Hidup terus berjalan tanpa Harry Kane. Begitulah prinsip yang dipegang Mauricio Pochettino dan pemain Tottenham Hotspurs. Ketidakhadiran penyerang terbaik Inggris itu mulai terlupakan setelah tiga kemenangan beruntun “Si Lili Putih”.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
Hidup terus berjalan tanpa Harry Kane. Begitulah prinsip yang dipegang Mauricio Pochettino dan pemain Tottenham Hotspurs. Ketidakhadiran penyerang terbaik Inggris itu mulai terlupakan setelah tiga kemenangan beruntun ”Si Lili Putih”.
Pada pekan ke-25 Liga Primer Inggris, Spurs menjamu Newcastle tanpa pemain mega bintangnya Kane yang masih menepi akibat cedera. Meski demikian, tim asal London Utara itu berhasil meraup tiga poin lewat kemenangan 1-0 di Stadion Wembley, Sabtu (3/2/2019).
Heung-Min Son kembali menjadi pahlawan lewat gol tunggalnya pada menit ke-82. Tendangan spekulatif Son dari luar penalti tidak mampu ditangkap sempurna oleh kiper Newcastle, Martin Dubravka.
Ini merupakan pertandingan ketiga tanpa Kane di Liga Primer. Namun, Spurs belum benar-benar merasakan dampak kehilangan pemain berusia 25 tahun itu.
Dalam dua pertandingan sebelumnya, Spurs menang 2-1 masing-masing atas Fulham dan Watford. Di kedua laga itu, Spurs berbalik unggul pada menit-menit akhir setelah tertinggal pada paruh pertama. Hasil itu membawa mereka menduduki peringkat kedua klasemen Liga Primer.
Kane masih akan menepi hingga satu bulan ke depan. Sebelumnya, dia cedera pada pertengahan Desember akibat tekel keras dari bek Manchester United, Phil Jones. Tekel itu mencederai ligamen engkelnya.
”Perkembangannya cukup baik. Kami masih belum tahu pulihnya akan sesuai jadwal atau tidak. Tetapi, saya sangat bahagia melihat performa Spurs saat ini. Semua pemain memberi perjuangan luar biasa,” kata Pochettino.
Tidak ada yang menyangsikan peran Kane untuk Tottenham. Dia sudah menyumbangkan 155 gol dalam 217 penampilan sejak Pochettino hadir di klub empat musim lalu. Jumlah itu termasuk 20 golnya pada musim ini.
Kane layak ditempatkan sebagai striker terbaik di Liga Inggris saat ini. Konsistensinya setiap musim mencetak lebih dari 20 gol membuatnya sulit ditandingi penyerang lain.
Namun, di balik kehilangan Kane, bagaimana Spurs menyikapi itu? Sebab cedera ini bukanlah yang pertama. Sejak menjalani debut di tim utama pada 2014, pria berambut pirang itu sudah menghabiskan 176 hari dan 34 laga karena cedera.
Selama ini rival Arsenal itu baik-baik saja. Pada musim ini, saat absen tiga laga terakhir, hanya produktivitas Spurs yang sedikit menurun. Mereka hanya menghasilkan rata-rata 1,6 gol. Lebih sedikit daripada saat Kane menjadi bagian dari tim, 2,1 gol per laga.
Data Skysports menunjukkan, ketidakhadiran Kane selama cederanya pada 2014/2015 hingga sebelum cedera terbaru ini juga tidak berdampak signifikan.
Bersama Kane di Liga Primer, Spurs mencatatkan rata-rata 60 persen kemenangan, 90 menang dari 151 laga, dengan raihan rerata dua poin. Tanpa Kane, mereka masih mampu mengantongi 57 persen kemenangan, 13 menang dari 23 laga, dengan raihan rerata 1,9 poin.
Dari produktivitas, nyaris sama dengan statistik musim ini. Bersama Kane di 151 laga, Spurs mencatatkan 2 gol per pertandingan. Sementara itu, tanpa Kane di 23 laga, Spurs menghasilkan 1,6 gol per pertandingan. Artinya, kehadiran Kane menurunkan sedikit produktivitas tetapi tidak memengaruhi hasil keseluruhan.
Spurs tidak terlalu terpengaruh karena sistem bermain Pochettino yang mengandalkan formasi 4-2-3-1 sudah berjalan baik.
Sistem itu memanfaatkan lini kedua sebagai otak utama penyerangan Spurs. Tiga pemain di belakang Kane, yaitu Son, Christian Eriksen, dan Dele Alli, serta cadangan Lucas Moura dan Erik Lamela, adalah kunci bagian terpenting. Semua pemain di lini itu bisa menghasilkan peluang dan mencetak gol saat dibutuhkan.
Contohnya seperti Son musim ini. Dia sudah menghasilkan 10 gol dan 5 asis dalam 14 laga menjadi pemain mula musim ini. Pemain asal Korea Selatan itu bisa mencetak gol juga fasilitator.
Sebaliknya, Eriksen sudah mencatatkan 4 gol dan 8 asis. Gelandang serang Denmark ini lebih memfasilitasi rekan-rekannya dengan rerata dua umpan kunci per laga. Namun, mampu menghasilkan gol juga.
Spurs memang sangat berbahaya ketika Kane menjadi komandan di lini serang mereka. Namun, dengan risiko cedera pemain yang lahir dari akademi Spurs itu, sistem yang dijalankan Pochettino sudah sangat tepat. (AP/AFP/REUTERS)