Makam keluarga di Marga Mulya, Karawang, Jawa Barat, yang berjarak sekitar 65 kilometer dari Jakarta, menjadi tempat peristirahatan terakhir konglomerat Eka Tjipta Widjaya.
Oleh
·2 menit baca
Makam keluarga di Marga Mulya, Karawang, Jawa Barat, yang berjarak sekitar 65 kilometer dari Jakarta, menjadi tempat peristirahatan terakhir konglomerat Eka Tjipta Widjaya. Lantunan doa, alunan lagu-lagu rohani, dan penghormatan terakhir dari anak dan cucu Eka, mengantarkan Eka sebelum akhirnya jenazahnya dimakamkan, Sabtu (3/2/2019).
Keberangkatan bos Sinar Mas Grup itu, ke tempat peristirahatan terakhirnya, dari tempat persemayaman, di Rumah Duka Sentosa Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto, Jakarta, Sabtu pagi, turut diantarkan oleh keluarga, kerabat, teman dekat, dan ratusan orang lain yang mengenal Eka.
Rombongan dikawal aparat keamanan hingga tiba di Tempat Pemakaman Keluarga Widjaja, di Marga Mulya, pukul 10.00.
Jauh dari hiruk-pikuk Ibu Kota, tempat pemakaman itu, hening dan rimbun. Kontur permukaan taman yang mengelilingi makam miring menyerupai bukit, dan ditumbuhi berbagai jenis pohon, tanaman bunga, serta terbentang rumput hijau yang tertata rapi.
Tiba di sana, ratusan karang bunga berisi ucapan duka cita kepada Eka, terlihat berjejer di sepanjang jalan.
Tenda beratap kain berwarna putih pun telah disiapkan untuk keluarga, kerabat, dan teman guna melepas jenazah Eka. Di dalam tenda, dekorasi didominasi oleh kembang berwarna putih. Suasana pun menjadi serba putih karena keluarga, kerabat dan teman pun mengenakan pakaian berwarna putih.
Sekitar pukul 10.30, peti kayu berisi jenazah Eka didoakan oleh Pendeta Johari Yohanis. Selain doa dan lantunan lagu-lagu rohani tak henti-hentinya dikumandangkan, hingga prosesi pemakaman selesai pukul 13.00.
Sebelum jenazah dimakamkan, anak dan cucu Eka diberi ruang untuk menyampaikan penghormatan terakhir sambil berkisah tentang memori, teladan, dan pesan yang Eka tunjukkan semasa hidupnya.
Tiga diantara yang berkisah adalah cucu Eka, yaitu Megain Widjaja, Fuganto Widjaja, dan Deborah Widjaja.
"Banyak memori indah bersama Opa. Dia adalah orang yang sangat peyayang, penuh belas kasih, dan sangat pintar," kata Megain.
Kisah itu ditutup Teguh Ganda Widjaja, salah satu dari 15 orang anak yang dimiliki Eka. Teguh berpesan kepada keluarga untuk menjaga nama besar dan kepercayaan. Ia juga tak lupa mengingatkan wasiat sang ayah tentang hidup hemat, tetapi beramal sebesar-besarnya.