Jokowi Kaji Pengangkatan Tenaga Harian Lepas Penyuluh Pertanian
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·2 menit baca
SEMARANG, KOMPAS - Presiden Joko Widodo berjanji mengkaji potensi pengangkatan tenaga harian lepas tenaga bantu penyuluh pertanian. Apalagi, untuk menopang produksi pertanian nasional, masih dibutuhkan 40.000 penyuluh pertanian.
Presiden Joko Widodo, di sela-sela silaturahmi dengan tenaga harian lepas tenaga bantu penyuluh pertanian (THL-TBPP) di GOR Jatidiri, Kota Semarang, Jawa Tengah, Minggu (3/2/2019), mengaku baru mengetahui persoalan status penyuluh pertanian tersebut.
Saat ini, terdapat 17.000 THL-TBPP di Indonesia. Padahal di saat bersamaan, negara kekurangan penyuluh pertanian sebanyak 40.000 orang. "Bapak-ibu sekalian punya pengalaman 13 tahun. Kalau kekurangan tersebut bisa diisi oleh bapak ibu semua, akan lebih baik," ujar Joko Widodo, di hadapan sekitar 6.000 perwakilan THL-TBPP.
Namun, Presiden menekankan bahwa untuk mengangkat tenaga harian lepas menjadi pegawai negeri sipil (PNS) butuh payung hukum. Meskipun pengangkatan itu dapat dilakukan lewat peraturan presiden atau keputusan presiden, dia enggan menabrak undang-undang.
"Besok (Senin) saya akan memanggil Menpan RB (Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi) untuk melihat peluangnya seperti apa. Kalau memungkinkan, saya siapkan perpresnya. Kita masih memiliki pekerjaan besar di bidang pertanian," ujar Presiden.
"Bapak-ibu sekalian punya pengalaman 13 tahun. Kalau kekurangan tersebut bisa diisi oleh bapak ibu semua, akan lebih baik." (Presiden Jokowi)
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, mengatakan, penyuluh pertanian merupakan pahlawan pangan sekaligus pasukan terdepan. Sejumlah THL-TBPP memang berusia 35 tahun ke atas, tetapi pengalamannya sudah teruji sehingga layak dipertimbangkan.
"Pasti (pengalaman jadi pertimbangan). Sebab, tidak mudah mencari penyuluh pertanian yang berpengalaman. Penyuluh pertanian yang baru pun kami terima, tetapi kalau 17.000 orang diangkat pun kenyataannya masih kurang," ucap Amran
Ketua Forum Komunikasi Nasional THL-TBPP, Gunadi, menuturkan, pihaknya berterima kasih pada pemerintah karena pada 2017, sebanyak 6.058 penyuluh pertanian dengan usia 35 tahun ke bawah diangkat menjadi PNS. Namun, ia berharap tenaga harian lepas berusia 35 tahun ke atas dan berpengalaman pun diperhatikan.
"Kami berharap tak lagi di bawah bayang-bayang ketakutan kalau justru kami yang nantinya kelaparan. Kami menanti uluran tangan Presiden agar bisa seperti tenaga kesehatan PTT (Lewat Kepres 25 Tahun 2018, berpeluang diangkat meski berusia 35 tahun ke atas)," ujarnya.
Gunadi menuturkan, sebanyak 17.000 THL-TBPP mengabdi sebagai penyuluh pertanian dengan tulus, demi menjaga kedaulatan pangan. Adapun tugas utama penyuluh pertanian ialah mendampingi petani dalam budidaya, pengendalian hama penyakit, penanganan pascapanen, dan pemasaran hasil produksi.
THL-TBPP asal Kabupaten Brebes, Jateng, Warnipah, menyampaikan, meski masih dibutuhkan sebanyak 40.000 penyuluh pertanian, ia khawatir yang dilirik merupakan tenaga-tenaga muda berusia 35 tahun ke bawah. Padahal, sebanyak 17.000 THL-TBPP sudah berpengalaman menjadi penyuluh pertanian sekitar 13 tahun.