Agar Kehilangan Itu Tak Sia-sia
Selalu ada sesal dan air mata saat terjadi kematian akibat demam berdarah dengue. Namun, selalu ada pelajaran dari cerita duka itu untuk membuat kehidupan ke depan lebih baik.
Tangisan keras anak kecil menyudahi waktu istirahat singkat beberapa perawat Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat, Cimahi, Jawa Barat, Kamis (31/1/2019). Langkah kaki mereka bergegas cepat kembali ke ruangan posko darurat yang dibuat pertengahan Januari 2019.
Posko itu dibuat mendadak untuk merawat pasien demam berdarah dengue (DBD). Awal tahun ini terjadi lonjakan kasus DBD. Hingga Kamis sore, 85 orang dirawat, tiga kali lipat lebih banyak ketimbang bulan sebelumnya.
Ruang posko disekat empat. Setiap ruang berukuran 6 meter x 6 meter itu diisi 10 tempat tidur darurat bagi pasien. Semua tempat tidur penuh. ”Pasien DBD meningkat pesat sejak pertengahan Januari,” kata Nurfaisal Abdul Fatah (35), perawat.
Siang itu, Faisal giliran bertugas bersama tiga perawat lainnya. Mereka bertanggung jawab atas 35 pasien per hari. Lebih banyak dari hari biasa, rata-rata 20 orang per hari.
”Di awal lonjakan pasien, saya sempat sakit selama dua hari. Diare karena lupa makan dan minum,” kata Faisal.
Begitu pulih, Faisal langsung balik bertugas. Ada banyak pasien perlu bantuannya di rumah sakit. ”Sedih jika ada korban meninggal, apalagi kalau anak-anak. Semua korban dibawa kemari ketika kondisi sudah parah.
Saya hanya bisa ikut menenangkan dan mengajak keluarganya merelakan dengan berdoa bersama,” kata Faisal. Ia kerap menyisipkan edukasi pentingnya menjaga kebersihan lingkungan pada keluarga pasien DBD.
Meski serba darurat, menurut Kepala Seksi Keperawatan RSUD Cibabat Asep Rusyiaban, kualitas penanganan tidak turun. Hanya saja keluarga perlu memaklumi bahwa ruangan tidak senyaman biasanya.
Nani (35), warga Cimahi, memahami kondisi darurat itu. Ia sedang menunggui anak laki-lakinya, Gazy (8), yang positif DBD. Gazy terbaring lemah beralas kasur di lantai.
”Anak saya tidak nyenyak tidur di ranjang darurat. Alasnya keras tanpa kasur. Jadi, pindah ke lantai, tetapi pakai kasur. Yang penting mendapat penanganan medis,” ujarnya.
PSN serentak
Berdasarkan data Dinkes Jabar, awal Januari ada 418 penderita DBD. Akhir Januari, jumlahnya jadi 2.204 orang. Kota Cimahi dan Kota Bandung paling rawan akibat padatnya penduduk dan minimnya kebersihan lingkungan.
Hal itu mendorong Dinkes Kota Bandung menggelar gerakan serentak pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Sasarannya 30 kecamatan di Kota Bandung.
Gerakan ini akan dilakukan selama musim hujan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Bandung menyebutkan, musim hujan bakal terjadi hingga akhir Februari atau awal Maret.
Kecamatan Astanaanyar jadi yang pertama. Ada 60 juru pemantau jentik (jumatik) menyisir rumah warga. Sebanyak 10 orang di antaranya bertugas di Kelurahan Pelindung Hewan. Rumah yang dihuni penderita DBD jadi prioritas.
RW 005 adalah kawasan terpadat di Kelurahan Pelindung Hewan. Ketua RW 005 Dedi Setiadi (67) mengatakan, ada 4.400 warga tinggal di 480 rumah. Ada 15 kasus DBD sepanjang Januari. Dalam periode yang sama terdapat 137 kasus di Kota Bandung.
Dian Sopian (34) dan istrinya, Ela (34), kehilangan anak bungsu mereka, Alifah Bela Putri (4), akibat DBD pada 7 Januari lalu. Alifah meninggal setelah demam tinggi beberapa hari dan panasnya sempat turun sehari. Dian terlambat membawa Alifah ke rumah sakit.
”Saya sudah curiga. Ada warga di sini kena DBD, tetapi saya ragu membawa ke rumah sakit karena tak punya uang,” kata Dian, buruh bangunan dengan penghasilan tak menentu.
Eti Karyati (55), jumantik RW 005, segera memeriksa kamar tidur rumah itu. Banyak baju menggantung dan dinding kamar lembab. ”Kondisi jni rentan jadi sarang nyamuk Aedes aegypti,” kata Eti.
Dia pun memeriksa tatakan dispenser air. Ada jentik nyamuk di dalamnya. ”Ini harus rutin dikeringkan. Kalau tidak, akan memicu penularan DBD pada orang lain,” ujar Eti.
Ela tampak menyesal mendengar penjelasan itu. Dia mengaku tak pernah memeriksa tatakan dispenser. Ke depan, Ela berjanji memperhatikan kebersihan rumahnya.
Tidak hanya di permukiman, gerakan PSN juga menyasar sekolah-sekolah di Kota Bandung. Gigitan nyamuk juga rentan terjadi di sekolah. Tahun lalu, dari 2.826 kasus DBD di Jabar, 40,48 persen penderita berusia 5-14 tahun, yakni siswa SD dan SMP.
Salah satu sekolah yang aktif adalah SD Negeri 062 Ciujung. Tahun 2017, dua siswa meninggal akibat DBD. Meski sulit dipastikan di mana mereka digigit nyamuk, mitigasi tetap dilakukan.
Salah satunya mengganti bak di kamar mandi dengan ember. Tujuannya meminimalkan genangan air yang rentan jadi tempat nyamuk berkembang biak.
”Tahun ini, kami mematangkan pembentukan jumantik cilik di sekolah. Siswa dan guru akan berkolaborasi memantau jentik,” kata Kepala SD Negeri 062 Ciujung Lastriyah. Dia yakin dengan kepedulian semua pihak, kasus DBD bisa ditekan dan kematian mampu dicegah.
Sebagian warga Kota Cimahi dan Kota Bandung belajar benar makna kehilangan. Mereka yakin saat semua warga waspada dan menjaga kebersihan, kematian akibat DBD tidak akan datang begitu mudah. (Machradin Wahyudi Ritonga/SAMUEL OKTORA)