Konser Musik: Masih Mengenang Queen
Film “Bohemian Rhapsody” yang dibintangi Rami Malik sudah beberapa bulan lewat dari gedung-gedung bioskop. Namun ingatan tentang grup musik legendaris asal Inggris dengan sosok utamanya Freddy Mercury belum sepenuhnya berlalu.
Pertama, karena film itu sendiri Januari kemarin memenangi film terbaik di ajang Golden Globe, demikian pula pemeran utamanya juga keluar sebagai aktor terbaik di ajang yang sama. Kedua, di stasiun TV dan pertunjukan, Queen masih ditampilkan, dan ternyata juga masih kuat menyedot minat pencintanya.
Sabtu (19/1) malam di Teater Ciputra Artpreneur, Jakarta, Avip Priatna memimpin The Jakarta Concert Orchestra (JCO) dalam Gala Concert Tahun Baru yang juga diperkuat oleh Batavia Madrigal Singers (BMS) dan The Resonanz Children Choir (TRCC). Tampil pula bintang-bintang penyanyi ternama, seperi Farman Purnama, Fitri Muliati, Husein (Idol), dan Lisa Depe. Selain vokal, pertunjukan yang amat menggugah dan melibatkan audiens tersebut juga menghadirkan Michelle Siswanto (biola) dan Elwin Hendrijanto (piano).
Armada artis pada Konser ini tangguh, sehingga baik dari segi repertoar, gaya, dan kualitas seni musik, memenuhi – kalau bukan melebihi – ekspektasi penonton. Tema konser “We Are the Champions” berasal dari album “News of the World” (1977), yang sebagai lagu hingga kini diasosiasikan dengan kejuaraan atau acara-acara olah raga. Hits lain dari album ini adalah “We Will Rock You”.
Repertoar show seperti mudah diduga, juga berasal dari album sebelum “The Champions”, yakni “A Night at the Opera” (1975), album yang bersama “Sheer Heart Attack” mengantar Queen ke sukses internasional. Dalam konser hit ikonik Queen dari album “A Night at the Opera” yakni “Bohemian Rhapsody” dibawakan dengan ciri yang diperkenalkan oleh mendiang Freddy Mercury, yakni elok, tetapi sekaligus juga menggelora. Lagu yang menjadi klimaks Konser ini seperti mengungkapkan emosi-emosi terpinggirkan seperti tertuang dalam liriknya, yang antara lain mengatakan:
“I’m just a poor boy, I need no sympathy..(Aku hanya anak miskin, yang tak butuh simpati)
“I sometimes wish I’d never been born..(Kadang aku berharap tak pernah dilahirkan)
Untuk lagu ini, Avip Priatna selaku Konduktor mempercayakannya pada tenor Farman Purnama, soprano Fitri Muliati, didukung Husein Idol, Lisa Depe, dan BMS.
Konser sekitar dua jam ini diawali dengan sebuah Overtur (musik pembuka) bertema lagu-lagu Queen yang diaransemen oleh Renardi Effendi. JCO tampaknya ingin mengantar suasana penonton kepada lagu-lagu yang sebagian telah mereka kenal baik.
Satu hal yang dapat disimak dari Konser ini adalah bahwa dengan memilih menampilkan musik Queen dengan orkestra, Avip merasa ada tantangan untuk begaimana musik-musik yang sudah banyak dikenal tersebut bisa dihadirkan dengan nuansa baru. Di sini lah lalu muncul konsep re-styling, yaitu dengan membuat aransemen-aransemen baru. Ini membuat penonton Konser Queen JCO tahun 2015 dan 2019 mendapatkan pengalaman musik baru dan berbeda.
Pada kesempatan kali ini, Avip juga menghadirkan strategi ganda. Pertama untuk meyakinkan aaudiens, ia tetap mengandalkan BMS yang sudah malang melintang di kancah internasional untuk menghadirkan lagu Queen “Bring Back That Leroy Brown” secara a capella (tanpa iringan musik). Olah vokal mereka diperkaya dengan koreografi saat menghadirkan “Crazy Little Thing Called Love” yang tentu saja membuat penonton sukacita kegirangan.
Pada sisi lain, Avip juga menghadirkan Paduan Suara Anak-anak Resonanz yang juga sudah mengnyam banyak pengalaman meski masih junior. TRCC malam itu menyanyikan gubahan Freddy Mercury “Bicycle Race” dan “We Will Rock You”.
Selingan Menyenangkan
Musik Queen sendiri yang merupakan campuran antara musik rock, pop, dan klasik, membuat penggemarnya beragam. Avip malam itu juga memberi sentuhan lain yang tidak kalah menarik, yaitu dengan menampilkan dua instrumentalis, yakni concert master Michelle Siswanto (biola) dan Elwin Hendrijanto (piano). Elwin menampilkan “Love of My Life” dengan terutama mengambil pokok melodi lagu yang digubah Freddy untuk gadis pujaan yang lalu jadi teman baiknya, Mary Austin, ini. Hasilnya memang berbeda dengan lagu aslinya, namun tetap tak kehilangan aura romantisme.
Sementara bersama Michelle yang menguasai biolanya, Elwin bisa tampil mengimbangi dalam “Play the Game, The Millionaire Waltz, Another One Bites the Dust”. Penampilan violis dan pianis ini tak diraguan lagi menambah warna bagi Konser berkelas ini.
Satu hal lagi yang dapat dicatat dari Konser malam itu adalah sifatnya yang partisipatif. Seusai Bohemian Rhapsody yang membahana, sebagai encore Avip mengajak audiens ikut menyanyikan “Love of My Life” dan “We Will Rock You” sambil mengentakkan kaki dan bertepuk tangan.
Sebagai penutup Avip mengajak hadirin untuk menyanyikan lagi “We Are the Champions”.. Lirik yang penuh percaya diri itu pun kembali bergema:
We are the champions my friends..
And we’ll keep on fighting till the end
We are the champions..We are the champions
No time for losers..
Cause we are the champions of the world.
Suasana yang penuh suka cita itu tinggal berkepanjangan… Di satu sisi ada kemegahan, kenangan hebat yang tak berkesudahan...Tapi juga di dalam semua itu ada sesal dan kesedihan. Queen yang dibentuk tahun di London 1970 dengan Freddy Mercury sebagai penyanyi utama dan pemain piano, Brian May (gitar utama dan vokal), Roger Taylor (drum dan vokal), serta John Deacon (bass).
Band ini lahir setelah Freddy yang penyuka band Smile yang diawaki oleh Brian May dan Roger Taylor diterima bergabung setelah mengusulkan kedua tokoh Smile untuk bereksperimen dengan teknik panggung dan rekaman yang lebih detil. (Hasil ini nyata jika kita melihat betapa detil musik dan rekaman album A Night at the Opera, khususnya pada lagu Bohemian Rhapsody yang sempat menempati anak tangga teratas di Inggris selama 9 minggu.
Queen terguncang setelah Freddy meninggal karena terkena bronchopneumonia akibat komplikasi AIDS pada tahun 1991. Seperti kita baca pada rilis We Are the Champions yang diterbitkan oleh The Resonanz, Deacon pensiun tahun 1997. Perjalanan Queen selanjutnya dilanjutkan oleh May dan Taylor, yang diperkuat oleh Paul Rodgers dan Adam Lumbertas sebagai penyanyi dalam tur-tur selanjutnya.
Penampilan Queen pada Konser Live Aid pada tahun 1985 yang sering disebut-sebut sebagai yang terbesar dalam sejarah musik rock berlangsung sekali…Namun bersama dengan album rekaman, khususnya Sheer Heart Attack dan A Night at the Opera, Queen sebagai legenda tetap abadi hingga hari ini. Film Bohemian Rhapsody memperkuat kenangan itu dan diputarnya lagu-lagu Queen oleh radio-radio terus menemani warga masyarakat yang di tengah-tengah kemacetan lalu-lintas tiba-tiba mendengar intro lagu “Love of My Life” dengan sentuhan harpa yang indah memesona itu..