Calon Wakil Presiden nomor urut 02, Sandiaga Salahuddin Uno, berkampanye di Lhokseumawe, Aceh, hari ini (3/2/2019).
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Calon wakil presiden nomor urut 02, Sandiaga Salahuddin Uno, berkampanye di Lhokseumawe, Aceh, Minggu (3/2/2019) ini. Dia mengisi kampanyenya di antaranya dengan lari pagi mengelilingi Waduk Pusong, menikmati kuliner Aceh, dan berziarah ke Makam Sultan Malikussaleh atau Malikudhair, sultan pertama di Kesultanan Samudra Pasai.
Sandiaga disebut berlari sejauh 5 kilometer mengelilingi trek joging Waduk Pusong, Kecamatan Banda Sakti, Lhokseumawe, Aceh Utara, Minggu pagi.
”Kita lihat indahnya pagi di Waduk Pusong Lhokseumawe ini. Membuat lari tambah semangat. Pemandangan indah seperti ini harus dimaksimalkan. Ajak semua warga Lhokseumawe berlari. Selain sehat dan punya sikap positif, ini juga akan menggerakkan ekonomi. Ekonomi rakyat terasa di sini,” ujar Sandiaga seperti tertulis dalam siaran pers yang disebar Tim Media Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandi.
Kuliner Aceh
Seusai berlari di Waduk Pusong, Sandiaga menyantap nasi gurih di depan Pendopo Bupati Lhokseumawe. Selain nasi gurih, ada pula berbagai macam lauk di atas meja, seperti, ayam kare, tauco udang, telur asin, dan kopi pancung.
Menurut Sandiaga, Aceh punya kekayaan luar biasa, mulai dari sumber daya alam hingga kulinernya. Itu terbukti dengan mi dan kopi aceh yang banyak dijual di Jakarta dan berbagai daerah lain di Indonesia.
”Pusat kuliner seperti ini, lebih dari sekadar tempat makan, tetapi perlu juga sosialisasi. Tempat makan khas seperti ini harusnya ada di setiap kota agar kelestarian masakan daerah Indonesia yang kaya, tetap terjaga,” katanya.
Terkait kopi Aceh, Sandiaga berharap masyarakat Aceh bisa terus mengembangkan produksinya, bahkan memasarkannya di pasar internasional. Ini penting untuk meredam serbuan jejaring kopi internasional dan meningkatkan kesejahteraan petani kopi di Aceh.
”Budaya masyarakat Aceh untuk menyeruput kopi lokal harusnya menular ke wilayah lain. Ini bukan saja menggerakkan ekonomi dan menyerap lapangan kerja, melainkan juga meredam gempuran kopi jaringan internasional,” katanya.
Sandiaga melanjutkan perjalanannya di Lhokseumawe, dengan berziarah ke Makam Sultan Malikussaleh atau Malikudhair, sultan pertama Samudra Pasai.
Menurut Sandiaga, sikap kepemimpinan yang jujur, pejuang, dan pembebas, tecermin dari Kesultanan Samudra Pasai. Oleh karena itu, kesultanan yang didirikan tahun 1267 dan runtuh tahun 1521 itu sempat disegani kerajaan-kerajaan lain di Asia Tenggara.
”Sifat-sifat kepemimpinan seperti ini yang membuat Kesultanan Samudra Pasai disegani kawan dan lawan. Kepemimpinan yang fokus menggerakkan ekonomi masyarakatnya, kepemimpinan yang mendengarkan dan kepemimpinan yang melayani. Sifat-sifat ini harus kita munculkan kembali agar Indonesia menang,” kata Sandi.