Go-Jek dan Grab Bersaing Jadi Penyedia Aplikasi Segala Kebutuhan
JAKARTA, KOMPAS - Penyedia layanan ekonomi berbagi, Go-Jek dan Grab, bersaing menjadi penyedia aplikasi untuk segala kebutuhan sehari-hari. Kucuran investasi yang keduanya peroleh dipakai memperkuat kualitas layanan, berinovasi, serta ekspansi pasar.
PT Go-Jek Indonesia resmi mengumumkan telah menerima pendanaan seri F fase pertama yang dipimpin oleh Google, JD, dan Tencent, Jumat (1/2/2019). Dana yang diperoleh ini akan dipakai Go-Jek memperkuat layanan saat ekspansi ke regional.
Selain tiga investor pemimpin tersebut, ada pula investor lain yang terlibat dalam putaran pendanaan seri F fase pertama Go-Jek, yakni Mitsubishi Corporation dan Provident Capital.
"Visi kami sejak awal adalah menciptakan solusi berbasis teknologi digital yang memberikan dampak sosial positif kepada masyarakat. Putaran pendanaan kali ini semakin menunjukkan kepercayaan investor terhadap kami dalam merealisasikan visi," ujar pendiri dan CEO Go-Jek Nadiem Makarim dalam siaran pers.
Dia menceritakan, volume transaksi mencapai 2 miliar dollar AS dengan nilai transaksi kotor (gross transaction value/GTV) sekitar 9 miliar dollar AS pada tahun 2018. Sementara nilai GTV yang berhasil diproses oleh Go-Pay sebesar 6,3 miliar dollar AS. Adapun Go-Food membukukan GTV senilai 2 miliar dollar AS.
Go-Jek dan afiliasinya kini beroperasi di lima negara yang mencakup 204 kabupaten/kota di Asia Tenggara. Total mitra pengemudi telah mencapai lebih dari dua juta orang, sedangkan mitra pedagang lebih dari 400.000 orang.
Presiden Go-Jek Andre Soelistyo mengemukakan, pihaknya kini berada di posisi yang semakin kuat untuk menghadirkan beragam inovasi produk dan pengalaman kepada masyarakat Asia Tenggara. Sebagai ilustrasi, dia mengklaim, Go-Viet meraup sekitar 40 persen pangsa pasar layanan transportasi daring roda dua dalam kurun waktu tiga bulan setelah diluncurkan Agustus 2018. Di Vietnam pula, Go-Food telah menjadi pemain utama layanan pesan-antar makanan.
"Di Singapura, Go-Jek versi beta sudah dirilis. Kami yakin Go-Jek akan segera menjadi pilihan utama masyarakat Singapura," kata Andre.
Chief Strategy Officer JD, Jon Liao, menjelaskan, keikutsertaan JD dalam jajaran investor pemimpin pendanaan seri F menunjukkan kepercayaan JD terhadap bisnis Go-Jek. JD menilai Go-Jek dan inovasi layanannya selalu berhasil memahami kebutuhan masyarakat lokal.
"Dengan adanya akses ke platform JD.id di aplikasi Go-Jek, maka, sebanyak 27 juta orang pengguna aktif per bulan Go-Jek akan memiliki akses langsung ke produk-produk berkualitas yang ditawarkan oleh platform JD.id. Sumber daya yang dimiliki Go-Jek mulai dari pemasaran hingga layanan pembayaran digital akan membantu JD.id untuk memperluas penetrasi pelanggan," ungkap Jon.
Jon mengungkapkan ada peluang JD bekerja sama dengan Go-Jek dalam bentuk inovasi ritel dan logistik.
Presiden Tencent Martin Lau menegaskan, keikutsertaan Tencent dalam putaran pendanaan kali ini akan memperkuat peran Tencent di Asia Tenggara. Tencent menilai ekonomi Asia Tenggara sedang berkembang pesat sehingga langkah berinvestasi di Go-Jek sudah tepat.
Mengutip Crunchbase.com, Go-Jek telah menerima tujuh kali putaran pendanaan dengan total nilai tiga miliar dollar AS.
Pesaing Go-Jek, Grab, sesuai data Crunchbase sudah mendapat 22 kali putaran pendanaan dengan total nilai mencapai sekitar 7,3 miliar dollar AS. Pada tanggal 7 Januari 2019, Tokyo Century menyuntikkan dana sekitar 350 juta dollar AS kepada Grab. Kemudian, pada 30 Januari 2019, Central Group of Company Thailand melakukan penyertaan investasi ke Grab senilai 200 juta dollar AS.
Kemarin Jumat (1/2/2019), Grab resmi menunjuk Neneng Goenadi sebagai direktur pelaksana (managing director) baru untuk Grab Indonesia. Posisi ini sebelumnya dijabat oleh Ridzki Kramadibrata, yang menduduki posisi President Grab Indonesia. Neneng dikenal publik sebagai profesional di Accenture hampir tiga dekade. Jabatan terakhirnya adalah Country Managing Director Accenture Indonesia.
Grab resmi menunjuk Neneng Goenadi sebagai direktur pelaksana (managing director) baru untuk Grab Indonesia.
Di Grab Indonesia, Neneng akan fokus meningkatkan kualitas layanan korporasi dan mengelola produk transportasi Grab. Sementara Ridzki dengan jabatan barunya, akan lebih banyak berperan menangani hubungan dengan pemerintah dan menciptakan berbagai inisiatif kemitraan baru.
Ridzki mengatakan, Grab berkomitmen menghadirkan layanan berbasis teknologi yang memberikan dampak sosial ekonomi jangka panjang kepada Indonesia. Komitmen ini salah satunya diwujudkan melalui program Grab 4 Indonesia 2020 yang diumumkan Agustus 2018. Melalui program ini, Grab telah mengalokasikan dana investasi sebesar 250 juta dollar AS untuk membantu perusahaan rintisan bidang teknologi Indonesia.
Layanan Grab dapat diakses oleh pengguna di 336 kota yang tersebar di delapan negara Asia Tenggara. Grab mengklaim telah memiliki lebih dari 100 juta pengguna. Di Indonesia, Grab beroperasi di 222 kabupaten/kota.
Wakil Ketua Asosiasi Modal Ventura untuk Start Up Indonesia (AMVESINDO) Donald Wihardja, yang dihubungi secara terpisah, berpendapat, hal terpenting yang harus jadi perhatian awam adalah dampak sosial ekonomi yang dihasilkan. Dengan kata lain, dia ingin mengatakan agar masyarakat tidak terpaku pada aktivitas penyertaan investasi asing ke perusahaan rintisan digital.
"Misi mereka sekarang adalah membangun ekosistem digital dan bukan hanya ride sharing," kata dia.
Donald menjelaskan, perusahaan rintisan digital bervaluasi lebih dari satu miliar dollar AS (unicorn) berlomba-lomba menjadi penyedia aplikasi segala kebutuhan atau mega apps. Salah satu fitur aplikasi yang menarik adalah sistem pembayaran elektronik yang kini sudah masif digunakan masyarakat.
Misi mereka adalah membangun ekosistem digital. Bukan hanya ride sharing
"Pedagang kaki lima dan UMKM kuliner sekarang mulai terbiasa melayani pembayaran menggunakan kode baca cepat (QR Code). Warga mulai rutin mengandalkan uang elektronik yang milik sebagian unicorn untuk bertransaksi sehari-hari," tutur Donald.