah belah bangsa. Para perwakilan dari setiap agama menyimbolkan persatuan dengan saling berjabat tangan seusai doa.
Daniel Johan, Wakil Ketua Komisi IV DPR sekaligus Wasekjen PKB, mengatakan, 19 tahun refleksi Imlek ini merupakan tanda perjuangan konkret PKB dalam menolak diskriminasi yang mengatasnamakan agama, suku, golongan, dan ras.
Sementara bagi Cak Imin, acara refleksi Imlek ini menegaskan apa yang pernah dikatakan oleh Gus Dur bahwa tidak penting apa pun agama atau sukumu, selama kamu bisa berbuat baik kepada semua orang, orang tidak pernah bertanya apa agamamu dan tetap menerimamu dengan baik. (DIONISIO DAMARA)