Nama Damyan Godho (74) tidak asing bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur. Dia adalah wartawan senior harian Kompas, pendiri harian Pos Kupang, anggota dewan pariwisata NTT, mantan anggota DPRD-GR NTT, dan tokoh agama dalam 10 tahun terakhir. Sempat menjadi tahanan politik, Damyan memiliki kegigihan dalam memperjuangkan sesuatu, pantang menyerah, dan selalu memiliki kepedulian terhadap orang kecil.
Oleh
Kornelis Kewa Ama
·7 menit baca
Nama Damyan Godho (74) tidak asing bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur. Dia adalah wartawan senior harian Kompas, pendiri harian Pos Kupang, anggota dewan pariwisata NTT, mantan anggota DPRD-GR NTT, dan tokoh agama dalam 10 tahun terakhir. Sempat menjadi tahanan politik, Damyan memiliki kegigihan dalam memperjuangkan sesuatu, pantang menyerah, dan selalu memiliki kepedulian terhadap orang kecil.
Demikian antara lain testimoni perwakilan tokoh agama, insan pers, pejabat, politisi, tokoh agama, organisasi kemasyarakatan, dan anggota keluarga pada pelepasan jenazah almahrum Damyan Godho yang akrab dipanggil Dag (sesuai inisial DAG di Harian Kompas ) di Gereja Santo Fransiskus Asisi Kelurahan BTN Kolhua, Kupang, Kamis (31/1/2019). Sekitar 500 orang menghadiri prosesi pemakaman, yang diawali misa arwah di Gereja Paroki Santo Fransiskus Asisi yang dipimpin Pastor Paroki Rm Simon Tamelab Pr. Khotbah misa dibawakan Pastor Celestinus CFM selaku Pastor Taman Wisata Rohani Gua Oebelo, Kabupaten Kupang. Dag merupakan ketua panitia pembangunan dan penanggung jawab pembangunan taman wisata rohani itu.
“Salah satu peristiwa yang mencolok, yakni 31 Mei 2015, ada 12.000 peziarah dari daratan Pulau Timor berziarah di taman itu. Mereka bermalam, sementara mereka tidak tempat tidur, tetapi masing-masing membawa bekal. Tidak lama, Dag mengangkat Ponsel. Ia menelpon seseorang yang dia panggil Frans dalam pembicaraan itu. Kata Dag, Frans, masyarakatmu di sini ada 12.000 orang, segera bawa tempat tidur untuk mereka. Tidak lama kemudian tempat tidur dan perlengkapan lain diantar,” kata Celestinus.
Frans yang dimaksud, Frans Lebu Raya, gubernur NTT dua periode, 2009-2018. Dag membangun komunikasi positif dengan gubernur NTT dari periode ke periode termasuk Frans Lebu Raya.
General Manajer Pengembangan Sumber Daya Manusia PT Kompas Media Nusantara (KMN) Pieter P Gero, yang mewakili Harian Kompas, mengatakan, Dag melahirkan karya-karya jurnalistik yang luar biasa. Hampir seluruh wilayah di NTT almahrum jelajahi saat beprofesi sebagai wartawan Kompas, di tengah keterbatasan infrastruktur dan sarana transportasi di NTT, sejak 1974-2004.
Dia wartawan nasional pertama yang secara lebih mendalam dan luas memperkenalkan NTT secara nasional. Jika ada kejadian seperti bencana atau kecelakaan lalu lintas, ia selalu turun langsung ke lapangan, melakukan peliputan lapangan. Saat itu, proses pengetikan dan pengiriman hasil liputan ke redaksi pun sangat sulit. Belum ada Ponsel, internet, dan Android seperti sekarang.
“Om Dag pekerja keras dan selalu tuntas. Ia memiliki komitmen pada hati nurani rakyat untuk tetap menjaga kredibilitas sebagai seorang wartawan. Sebagai wartawan Kompas selama 30 tahun, dengan rutinitas pekerjaan sebagai jurnalistik, itu luar biasa,” kata Pieter.
Pieter yang pernah diajak Damyan Godho mengedit berita-berita di Redaksi Harian Pos Kupang selama dua bulan (tahun 1992) mengatakan, Dag terkenal sebagai orang yang tegas, dan tidak ingin menunda suatu pekerjaan. Meski tegas dan selalu berbicara lantang kepada karyawan, ia tetap lembut dan peduli pada karyawan.
Pieter mengucapkan terimakasih kepada almarhum dan terutama kepada anggota keluarga karena selama menjadi karyawan Kompas, sering meninggalkan keluarga untuk tugas liputan.
Pemimpin Redaksi Harian Pos Kupang, Dion DB Putra mengatakan, Dag adalah wartawan senior pertama yang memiliki kartu pers khusus yang dikeluarkan lima lembaga pers, yakni Persatuan Wartawan Indonesia, Ikatan Jurnalistik Televisi Indonesia, Asosiasi Televisi Swasta Indonesia, Serikat Penerbit Pers, dan Persatuan Radio Seluruh Indonesia. Kartu pers khusus ini hanya bisa diperoleh oleh seorang wartawan yang telah bekerja sebagai wartawan selama 25 tahun, memiliki integritas tinggi, dan karya-karya jurnalistik yang bermutu bagi masyarakat.
Wakil Gubernur NTT Yoseph Nae Soi mengatakan, NTT bersedih karena kehilangan seorang tokoh. Tetapi dalam kesedihan itu, warga NTT berbangga karena Dag meninggalkan banyak karya, benih-benih kebaikan, ketegasan, dan kepribadian yang kuat, untuk dicontohi orang NTT.
Ketua DPRD NTT Anwar Pua Geno yang hadir bersama anggota keluarga pada misa pemakaman itu mengatakan, ajal manusia ada di tangan Tuhan. Alat kedokteran, kecanggihan dunia medis, dan obat semujarab apa pun, tidak akan menahan ajal yang sudah direncanakan Tuhan.
“Tanggal 25 Desember 2018, saya bersama istri ke rumah Om Dag. Pagar rumah tertutup. Setelah diketuk, anaknya keluar mengatakan, maaf bapak sedang istirahan, ia kurang enak badan, sakit. Ternyata, itulah hari Natal terakhir yang diperingati almahrum,” kata putra Ende ini.
Ia mengatakan, Dag tidak hanya tokoh pers inspiratif, tetapi juga tokoh penggerak generasi muda NTT untuk berprestasi di bidangnya, terutama bidang politik. Dag lulus Sekolah Guru Atas di Ndao, Ende, 1964, seharusnya dia menjadi seorang guru di Flores. Tetapi ia memilih ke Kupang, dan menjadi anggota DPRD-GR NTT, 1968-1971.
Saat menjadi anggota DPRD-GR, ia mendorong Pemprov perlu membangun rumah sederhana bagi masyarakat, mendorong moda transportasi laut dengan kapal-kapal yang layak jalan melintasi seluruh pulau di NTT, dan terus mendorong Pemprov agar dibangun infrastruktur jalan di darat, di seluruh wilayah NTT.
“Tahun 2015 ia menjadi anggota dewan pengembangan pariwisata NTT. Ia pun menjadi ketua panitia pembangunan taman wisata rohani katolik di Oebelo. Ia pertama kali mengajak saya menanam cendana di taman wisata rohani tersebut. Ia 100 persen katolik, 100 persen Indonesia dan tokoh lintas agama,”kata Pua Geno.
Dengan pengalaman sebagai anggota DPRD-GR, saat bergabung dengan harian Kompas, 1974 ia lebih menguasai pejabat dan daerah di NTT. Kesulitan-kesulitan dalam peliputan di lapangan, bisa terbantu melalui komunikasi efektif dan efisien dengan pejabat daerah saat itu.
Ketua Ikatan Keluarga Bajawa-Nagekeo, Marchianus Djawa mengatakan, tidak ingin bicara banyak tentang kehidupan Dag di tengah masyarakat NTT. Semua warga NTT yang lahir dan besar pada saat Dag masih aktif, tentu tahu siapa itu Dag.
“Saya hanya ingat satu peristiwa yang Dag alami. Ini merupakan peristiwa langka bagi seorang tokoh, dan insan pers, yakni ia masuk penjara dua bulan, kemudian dibebaskan 17 Agustus 1965. Setelah saya selidiki, ternyata Dag masuk penjara saat itu karena ia mendengar siaran radio Malaysia, tentang Nasional Agama Komunis. Ia memiliki banyak pengalaman duka dalam hidup,”kata Djawa.
Eelonora Ira Godho anak perempuan pertama Dag, mewakili keluarga duka mengatakan, dalam tiga hari terakhir pasca kematian bapak, kami semua sangat terharu karena banyak testimoni tentang jejak karier bapak, yang kami tidak pernah tahu. Bapak tidak pernah bicarakan pada kami.
“Bapak hanya ajarkan pada kami agar selalu memiliki kepedulian terhadap sesama, terutama orang kecil dan tak berdaya. Dalam hidup, bapak selalu bantu orang yang sakit dan kesulitan hidup, bahkan sampai bapak sedang bergulat dengan sakit pun, ia tetap peduli. Juga ia ajarkan kepada kami agar jangan menyerah pada tantangan, semua harus dikerjakan sampai tuntas,”kata Ira.
November 2016, Dag melakukan general check up di Surabaya. Di situ, di temukan ada perbedaan tensi antara jantung kiri dan kanan. Kemudian dilanjutkan dengan check up di RS Elisabeth Singapura 2017, dan ditemukan ada penyumbatan arteri 80 persen. Kemudian dilanjutkan dengan CT Scan, ditemukan ada jaringan di bagian ginjal. Tetapi dokter menyebutkan, jaringan itu tidak berbahaya kalau tidak berkembang biak.
Dag dan keluarga pun hanya fokus pada penyembuhan penyumbatan di jantung. Tetapi kondisi kesehatan Dag terus menurun. Agustus 2018 ia melakukan pemeriksaan di RS Siloam Kupang, ditemukan ada jaringan berbahaya dan meluas di tubuh, yang dulu sempat ditemukan di RS Elisabeth Singapura.
Akhir September 2018, ia melakukan pengobatan ke Penang, Malaysia. Hasil pemeriksaan terbaca, masalah penyumbatan 80 persen turun menjadi 60 persen. Tetapi masalah jaringan yang tumbuh, itu makin meluas dan merambat di seluruh tubuh terutama organ-organi vital kecuali lambung. Pusat pertumbuhan jaringan itu ada di ginjal.
“Kami dilarang menceritakan masalah kesehatan itu kepada siapa pun. Cukup hanya kami anggota keluarga yang tahu. Kami semua sedih dan menangis, tetapi bapak tenang saja. Ia tidak mau merepotkan orang lain. Ia tetap memiliki fighting spirit tinggi, dalam kondisi kesehatan seperti itu,”kata Ira.
Kondisi kesehatan terus memburuk, Senin (28/1) Dag diantar keluarga ke RS Carolus Boromeus, Kupang. Di rumah sakit itu, Dag menghembuskan napas terakhir di RS Carolus Boromeus, Selasa (29/1) pukul 01.30 Wita.
Ira mewakil keluarga pun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat membantu Dag dan keluarga, secara langsung dan tidak langsung. Ia pun memohon maaf jika ada kekurangan yang dilakukan Dag selama masa hidup, dan anggota keluarga selama menerima dan melayani tamu di rumah duka.
Jenazah almahrum Dag dikamamkan di TPU Fatukoa, Kota Kupang, sekitar 6 km dari rumah kediaman. Tempat pemakaman Dag berada persis disamping pemakaman anak pertama, Romanus Christantus Tue A, yang meninggal dunia, 2014. Lokasi pemakaman itu sesuai permintaan almahrum selama masih hidup.