Ungkap Segera Teror di Sekitar Semarang
Ada 22 kasus pembakaran kendaraan bermotor yang terjadi di sekitar Semarang saat dini hari. Pembakaran ini dinilai punya pola yang mirip dengan kemunculan kasus kolor ijo dan hantu cekik pada masa silam.
SEMARANG, KOMPAS— Teror keamanan lingkungan di Semarang, Jawa Tengah, dan sekitarnya berlanjut. Polisi diharapkan segera mengungkap teror pembakaran kendaraan itu demi ketenangan masyarakat.
Pembakaran terakhir terjadi Sabtu (2/2/2019) sekitar pukul 03.40 di Jalan Menoreh Timur, kawasan Sampangan, Kota Semarang. Tiga sepeda motor yang diparkir di teras rumah Adiyantoro pun terbakar setelah pelaku melemparkan kain berlumur bensin yang dibakar ke jok sepeda motor.
Berdasarkan data di Polrestabes Semarang, sepanjang Januari 2019, kasus pembakaran kendaraan terjadi di wilayah Tugu, Banyumanik, Pedurungan, Candisari, Ngaliyan, dan Sampangan. Kasus meluas di Kendal dan Ungaran, Kabupaten Semarang, yang hampir semuanya terjadi saat dini hari.
”Beri waktu tim kami membongkar dan menangkap para pelaku,” kata Kepala Polrestabes Semarang Komisaris Besar Abiyoso Seno Aji, Sabtu, di Semarang.
Sebelumnya, mobil milik Maura Apriani, warga yang indekos di Jalan Ciliwung, Semarang Timur, juga rusak terbakar, Kamis (31/1) dini hari. Cat mobil putih itu mengelupas dan gosong di beberapa tempat akibat terbakar.
Kendaraan bermotor yang dibakar pelaku tak dikenal itu beberapa di antaranya diparkir di tepi jalan, garasi rumah, atau teras rumah. Sejumlah warga di Kota Semarang kini menggiatkan kembali sistem keamanan lingkungan, terlebih karena polisi belum juga dapat mengungkap kasus-kasus tersebut.
Sejauh ini terjadi 22 kasus pembakaran. Rinciannya, 14 kasus di Kota Semarang, 7 kasus di Kabupaten Kendal, dan 1 kasus di Kabupaten Semarang.
Tidak permanen
Pengamat sosial Universitas Negeri Semarang, Jawa Tengah, Tri Marhaeni, berpendapat, rentetan teror pembakaran kendaraan di Kota Semarang dan sekitarnya belakangan ini bersifat temporer. Aksi tersebut diduga pula bertujuan untuk memicu keresahan dan kepanikan.
”Aksi ini tidak permanen. Bisa saja hanya mau menunjukkan kalau pemerintahan saat ini tidak mampu menjaga keamanan atau kurang dipercaya. Ini gejala umum setiap kali ada peristiwa besar, misalnya terkait dengan pemilu,” ujar Tri.
Ia pun mendesak kepolisian cepat merespons dan menangkap pelaku serta membongkar jaringan aksi pembakaran kendaraan bermotor.
Tri menyebut, aksi-aksi yang terjadi dalam pengamatannya tidak hanya dilakukan oleh satu-dua orang. Aksi pembakaran dengan sasaran kendaraan bermotor yang diparkir terbuka atau di garasi tanpa pintu jelas dilakukan terorganisasi.
”Masyarakat jangan panik. Hanya memang perlu meningkatkan kewaspadaan dan pengamanan lingkungan,” ujarnya.
Sepanjang pengamatannya, setiap menjelang pemilu, aksi-aksi teror yang meresahkan kerap muncul. Tidak tertutup kemungkinan juga untuk tujuan politik tertentu.
”Sudah lazim jika sedang ada hajatan besar, seperti pemilu, isu-isu atau fenomena untuk menggoyang kepemimpinan daerah bisa terjadi. Ingat soal isu hantu cekik, kolor hijau, dan kemudian ramai isu beras plastik. Pola ini sebenarnya cara lama yang direproduksi. Kebetulan kali ini terjadi di Kota Semarang dan sekitarnya,” kata Tri.
Jangan mengganggu
Ditemui terpisah, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berharap aksi-aksi teror itu tidak ada sangkut pautnya dengan pemilihan presiden ataupun anggota legislatif.
”Jangan sampai ada pihak-pihak yang mengganggu Jawa Tengah,” kata Ganjar. Dia juga menyarankan masyarakat turut aktif menghalau teror dengan kembali menggalakkan sistem keamanan lingkungan.
Hal senada disampaikan Kepala Polda Jateng Irjen Condro Kirono. Dia mengatakan telah menggerakkan jajaran kepolisian sampai tingkat polsek untuk mengantisipasi peristiwa ini. Semua anggota Polda Jawa Tengah juga sudah diinstruksikan untuk mengintensifkan patroli rutin. (WHO/GRE)