Pemkot Manado Tertibkan Bangunan di Sempadan Sungai
Oleh
Jean Rizal Layuck
·2 menit baca
MANADO, KOMPAS — Pemerintah Kota Manado, Sulawesi Utara, akan menertibkan bangunan permukiman warga dan fasilitas umum yang berada dalam kawasan sempadan sungai menyusul bencana banjir dan longsor pada Jumat lalu. Pelanggaran pembangunan di garis sempadan sungai kerap memunculkan korban saat musim hujan.
Wali Kota Manado Vicky Lumentut di Manado, Sulawesi Utara, Senin (4/2/2019), mengatakan, langkah penertiban sesuai dengan Peraturan Wali Kota Manado Nomor 55 Tahun 2014 tentang Garis Sempadan Sungai serta Pemanfaatannya. Ia mengatakan, garis sempadan sungai semestinya menjadi jalur hijau yang bebas dari bangunan.
”Penertiban ini penting untuk mencegah korban setiap musim hujan karena setiap hujan selalu kebanjiran. Kami berharap warga dapat memilih tempat tinggal yang lebih layak dan aman dari bencana,” kata Vicky.
Di samping itu, ujar Vicky, Pemerintah Kota Manado juga melarang pembangunan rumah di perbukitan dengan kemiringan 40 derajat karena berisiko longsor. Ia mengatakan, banyak permukiman warga berisiko besar tertimpa bencana setiap musim hujan.
Pengamat perkotaan dari Universitas Sam Ratulangi, Veronica Kumurur, mengatakan, Peraturan Wali Kota Manado Nomor 55 Tahun 2014 tidak berjalan efektif karena minimnya penindakan. Semestinya, setiap peraturan harus dilaksanakan secara tegas di lapangan untuk kepentingan masyarakat Kota Manado sendiri.
”Peraturan sudah bagus, tetapi tanpa tindakan, ya, percuma. Kota Manado, salah satu kota di Indonesia yang termasuk rawan bencana setiap musim hujan. Jangan lagi ada korban karena keteledoran kita,” kata Veronica.
Menurut Vicky, program revitalisasi Sungai Tondano yang membelah Kota Manado sedang berjalan dengan pembangunan tanggul selebar 30 meter. Tanggul itu berfungsi untuk menanggulangi banjir di sekitar wilayah aliran sungai. Akan tetapi, pekerjaan itu tidak maksimal akibat kendala dalam pembebasan lahan.
Selain Sungai Tondano yang berhulu di Kabupaten Minahasa, Kota Manado juga dilintasi sekaligus menjadi wilayah hilir empat sungai lainnya, yakni Sungai Bailang, Sungai Tikala, Sungai Sario, dan Sungai Malalayang. Lima sungai itu kerap meluap dan menggenangi wilayah permukiman warga saat curah hujan tinggi.
Saat hujan pada Jumat (1/2/2019) lalu, banjir merendam ribuan rumah di Manado. Sebanyak 8 dari 11 wilayah kecamatan di Manado terdampak banjir dan longsor, yang meliputi 20 kelurahan. Sebanyak 2.805 orang mengungsi. Bencana itu juga menyebabkan empat orang meninggal.