PALU, KOMPAS – Hunian sementara terluas untuk penyintas gempa bumi dan likuefaksi di Kota Palu, Sulawesi Tengah, mulai ditempati. Perlahan-lahan, penyintas yang tinggal di tenda darurat menempati hunian sementara tersebut. Namun, pasokan air bersih masih menjadi masalah.
Pantauan pada Senin (4/2/2019) di kompleks hunian sementara (huntara) Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, penyintas beraktivitas di bilik huntara masing-masing. Ada penyintas yang memasak di dapur, ada yang membersihkan bilik.
Penyintas mulai menempati huntara di Petobo pada Jumat (1/2/2019). Sekitar 10 unit huntara mulai ditempati penyintas. Total huntara di Petobo sebanyak 30 unit yang diperuntukkan bagi 4.200 jiwa korban likuefaksi (tanah mencair) akibat gempa bumi pada 28 September 2018.
Huntara Petobo merupakan kompleks huntara terluas yang dibangun pemerintah. Huntara dibangun di lahan seluas 1,5 hektar. Huntara lainnya dibangun di lahan tak lebih dari 0,5 hektar dengan total paling banyak 20 unit.
Nurain Djulani (36), penyintas, mengatakan, dirinya menempati huntara bersama suami dan dua anaknya. Keluarga itu sebelumnya tinggal di tenda darurat di tanah lapang di bagian timur kompleks huntara. ”Secara umum, tinggal di huntara nyaman. Listrik menyala dan kipas angin berfungsi,” katanya.
Namun, Nurain mengeluhkan kekurangan air bersih di huntara. Air hanya tersedia pada Jumat malam saat mereka masuk ke huntara. Sejak saat itu hingga kini air masih tidak tersedia. ”Kami ambil air bersih dari unit lain yang belum banyak penghuninya,” ujarnya.
Setiap unit huntara dilengkapi dua tandon (tangki) air bersih. Air sejauh ini dipasok dengan mobil tangki. Setiap huntara disediakan empat kamar kecil, empat kamar mandi, satu tempat cuci.
Kompas pun mencoba mengecek keran air di kamar mandi dan tempat cuci di dua unit huntara. Air tidak keluar dari keran tersebut.
Rudy dari Satuan Tugas Penanggulangan Bencana Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, saat dihubungi, mengatakan, huntara di Petobo perlahan mulai ditempati. Saat ini sejumlah unit masih dirampungkan. Selain itu, jalan lingkungan di huntara juga dikerjakan.
Jalan di antara unit huntara berdebu. Pemerintah akan melapisi dengan kerikil di ruas-ruas jalan di kompleks huntara. Terkait dengan kekurangan air, Rudy menyampaikan bahwa hal itu akan ditangani.
Pembangunan huntara untuk penyintas gempa bumi, tsunami, dan likuefaksi terlambat. Dari target 669 unit untuk tahap pertama, hingga akhir Januari baru 217 unit yang selesai dibangun yang tersebar di Kota Palu, Kabupaten Donggala, dan Sigi. Ketiga daerah itu terdampak kerusakan besar karena gempa bumi.
Dari jumlah itu, termasuk huntara di Petobo, baru tiga kompleks yang ditempati penyintas. Target awal pemerintah, semua penyintas yang rumahnya tak bisa ditempati lagi sudah dapat menempati huntara pada akhir Desember 2018. Dengan seretnya pembangunan huntara, masih banyak penyintas yang tinggal di tenda-tenda darurat.