Suhu dingin ekstrem yang menggigit menyelimuti Amerika Utara, khususnya kawasan Midwestern di wilayah tengah-utara Amerika Serikat. Sementara di Australia, temperatur panas "membakar" benua itu dalam sebulan terakhir.
Di Chicago, misalnya, suhu jatuh hingga -30,3 derajat celcius. Pada Kamis lalu, di North Dakota suhu bahkan mencapai -35 derajat celcius. Sungai-sungai, hingga air terjun Niagara, pun membeku.
Namun, prakirawan cuaca memperkirakan, suhu akan meroket naik hingga 80-an derajat dari sebelumnya, mulai akhir pekan ini. Kawasan Midwestern pun akan nampak seperti memasuki musim yang baru. Di daerah Rockford, Illinois, misalnya, suhu yang pada Kamis tercatat -35 derajat celcius diperkirakan naik menjadi 10 derajat celcius, Senin depan.
Hal ini perlu diantisipasi. Perubahan suhu yang drastis bisa memicu pecahnya pipa saluran air, meluapnya air sungai, hingga hancurnya permukaan jalan.
Sementara itu, di belahan Bumi selatan, Australia mengalami bulan terpanas saat ini. Cuaca panas ekstrem telah menyebar di bagian selatan yang panas dan bagian utara yang tropis, menyebabkan kebakaran lahan.
Biro Meteorologi Australia mencatat, untuk pertama kalinya suhu rata-rata di seluruh negara bagian mencapai lebih dari 30 derajat Celcius. Ini merupakan tahun terpanas ketiga setelah tahun 2005 dan 2013.
Pada 24 Januari 2019, suhu di ibu kota Negara Bagian South Australia, Adelaide, tercatat 46,6 derajat celcius. Di hari yang sama, suhu di salah satu kota di wilayah selatan Australia yang dihuni 15.000 penduduk, Port Augusta, tercatat 49,5 derajat Celcius. Ini merupakan suhu terpanas di seluruh Australia selama bulan Januari ini.
Akibat suhu yang begitu panas, ribuan kelelawar mati berjatuhan dari pohon. Bulan lalu, aspal jalan raya di New South Wales pun meleleh. (AP/REUTERS)