Jateng Kembangkan Enam Kluster Wisata dengan Kekhasan Lokal
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menerapkan sistem zonasi atau kluster dalam pengembangan destinasi pariwisata guna meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara ataupun mancanegara. Paket-paket wisata yang dikemas dengan sajian identitas lokal diharapkan menjadi daya tarik.
Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Jateng Sinoeng Noegroho, Selasa (5/2/2019), mengatakan, ada enam kluster atau destinasi pariwisata provinsi, yakni Nusakambangan-Baturraden, Semarang-Karimunjawa, Solo-Sangiran, Borobudur-Dieng, Tegal-Pekalongan, dan Rembang-Blora.
Kluster-kluster itu melengkapi kawasan strategi pariwisata nasional di Jateng, yang sebelumnya disematkan pada Kepulauan Karimunjawa, Situs Purbakala Sangiran, Candi Borobudur, dan Dataran Tinggi Dieng.
”Sasaran kami adalah peningkatan kunjungan, belanja wisata, penerimaan devisa, dan PDRB (produk domestik regional bruto) di bidang pariwisata,” kata Sinoeng.
Dalam pengembangan kluster wisata itu, Disporapar Jateng terus menggenjot promosi, termasuk di media sosial dan media massa. Dukungan masyarakat dan pelaku wisata di daerah juga diharapkan tumbuh seiring dengan langkah pemerintah kabupaten/kota. Dengan demikian, pengembangan destinasi bisa optimal.
Sinoeng menambahkan, paket-paket wisata secara utuh dipromosikan di setiap kegiatan, termasuk kerja sama dengan provinsi lain. ”Bahwa di Jateng bukan hanya Borobudur dan Prambanan. Paket-paket wisata akan terus kami tawarkan, termasuk dengan pelibatan komunitas masyarakat,” ujarnya.
Sasaran kami adalah peningkatan kunjungan, belanja wisata, penerimaan devisa, dan PDRB (produk domestik regional bruto) di bidang pariwisata.
Berdasarkan data Disporapar Jateng, kunjungan wisman ke Jateng menurun 13 persen dari 781.107 pada 2017 menjadi 677.168 pada 2018. Sementara itu, kunjungan wisnus meningkat 24 persen dari 40,1 juta pada 2017 menjadi 50 juta pada 2018. Adapun rata-rata pertumbuhan wisata mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnus) dalam lima tahun masing-masing 10 persen.
Menurut Sinoeng, penurunan kunjungan wisman pada 2018 disebabkan, antara lain, Bandara Internasional Adi Soemarmo Solo sudah tak melayani penerbangan langsung internasional dan revitalisasi kawasan Kota Lama Semarang.
”Saat revitalisasi Kota Lama rampung, kami yakin bisa meningkatkan jumlah kunjungan, demi target 1,2 juta wisman pada 2019,” ujarnya.
Pembinaan
Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata Disporapar Jateng Trenggono menambahkan, pengembangan pariwisata terus diupayakan merata hingga ke Jateng bagian timur, seperti Blora dan Rembang. Di Blora, misalnya, sudah dilakukan pembinaan kelompok sadar wisata untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Menurut Trenggono, pihaknya juga menghadirkan konsultan untuk kegiatan outbound di Blora. ”Bagi masyarakat Blora, hutan-hutan mungkin terlihat biasa, tetapi ini potensial. Kami juga membuat paket-paket wisata ke sumur-sumur minyak tua (di Cepu) untuk edukasi. Bagi orang luar Blora, ini menarik,” tuturnya.
Disporapar Jateng juga telah menetapkan Calendar of Events 2019 di Jateng. Sejumlah kegiatan menampilkan simbol dan ritus sosial yang meneguhkan karakter budaya dan identitas lokal, antara lain Borobudur Marathon, Festival Kota Lama, Festival Cheng Ho, Dieng Culture Festival, dan Ontel Kebangsaan.
Sinoeng menyebutkan, ada juga sejumlah kegiatan berupa festival yang mewakili keragaman budaya di Jateng. ”Di antaranya, Tradisi Jenang Tebokan Kudus, Festival Lembah Merapi, Festival Sangiran, Festival Bogowonto, Srawung Seni Candi, Sedekah Laut, dan Nyadran Gede,” ucapnya.