Curah Hujan pada Februari Masih Tinggi
Intensitas hujan di wilayah Sumatera tiga hari ke depan menuntun, tetapi di Indonesia bagian tengah dan timur justru meningkat. Waspadai bencana banjir dan longsor.
JAKARTA, KOMPAS – Hujan lebat kembali melanda sejumlah wilayah Indonesia dan menyebabkan banjir dan longsor yang menelan korban jiwa. Bencana hidrometerologi ini diperkirakan masih akan terjadi karena masih tingginya intensitas hujan di bulan Febuari ini.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), kondisi terkini atmosfer menunjukkan variasi di beberapa wilayah Indonesia. Aliran massa udara dingin dari Asia tidak signifikan dan adanya subsidensi atau gerak udara turun akibat pergerakan gelombang atmosfer Madden Julian Oscilalltion (MJO) cukup menekan pertumbuhan awan dan mengurangi intensitas hujan di Indonesia bagian barat.
Fenomena ini menyebabkan, intensitas hujan di beberapa wilayah di Sumatera dalam tiga hari ke depan menurun. Namun, kondisi sebaliknya terjadi di Indonesia bagian tengah dan timur. Pusat tekanan udara rendah di Teluk Carpentaria, Australia membawa pengaruh signifikan terhadap peningkatan curah hujan di kawasan ini.
"Terpantau beberapa daerah pertemuan angin di wilayah Jawa Tengah hingga Nusa Tenggara Timur yang kemudian meningkatkan curah hujan di sana untuk beberapa hari ini. Sebagian wilayah Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua juga mendapatkan imbas dari pusat tekanan rendah ini," kata Kepala Subbidang Prediksi Cuaca BMKG Agie Wandala Putra ketika dihubungi di Jakarta, Jumat (1/2/2019).
Hujan 15 jam
Hujan selama sekitar 15 jam sejak Kamis (31/1) malam hingga Jumat siang di Kota Manado, Sulawesi Utara menyebabkan banjir dan tanah longsor. Tiga orang tewas, belasan luka-luka, dan sekitar 5.000 warga di tiga kecamatan mengungsi.
Hujan selama sekitar 15 jam sejak Kamis (31/1) malam hingga Jumat siang di Kota Manado, Sulawesi Utara menyebabkan banjir dan tanah longsor.
Longsor terjadi di Mahawu, Kecamatan Tuminting dan Kelurahan Tikalabaru, Kecamatan Tilaka, Jumat sekitar pukul 09.00 Wita. Bencana ini menyebabkan dua orang tewas dan beberapa rumah rusak berat. Adapun banjir terjadi di 10 kecamatan, lokasi terparah di Tuminting, Kombos, dan Bunaken Daratan. Di sejumlah tempat, ketinggian air mencapai 1 meter.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulawesi Utara Joi Oroh mengatakan, hujan lebat dalam waktu lama menyebabkan air Sungai Tondano dan Sungai Bailang meluap. Air di sejumlah lokasi banjir surut sekitar pukul 15.00 seiring berhentinya hujan. Sekitar pukul 16.00 hujan deras lagi selama setengah jam.
Menurut Agie, banjir di Manado disebabkan oleh awan hujan yang terbentuk akibat adanya belokan angin tersebut. "Suplai uap air di sekitar wilayah Manado cukup tinggi untuk mendukung pertumbuhan awan dan hujan ini dalam beberapa hari terakhir," kata dia.
Kemarin Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey meninjau lokasi bencana di Bailang (Bunaken Daratan), Sumompo (Tuminting), dan Kecamatan Kombos. Ia meminta seluruh pejabat dan staf Pemerintah Provinsi Sulut siaga melakukan pertolongan kepada warga korban bencana.
Rawan longsor
Di Kalimantan Barat, hujan deras memicu longsor di Desa Medeng dan Desa Sungkung II, Kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang, Kamis pukul 21.30 WIB. Sebanyak 3 orang tewas, 2 orang hilang, dan 11 rumah tertimbun.
”Longsor terjadi pada Kamis (31/1) pukul 21.30. Daerah itu terpencil. Warga di Sungkung 2 tinggal di lereng bukit sehingga tanah mudah longsor saat hujan. Dari tiga korban jiwa itu, satu sudah ditemukan, dua lagi masih dalam pencarian,” tutur Kepala BPBD Kabupaten Bengkayang Yosef.
Selain menimbulkan korban jiwa, longsor juga mengakibatkan 11 rumah penduduk rusak. Sembilan di antaranya rusak parah dan dua lagi tertimbun tanah. Penduduk yang rumahnya tertimbun rumah sementara mengungsi ke rumah kerabatnya dan juga gereja.
”Sementara ini, warga mencari korban yang masih tertimbun menggunakan alat seadanya. Sebab, kondisi peralatan untuk penggalian memang masih sangat terbatas, tidak ada alat berat di sana,” kata Yosef. Sungklung merupakan daerah terpencil, berbatasan dengan Malaysia.
Kepala BPBD Provinsi Kalbar TTA Nyarong menambahkan, penduduk di kampung itu tinggal di lereng bukit. Bengkayang masuk wilayah potensi gerakan tanah kategori menengah hingga tinggi selain Kabupaten Kapuas Hulu, Ketapang, Landak, Mempawah, Sambas, dan Sintang.
Hujan deras pada Kamis dan Jumat juga memicu banjir di sejumlah titik di Kota Surabaya, Jawa Timur. Seorang anak tewas akibat terpeleset ke gorong-gorong saat bermain ketika air hujan meluap hingga jalan dan menutup saluran air.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya Erna Purnawati, mengatakan, salah satu penyebab banjir adalah kapasitas volume saluran air kurang memadai. Hal itu mengakibatkan aliran air hujan menggenang dan tidak tertampung di saluran.
Puncak frekuensi bencana
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, di Surabaya, mengatakan, data BNPB, selama Januari dan Februari biasanya menjadi puncak frekuensi bencana banjir, longsor, dan puting beliung.
Data BNPB, selama Januari dan Februari biasanya menjadi puncak frekuensi bencana banjir, longsor, dan puting beliung.
Selama Januari 2019 saja telah terjadi 366 bencana yang menyebabkan 94 orang tewas dan hilang, 149 orang luka-luka, 88.613 orang mengungsi dan terdampak, 4.013 rumah rusak (meliputi 785 rusak berat, 570 rusak sedang, 2.658 rusak ringan), dan 146 fasilitas umum rusak. Lebih dari 98 persen disebabkan bencana hidrometeorologi.
Bencana banjir dan longsor yang terjadi di Sulawesi Selatan merupakan bencana yang banyak menimbulkan korban meninggal dan hilang.
Dibandingkan tahun 2018, frekuensi dan korban jiwa akibat bencana pada Januari 2019 ini lebih tinggi. Untuk frekuensi meningkat 57,1 persen, sedangkan jumlah korban meninggal dan hilang meningkat 308,7 persen, korban luka-luka meningkat 186,5 persen. Namun, jumlah korban yang mengungsi dan terdampak turun 49,8 persen dan rumah rusak turun 59,7 persen.
(EMANUEL EDI SAPUTRA / JEAN RIZAL LAYUCK / IQBAL ASHARI / AGNES SWETTA PANDIA / DEONISIA ARLINTA / SUCIPTO)