Sumitomo Mitsui Banking Corporation Jepang Kuasai 97,34 Persen Saham BTPN
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Proses peleburan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia atau SMBCI ke dalam PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk atau BTPN berlangsung selama sembilan bulan dan hasil konsolidasi dua bank tersebut resmi beroperasi mulai 1 Februari 2019. Dengan konsolidasi ini, saham Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) Jepang di BTPN menjadi 97,34 persen.
BTPN adalah bank yang didirikan di Bandung pada 1958, yang kini mayoritas sahamnya dipegang SMBC. Adapun SMBCI sejak awal merupakan anak perusahaan dari SMBC.
Direktur Utama PT BTPn Tbk Ongki Wanadjati Dana dalam konferensi pers terkait beroperasinya BTPN di Jakarta, Jumat (1/2/2019), mengatakan, penggabungan itu membuat BTPN masuk jajaran 10 bank dengan aset terbesar di Indonesia. Aset bertambah menjadi Rp 189,92 triliun per Desember 2018.
“Konsolidasi dilakukan untuk memperkuat pengembangan bisnis perusahaan. Modal ikut bertumbuh sehingga perusahaan memiliki kemampuan pembiayaan yang lebih besar,” kata Ongki.
Hasil konsolidasi antara BTPN dan SMBCI membuat total aset dan modal perusahaan gabungan masing-masing sebesar Rp 189,92 triliun dan Rp 27,81 triliun per 2018. Jumlah kredit yang disalurkan menjadi Rp 133,25 triliun, sedangkan dana pihak ketiga (DPK) Rp 98,97 triliun.
Adapun laba setelah pajak pada 2018 mencapai Rp 2,96 triliun. BTPN memiliki rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 22,9 persen, serta rasio kredit terhadap pendanaan (LDR) sebesar 86 persen.
Konsolidasi itu melengkapi cakupan segmen nasabah BTPN. BTPN sebelumnya fokus pada segmen ritel serta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), sedangkan SMBCI pada segmen korporasi. “Perusahaan akan terus mengembangkan bisnis pensiunan, UMKM, pendanaan, perbankan digital, serta korporasi yang dimiliki kedua bank sebelumnya,” kata Ongki.
Ongki melanjutkan, saat ini struktur kredit BTPN terdiri dari 50 persen sektor korporasi dan 50 persen sektor ritel.
“Pada saat kami mengembangkan kredit sektor UMKM nanti, idealnya kredit BTPN akan terdiri dari 30 persen sektor korporasi, 30 persen sektor ritel, dan 30 persen sektor UMKM. Itu akan melengkapi tujuan kami menjadi bank universal,” katanya.
SMBC Group Managing Executive Officer, Head of International Banking Unit, Masahiko Oshima mengatakan, SMBC melihat pasar industri perbankan di Indonesia masih menjanjikan.
“Perekonomian Indonesia akan didorong oleh kelas menengah. Kami putuskan untuk masuk ke sektor ritel dan UMKM, sambil melanjutkan pembiayaan ke segmen korporasi di sektor infrastruktur,” ujar Oshima.
Konsolidasi melengkapi cakupan segmen nasabah BTPN. BTPN sebelumnya fokus pada segmen ritel serta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), sedangkan SMBCI fokus pada segmen korporasi
Komisaris Utama BTPN Mari Elka Pangestu menyampaikan, sama seperti bank lainnya, BTPN menghadapi tantangan perekonomian dari sisi eksternal dan domestik. Isu perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, kenaikan suku bunga oleh bank sentral AS, serta volatilitas arus modal membuat bank harus bekerja keras.
Namun, lanjut Mari Elka, peluang perbankan untuk bertumbuh pada 2019 masih terbuka lebar. Penyebabnya, pertumbuhan kelas menengah terus berlanjut sehingga meningkatkan daya beli masyarakat. Selain itu, isu perang dagang AS-China menimbulkan potensi perpindahan industri ke wilayah ASEAN.