SURABAYA, KOMPAS — Pengembang perumahan di Surabaya Barat mulai membenahi saluran air di kawasan perumahan elite di kawasan itu yang dilanda banjir pada Kamis (31/1/2019) malam. Petugas menambah saluran air dan membersihkan lumpur sisa banjir.
City Manager Citraland Surabaya Nada Putri P, Sabtu (2/2/2019), di Surabaya, mengatakan, pihaknya mengerahkan puluhan petugas untuk membersihkan saluran air yang tertutup lumpur akibat banjir. Selain itu, mereka juga menambah saluran air untuk mencegah banjir terulang.
Hal itu dilakukan untuk mencegah banjir kembali terulang di kawasan perumahan tersebut. Sebab, salah satu penyebab banjir diduga karena kurangnya kapasitas air dan curah hujan yang tinggi.
”Pengembang sedang melakukan pelebaran saluran air di area G-Walk dan membangun tampungan air di beberapa lokasi untuk penampungan sementara air yang ada didalam kawasan Citraland,” kata Nada.
Banjir tersebut menggenangi sekitar 20 rumah dengan ketinggian hingga 60 sentimeter. Namun, dalam waktu dua jam, air sudah surut. Tidak ada lagi air yang menggenangi jalan dan kawasan perumahan.
Dalam catatan pengembang, curah hujan yang terjadi di kawasan Citraland itu amat besar, yakni 148 milimeter (mm), lebih tinggi daripada rata-rata di Surabaya sebesar 136 mm.
”Kami terus melakukan evaluasi drainase dengan menggunakan konsultan dan tenaga ahli drainase untuk mengatasi masalah banjir dan mengintegrasikannya dengan saluran air milik Pemkot Surabaya,” ujar Nada.
Pemkot Surabaya, kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan Erna Purnawati, sudah pernah melakukan analisis kawasan dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. ”Hasilnya, kapasitas saluran air di wilayah tersebut sangat kurang. Kami sudah meminta pengembang untuk meningkatkan saluran air, tetapi belum dilaksanakan,” ucapnya.
Saluran air yang diminta sama dengan saluran air di jalan-jalan Kota Surabaya dan terhubung dengan sistem drainase kota. Gorong-gorong minimal berukuran 4 meter persegi agar mampu mengalirkan air hujan dengan volume yang cukup tinggi.
”Waduk di daerah Surabaya Barat juga masih kurang, nanti akan ditambah,” lanjut Erna.
Jika saluran air tidak segera diperbesar, dikhawatirkan banjir tetap mengancam warga yang tinggal di kawasan Surabaya Barat. Seperti halnya pada Kamis lalu, banjir setinggi 50-70 sentimeter melanda kawasan dengan banyak perumahan elite itu setelah hujan deras selama dua jam.
Banjir setinggi 50-70 sentimeter melanda perumahan Citraland, Pakuwon, dan permukiman di Kelurahan Banjar Sugihan. Kawasan G-Walk Citraland berupa cekungan sehingga ketika debit air hujan tinggi di wilayah Surabaya Barat, air otomatis mengalir ke daerah cekungan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Kepala Linmas Kota Surabaya Eddy Christijanto menyebutkan, banjir mengakibatkan seorang anak bernama Daniel Marda Richard Calvin (13) meninggal. Ia terpeleset ke gorong-gorong saat bermain ketika air hujan meluap hingga ruas jalan dan menutup saluran air.
”Korban sempat diselamatkan kakaknya, tetapi tidak tertolong. Korban ditemukan tim SAR sekitar 500 meter dari lokasi,” ujar Eddy.
Ketua DPD Realestat Indonesia (REI) Jatim Danny Wahid mengatakan, pengembang perumahan biasanya sudah memperhitungkan kapasitas saluran air. Namun, bisa saja kapasitas yang dibuat kurang dari kebutuhan karena debit air hujan sangat tinggi dan melebihi perhitungan.
”Kawasan Citraland berbentuk cekungan, seharusnya pengembang sudah membuat saluran air yang sesuai dengan kebutuhan agar tidak banjir,” ucapnya.
Jika ternyata masih terjadi banjir, lanjut Danny, pembenahan infrastruktur menjadi tanggung jawab pemilik. Dalam hal ini, jika infrastruktur sudah diserahkan kepada Pemkot Surabaya, kewajiban untuk membenahi saluran air berada pada pemerintah.
Namun, jika belum diserahterimakan, kewajiban itu berada di tangan pengembang. Dalam satu kawasan perumahan, infrastruktur rata-rata mencakup 60 persen dari kawasan.
”Biasanya, setelah proyek selesai, langsung diserahterimakan kepada pemkot. Jika belum, biasanya kawasan itu belum selesai dibangun,” ucap Danny.