Berkomedi Tanpa Menyakiti
Film PSP: Gaya Mahasiswa mempertemukan dua hal, yakni komedi dan etika. Di tengah kehidupan nyata, keduanya memang bahaya jika dipisahkan.
Berkomedi yang tidak disertai etika mungkin saja menyakiti hati orang lain. Orang bermoral tanpa berkomedi pun bisa terjebak klaim kebenaran dan menjadi angkuh. Pesan ini tersampaikan dalam film garapan rumah produksi Max Pictures dengan sutradara Hilman Mutasi.
Kisah ini diadaptasi dari Orkes Moral Pancaran Sinar Petromaks (OM PSP). Grup musik OM PSP berkibar di era akhir 1970-an. ”Gaya Mahasiswa”, salah satu lagu populer grup ini pada tahun 1980-an. Liriknya berdialek Betawi. Dari awal pun lagu ini langsung terasa humoris dan satir.
”Dateng di kampus bawa buku tebel-tebel//dandan nyentrik begaye model profesor//ngaku di rumeh berangkat pegi kulieh//sampai di kampus nyasarnya ke kantin juge.”
OM PSP memiliki anggota Ade Anwar (gendang, vokal), Monos (gitar, vokal), Omen (ukulele, vokal), Rojali Indrakesumah (mandolin, vokal), Dindin (tamborin), Aditya (gendang), Andra Ramadan Muluk (marakas), dan James R Lapian (bas).
Di film PSP: Gaya Mahasiswa, tokoh Monos diperankan Imam Darto, Rojali diperankan Boris Bokir, Ade oleh Abdur Arsyad, James oleh Dimas Danang, Omen oleh Adjisdoaibu, Dindin oleh Uus, Adit oleh Wira Nagara, dan Andra oleh David John Schaap.
Adegan jahil delapan mahasiswa yang tergabung dalam OM PSP mengawali film ini. Mereka mengelabui panitia untuk memasuki ruang pengendali audio di sebuah auditorium yang sedang digunakan untuk peringatan Dies Natalies Ke-40 Universitas Indonesia, kampus mereka.
Sulih suara pidato rektor menjadi tujuan. Tiba saatnya sang rektor berpidato. Suara asli rektor diganti suara salah satu dari mereka. Gambar proyektor pun diubah. Hadirin gempar dalam gelak tawa mendengar pidato dan melihat gambar proyektor yang berganti. Ulah mereka ketahuan, kaburlah mereka.
Adegan berikutnya berlatar ujian kuliah. Ada yang menggunakan contekan lewat jam digital, kacamata digital, ataupun perangkat kecil di telinga. Tetapi, sang dosen berhasil membongkar contekan-contekan itu.
Babak komedi terus bergulir. Mereka menghuni rumah kos bersama-sama. Persoalan mereka pun tidak jauh dari perkara telat membayar kos hingga bergantinya induk semang mereka.
Ibu kos lama berganti Fatimah, diperankan Aura Kasih. Nama ini terinspirasi sebuah lagu OM PSP berjudul ”Fatimah”.
Lirik lagunya kocak. Fatimah dikisahkan sebagai sosok janda cantik. Banyak pemuda tergoda. Salah satu anggota OM PSP, Ade, pun jatuh hati kepada Fatimah. Namun, di akhir kisah ia bertepuk sebelah tangan.
Sepanjang jeda bisa dinikmati pemutaran lagu-lagu OMP PSP. Hingga suatu kali pada pementasan di sebuah kafe dengan satu penonton.
Pemilik kafe akhirnya memutus kontrak manggung. Di bawah komando Omen dan James, mereka terus berusaha mencari kesempatan manggung, bahkan hingga ke panti jompo sekalipun.
Begal dan hoaks
Suasana kampus menjadi latar penting film ini. Latar itu, antara lain, diwarnai interaksi mahasiswa dengan salah seorang petugas keamanan yang diperankan Iyang Darmawan. Suatu ketika, Euis, anak petugas keamanan itu, mengunjungi ayahnya di kampus dan berharap agar dibelikan telepon genggam.
Sang ayah pun membelikannya dan Euis datang ke kampus untuk mengambilnya. Ketika di halte bus Euis menenteng telepon genggam baru itu, tiba-tiba telepon genggam dirampas begal dengan sepeda motor.
Beberapa mahasiswa berusaha mengejarnya. Hingga ditemuilah sepeda motor milik mahasiswa asal Papua yang mirip dengan sepeda motor begal tadi.
Brewok, pemilik motor itu, jadi sasaran. Brewok pun kabur. Sepeda motornya dibakar massa.
Di sinilah berkembang ”hoaks” atau berita bohong. Brewok digembar-gemborkan sebagai begal hingga akhirnya asrama tempat tinggal Brewok digeruduk massa.
James dan kawan-kawan yang tergabung dalam OM PSP menunjukkan bukti-bukti pelaku begal sesungguhnya. Mereka mengumpulkan rekaman visual kamera pemantau (CCTV) dan mengemukakan dugaan bukan Brewok pelakunya.
Pelakunya justru ada di antara mereka yang menggerebek asrama Brewok. Dia itulah yang menebar hoaks bahwa Brewok adalah pelaku begal.
OM PSP pun berjasa mengungkap pelaku begal di kampus. Tidak berhenti di situ, OM PSP kemudian membuat konser amal untuk pengobatan Euis yang makin kritis.
Upaya para mahasiswa OM PSP yang terancam drop out itu untuk membongkar pelaku begal dan membuat konser amal tentu layak dihargai.
Film komedi ini membangun kelucuan yang juga mengusik nilai moral tertentu, seperti ketika menjahili pidato rektor. Namun, akhir film yang heroik melekatkan kembali dua hal tersebut, komedi dan etika.