Sudah tiga kali Chelsea dan Manchester United mengganti pelatih. Usain Bolt memutuskan pensiun dari dunia lari, menjadi pemain sepak bola profesional, lalu pensiun lagi. Selama itu, sudah 1.478 hari berlalu sejak Arsenal memenangkan laga tandang melawan tim papan atas.
Tim papan atas yang dimaksud adalah posisi enam besar liga, yaitu Manchester City, Chelsea, Liverpool, Manchester United, dan Tottenham Hotspurs. Kemenangan terakhir Arsenal adalah saat Arsene Wenger masih menjadi pelatih kala bertandang ke markas Manchester City, 19 Januari 2015.
Setelah itu, tim berjuluk ”The Gunners” itu seri 7 kali dan kalah 17 kali saat bertandang ke tim besar. Dari 24 laga itu, The Gunners hanya mencetak 24 gol berbanding dengan kemasukan 53 gol. Statistik ini termasuk saat Arsenal kembali kalah dari Manchester City, 1-3, pada Minggu (3/2/2019), di Stadion Etihad.
Pada musim ini, bersama pelatih baru Unai Emery, mereka tiga kali kalah dan imbang sekali kala bertandang ke tim papan atas. Kalah dari City kemarin malam, Liverpool 1-5, dan Chelsea 2-3, serta imbang 2-2 menghadapi United.
Apakah ini sebatas masalah mentalitas? Jawabannya bukan karena mereka musim ini mampu menang di kandang atas Chelsea, 2-0, pekan lalu dan atas Spurs 2-1 pada Desember 2018.
”Mentalitas ini sama seperti saat kami mengalahkan Spurs dan Chelsea. Kami sangat yakin pemain kami memiliki mental yang baik. Hanya saja, pemain tampil kurang baik ataupun lawan lebih baik,” bela Pelatih Arsenal Unai Emery selepas kekalahan atas City.
Permasalahan utama Arsenal terletak pada kualitas pemain. Kualitas mayoritas pemain yang merupakan pembelian Wenger itu berada di bawah tim papan atas lain, khususnya pada posisi pertahanan dan gelandang.
Jika bermain di kandang sendiri, pasukan Arsenal tidak terlalu mengalami masalah karena secara psikologis lawan akan bermain lebih bertahan. Namun, ketika tandang, kelemahan itu pasti tereksploitasi.
Contohnya, barisan pertahanan Arsenal dalam lima musim terakhir tidak memiliki pemain bintang. Hanya berkutat di Laurent Koscielny, Skhodran Mustafi, dan pembelian teranyar Sokratis, yang merupakan bek kelas dua di Eropa.
Pada laga melawan City, mereka digempur habis lewat 15 tendangan The Citizens dibandingkan dengan tiga tendangan milik Arsenal. Tidak ada bek Arsenal yang mampu menahan Sergio Aguero. Akibatnya, Aguero mencetak hattrick pada laga itu.
Titik krusial lain berada di lini tengah. Arsenal tidak memiliki gelandang pengatur serangan yang bisa berlama-lama memegang bola. Tipe permainan itu tidak terdapat pada Granit Xhaka, Lucas Torreira, Aaron Ramsey, dan juga Matteo Guendouzi.
Hasilnya, lini tengah mereka dieksploitasi oleh anak asuh Josep ”Pep Guardiola”. Dalam laga itu, Fernandinho, yang mengawal lini tengah City, berhasil menguasai bola hingga 62 persen.
”Pertandingan terbuka pada babak pertama. Mereka terlihat menguasai pertandingan. Akibatnya, kami harus bertahan lebih ke dalam,” ujar Emery, mengakui timnya tidak berkembang karena kalah penguasaan bola.
Melihat kembali ke belakang, saat kemenangan Arsenal, 2-0, atas City pada 2015, terdapat andil besar Santi Cazorla. Pemain yang telah meninggalkan Arsenal itu mampu menjadi pengatur serangan dengan kemampuan menjaga bola di atas rata-rata.
Peran Cazorla hilang di kubu ”Meriam London”. Tanpa penguasaan di lini tengah, Arsenal tidak berdaya. Mereka hanya bisa berharap pada serangan balik dari sayap. Namun, Emery juga tidak memiliki pilihan pemain sayap.
Malam kemarin mereka bermain dengan dua striker Pierre Emerick Aubameyang dan Alexander Lacazette. Aubameyang ditaruh condong ke sayap kiri, tetapi tidak maksimal karena bukan posisi aslinya. Kehadiran keduanya tidak efektif karena suplai dari gelandang minim.
Wenger tidak mewariskan penyerang sayap dengan kemampuan dribel dan kecepatan. Beberapa sayap Arsenal, seperti Alex Oxlade Chamberlain, Theo Walcott, dan Alexis Sanchez, sudah dijual musim sebelumnya. Pemain sayap saat ini hanya Alex Iwobi, yang lebih condong ke posisi gelandang menyerang.
Bandingkan saja dengan tim raksasa lain yang memiliki sayap cepat. Seperti Liverpool dengan Mohamed Salah dan Sadio Mane, Chelsea dengan Eden Hazard, United dengan Anthony Martial dan Jese Lingard, serta City dengan Sane dan Sterling. Pemain-pemain ini berguna ketika sulit menguasai bola.
Hal ini yang membuat Emery galau. Pada jendela transfer musim dingin kemarin, dia mengincar penyerang sayap, salah satunya Ivan Perisic dari Inter Milan, tetapi kesepakatan gagal tercapai sebelum tenggat akhir.
Skuad Arsenal sudah tidak sama dengan era Wenger sebelum 2010 yang sempat memenangi gelar tidak terkalahkan semusim Liga Primer. Dekade itu, pertahanan mereka begitu kokoh dengan Kolo Toure dan William Gallas. Lini belakang ditopang gelandang berkualitas Patrick Viera dan Cesc Fabregas.
Kini pendukung Arsenal hanya bisa meratapi skuad warisan Wenger yang tidak dibentuk menghadapi raksasa. Mereka perlu bersabar menunggu Emery membentuk timnya sendiri. (AFP/REUTERS)