Lebih dari 200 pilar penyangga jalur kereta ringan (LRT) berdiri berjajar sepanjang Cibubur hingga Cawang. Namun, melaju di atas jalur LRT itu masih jadi angan-angan sampai 2021.
Jalur Cibubur-Cawang yang telah berdiri itu merupakan salah satu lintasan LRT Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (Jabodebek). Masyarakat mesti menanti lebih lama lantaran pembebasan lahan untuk depo di kawasan Kabupaten Bekasi yang seluas 10 hektar. Pengoperasiannya pun mundur 22 bulan, hingga April 2021.
Pembangunan depo sangat krusial karena menjadi satu-satunya tempat parkir gerbong kereta yang melintasi Cibubur-Cawang, Bekasi-Cawang, dan Cawang-Dukuh Atas. Nantinya, depo itu akan menampung 32 rangkaian kereta atau trainset.
Molornya pengoperasian LRT Jabodebek mengejutkan W Shabrina (24), warga Bekasi. ”Saya merasa kaget dan sedih. Saya pikir, tahun ini saya bisa pergi ke kantor dengan LRT,” ucapnya kepada Kompas, Jumat (1/2/2019).
Saat ini, Shabrina mengandalkan kereta rel listrik (KRL) untuk pergi ke kantornya di kawasan Jakarta. Dia menghabiskan waktu 10-20 menit untuk perjalanan dari rumah ke stasiun terdekat, yakni Stasiun Bekasi.
Padahal, Shabrina mengatakan, jalur LRT lebih dekat dari rumahnya. Artinya, dia berpeluang lebih mudah menjangkau stasiun LRT terdekat dibandingkan stasiun KRL.
Berdasarkan catatan Kompas, pada Februari 2018, pemerintah optimistis proyek LRT Jabodebek dapat selesai pada 2019. Saat itu, tingkat perkembangan proyek telah mencapai 32,83 persen.
Total lintasan LRT Jabodebek fase I ini mencapai 44,43 kilometer (km). Direktur Operasi II PT Adhi Karya (Persero) Tbk Pundjung Setya Brata menyebutkan, pembangunan proyek LRT Jabodebek telah rampung 57,21 persen per 25 Januari 2019.
Beriringan dengan proses pembebasan lahan, Pundjung mengatakan, pihaknya akan fokus pada uji coba lintasan di jalur Harjamukti-Ciracas pada Juni mendatang. ”Rencananya, rangkaian kereta LRT pertama akan datang pada Juni 2019,” ujarnya.
Jika LRT Jabodebek sudah beroperasi, Pundjung memperkirakan, perjalanan dari Cibubur ke Dukuh Atas akan menghabiskan waktu 39 menit. Sementara itu, waktu tempuh LRT dari Bekasi ke Dukuh Atas selama 45 menit.
Menumbuhkan kebiasaan
Mundurnya operasionalisasi LRT Jabodebek dapat memberi waktu untuk pembangunan di area lain yang berjalan bersamaan dengan pembebasan lahan. Amalia D (23), warga Cibubur, berharap, pihak pengembang mempertimbangkan lokasi stasiun dengan pusat berkumpulnya warga agar mampu menumbuhkan kebiasaan naik transportasi umum.
Menurut Amalia, lokasi Stasiun LRT tidak berada pada titik kumpul warga yang berada di Cibubur Junction. Agar berdampak signifikan mengurangi kemacetan, Amalia mengusulkan adanya infrastruktur yang memberikan akses dari Cibubur Junction ke stasiun.
Prieskha I (24), warga Cibubur, saat ini masih mengandalkan bus kota untuk mencapai tempat kerjanya di kawasan Jakarta Pusat. Dia berharap, kehadiran LRT nantinya dapat membuat masyarakat terbiasa naik transportasi massal ketimbang mobil pribadi.
Sebelumnya, karena krusialnya pembangunan depo, rapat koordinasi di tingkat Kementerian Koordinator Kemaritiman menargetkan pembebasan lahan dapat rampung 100 persen pada Maret 2019. Rapat itu dihadiri Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dan Direktur Utama PT Adhi Karya (Persero) Tbk Budi Harto.
Total lahan yang harus dibebaskan sejumlah 270 bidang tanah. Budi Harto mengatakan, saat ini 60 persen bidang lahan sedang dalam proses pembebasan. Akan tetapi, sekitar 40 persen dari jumlah itu masih belum menyetujui pembebasan lahan.
Pemerintah membutuhkan strategi yang sangkil dan mangkus dalam mendekati warga untuk mengebut pembebasan lahan agar sesuai dengan target waktu. Jika tidak, penantian bepergian dengan LRT Jabodebek semakin panjang.