Bursa Musim Dingin ibarat Perangkap Gunung Es
Penyerang Inter Milan, Ivan Perisic, menjadi korban ”dinginnya” transfer pada jendela musim dingin. Perisic gagal pindah ke Arsenal karena negosiasi yang belum selesai pada tenggat akhir 1 Februari 2019.
Penyerang Inter Milan, Ivan Perisic, menjadi korban ”dinginnya” transfer pada jendela musim dingin. Perisic gagal pindah ke Arsenal karena negosiasi yang belum selesai pada tenggat akhir 1 Februari 2019.
Kegagalan transfer memang wajar. Namun, Perisic telah mengorbankan reputasinya dengan pemain, pelatih, dan penggemar di Inter. Dia memohon keluar dari klub beberapa hari sebelum jendela transfer berakhir.
Setelah permohonan itu, Pelatih Inter Luciano Spalletti tidak memainkannya saat laga Piala Italia. Padahal, mereka memainkan laga penting perempat final melawan Lazio. Inter pun kalah dalam adu penalti.
”Anda tidak dapat pergi begitu saja setelah klub membayar gaji dan masih terikat kontrak. Jika Perisic tidak ingin bermain, jelas dia harus ditinggalkan. Seseorang yang tidak ingin berkontribusi harus pergi,” kata Spalletti setelah kekalahan di Piala Italia.
Pelatih Inter Milan Luciano Spalletti.
Permohonan itu pastinya meninggalkan kekecewaan dan kemarahan bagi elemen klub. Hal itu cukup untuk membuktikan sang pemain tidak lagi berkomitmen penuh. Padahal, Inter dan Perisic sudah terikat kontrak hingga 2022.
Jika terjadi pada musim panas, sang pemain masih bisa dimaafkan karena musim belum berlangsung. Situasi itu pernah dialami Perisic pada 2017. Dia ingin pindah ke Manchester United pada musim panas, tetapi batal.
Akhirnya dia menyatakan komitmen dengan menandatangani kontrak panjang. Hal serupa pernah terjadi kepada David de Gea yang gagal pindah pada menit terakhir dari MU ke Real Madrid. De Gea memutuskan menetap di United sampai sekarang.
Namun, situasi saat ini cukup rumit. Kegagalan transfer pada musim dingin membuatnya harus kembali ke klub yang telah dikecewakan. Dengan motivasi minim di klub dan berkurangnya dukungan penggemar, Perisic masih harus menjalani sisa musim hingga jendela transfer dibuka kembali pada musim panas.
Pemain asal Kroasia, Ivan Perisic, dikabarkan akan hengkang dari Inter Milan. Arsenal disebut siap menggunakan jasa pemain berusia 29 tahun tersebut.
Mantan penyerang Dortmund itu bimbang. Saat ini dia berusaha merebut kembali hati fans dan pelatih sambil berdamai dengan diri sendiri karena gagal tampil di Liga Primer Inggris.
Pada ulang tahunnya yang ke-30, tanggal 2 Februari 2019, Perisic mencoba menghibur dirinya sendiri. ”Mereka mengatakan bahwa 30 adalah umur emas. Katanya, dalam babak hidup ini tidak akan ada kesialan yang terjadi. Saya tahu banyak kritik belakangan ini. Saya ingin berterima kasih karena itu akan menjadi semangat untuk terus berkembang,” ujarnya.
Spaletti mencoba realistis. Dia menyatakan akan profesional, dengan harapan Perisic juga mampu profesional. ”Dia akan kembali bersama kami pada latihan dan perlahan akan kembali bermain,” kata mantan pelatih AS Roma itu.
Pada Senin (4/2/2019) dini hari WIB, Spaletti kembali menurunkan Perisic sebagai pemain mula saat kalah dari Bologna, 0-1, di San Siro. Dalam laga itu, tampak Perisic belum kembali ke sentuhan terbaiknya.
Penyerang sayap yang membawa Kroasia ke final Piala Dunia itu baru mencetak satu gol dari 27 laga terakhir. Gol semata wayang itu dicetaknya pada akhir Desember sebelum memohon kepindahannya ke Arsenal.
Mantan pemain QPR yang saat ini bermain di Madura United, Peter Ozase Odemwingie, berhadapan dengan Penjaga Gawang Perseru Serui, Hendra Mole, dalam laga Go-Jek Traveloka Liga 1 di Stadion Ratu Pamelingan, Pamekasan, Senin (8/5).
Momen pahit di bursa transfer Januari juga pernah dialami penyerang asal Nigeria, Peter Odemwingie. Saat itu, pada 31 Januari 2013, tenggat terakhir transfer, Odemwingie sangat meyakini transaksi kepindahannya dari West Brom ke Queens Park Rangers (QPR) telah selesai.
Terlalu bersemangat, Odemwingie mengendarai mobilnya dari Midlands Barat, Birmingham, ke London Barat. Dia menempuh jarak sejauh 125 kilometer dengan waktu sekitar dua setengah jam.
Namun, transfer itu gagal karena pemain yang, menurut rencana, ditukar dengan Odemwingie, Junior Hoilett, tidak berjalan mulus. Dia terpaksa kembali ke Birmingham. Setelah pulang, dia menerima hukuman disiplin internal dari West Brom.
Setelah momen memalukan itu, sang pemain kehilangan kepercayaan dari pelatih dan penggemar. Pada paruh pertama, Odemwingie menjadi bagian penting West Brom, bermain 17 kali dari 19 laga. Sementara itu, setelah transfer januari selesai, di paruh kedua, dia hanya diberikan kesempatan sembilan kali tampil.
Gunung es
Seperti itulah bursa transfer musim dingin. Dari luar terlihat indah karena banyak kepindahan yang sukses. Namun, seperti gunung es, di sisi tak terlihat, lebih banyak lagi kegagalan dan kekecewaan transfer.
Potensi gagalnya transfer memang lebih besar dibandingkan dengan musim panas. Pada musim dingin, klub hanya memiliki 4 minggu ketimbang 12 minggu pada musim panas.
Waktu minim itu membuat klub berburu waktu dalam negosiasi pemain. Hal itu semakin rumit karena klub yang menjual pemain harus menggantikannya dengan pemain baru.
Namun, di balik itu semua, yang paling menjadi korban dari transfer Januari adalah pemain. Sekretaris Jenderal Fifpro, organisasi pesepak bola profesional, Theo van Seggelen menyebutkan, jendela transfer Januari adalah sebuah kegagalan.
Fifpro mengklaim terdapat 4.000 pemain setiap tahun di seluruh dunia yang diputus kontraknya atau tidak dibayar karena meminta pindah pada paruh musim.
Mantan Pelatih Arsenal Arsene Wenger.
Kehadiran transfer musim dingin membuat pemain memiliki pilihan untuk meninggalkan komitmennya di tengah jalan. Mantan Pelatih Arsenal Arsene Wenger memercayai bursa pada Januari memengaruhi pikiran pemain. Selain pemain, klub juga dirugikan.
”Pemain akan mendatangi kamu. Mereka akan bilang, jika saya tidak dimainkan, saya akan pergi pada Januari nanti. Seharusnya pemain berkomitmen dengan klubnya. Jika tidak bermain, mereka harus bertarung untuk mendapatkan posisinya,” kata pelatih yang mengabdi 22 tahun bersama tim berjuluk ”Gudang Peluru”.
Pemain pun akan gelisah pada November sampai Januari menunggu kepindahan. Mereka mulai melupakan kepentingan klub dan performanya. Padahal, keputusan pindah itu sangat merugikan jika gagal.
”Seharusnya jendela transfer dibuka terus atau hanya dibuka sekali sepanjang tahun. Ketika saya datang ke Inggris, jendela transfer selalu terbuka. Syaratnya harus dibatasi pembelian dua pemain per musim,” kata pria Perancis itu.
Jendela transfer, baik musim panas maupun musim dingin, diadaptasi pada musim 2002/2003. Sebelumnya, klub di Eropa boleh beraktivitas transfer sampai 31 Maret.
Jendela transfer musim dingin ibarat sebuah gunung es besar. Klub sebagai kapal, pelatih sebagai nakhoda, dan pemain sebagai awak kapal tersebut. Sementara itu, satu musim layaknya perjalanan di samudra.
Di tengah samudra, kapal menabrak gunung es. Sang awak memilih pindah kapal. Jika berhasil, awak itu belum tentu sampai tujuan dengan kapal lain. Seandainya gagal pindah, awak kehilangan wajahnya di kapal lama. Sementara itu, apa pun skenarionya, nakhoda tetap harus memperbaiki kerusakan kapal. (AP/AFP/REUTERS)
