Kirim Uang dari Luar Negeri, Lebih Mudah dengan Aplikasi
Oleh
Joice Tauris Santi
·4 menit baca
Keterbatasan keterampilan dan lapangan kerja di dalam negeri, membuat sebagian orang rela mengadu nasib ke luar negeri. Mereka menguatkan tekad mencari uang di rantau dengan berbagai risiko, berpisah dengan keluarga demi menopang kehidupan.
Menurut laporan dari Pusat Penelitian Pengembangan dan Informasi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, sepanjang tahun 2018 ada 264.092 pekerja Indonesia yang berangkat ke luar negeri. Negara yang paling banyak menerima pekerja Indonesia sepanjang 2018 adalah Malaysia, yakni sebanyak 90.671 orang. Disusul oleh Taiwan, 72.373 orang dan Hongkong 56.033 orang. Dari laporan tersebut juga didapatkan data, jenis pekerjaan terbesar yang dilakukan tenaga kerja Indonesia di luar negeri adalah sebagai asisten rumah tangga, perawat, dan operator.
Mereka meninggalkan anak, istri atau suami di kampung halaman. Berpisah demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Keluarga yang ditinggal di rumah berharap para perantau itu dapat memenuhi kebutuhan hidup.
Setelah mendapatkan gaji, para pekerja mengirimkan hasil keringatnya ke rumah. Sayangnya sebagian dari kiriman tersebut tidak tepat sasaran. “Misalnya, kiriman dimaksudkan untuk membayar uang sekolah anak, tetapi malah dipakai untuk beli kambing atau harusnya untuk uang pembayaran listrik malah untuk beli barang lain,” kata Bong Defendy pendiri Zendmoney di Jakarta, ketika ditemui pekan lalu.
Masalah lain adalah sulit mengirimkan uang ketika diperlukan kiriman segera. Sebagian pekerja harus menunggu hari libur jika ingin mengirimkan uang ke kampung halaman. Selain itu, butuh waktu untuk antre di anjungan tunai mandiri (ATM) atau pergi ke tempat yang jauh untuk mendapatkan layanan perbankan. “Hal ini menyulitkan mereka jika harus mengirim uang mendadak, misalnya untuk membeli obat bagi anak yang sakit,” lanjut Defendy.
Permasalahan tersebut mengemuka setelah dilakukan beberapa kali penelitian mengenai pengiriman uang pekerja Indonesia di luar negeri. Defendy merupakan salah satu konsultan untuk masalah remitansi di Bank Indonesia.
Berawal dari masalah tersebut, sejak dua tahun lalu Defendy mengembangkan Zendmoney, aplikasi yang dapat mengirimkan uang dengan cepat, mudah, dan tepat sasaran dari para pekerja di luar negeri. Biaya pengirimannya pun lebih murah dibandingkan dengan layanan perbankan dan penyedia jasa remitensi lainnya. Pengiriman uang juga dilakukan secara seketika, tidak terbatas pada jam atau hari kerja saja, sehingga risiko selisih kurs akibat fluktuasi di pasar valuta asing dapat dihindari.
Calon pengguna Zendmoney, cukup mengunduh terlebih dahulu aplikasi layanan ini di internet. Zendmoney bekerja sama dengan sekitar 30 kios di Hongkong dan Singapura agar para pengunduh aplikasi dapat menempatkan dana di Zendmoney. Setelah dompet elektroniknya terisi, pengunduh aplikasi dapat langsung bertransaksi melalui aplikasi. Cara lainnya, meminta petugas di kios-kios mitra untuk melakukan transaksi pengiriman uang, jika tidak mau menggunakan langsung aplikasinya. Perbedaan layanan ini diberikan karena tetap ada pekerja yang merasa lebih nyaman dan lebih mudah melakukan transaksi dengan bantuan orang lain ketimbang melakukan sendiri.
Di dalam aplikasi, ada beberapa pilihan transaksi seperti transfer ke rekening bank, membayar listrik langsung, membelikan pulsa telepon, bahkan berinvestasi emas.
Para pekerja itu juga terkadang harus membawa uang tunai ketika pulang ke Tanah Air. Risiko membawa uang tunai tentu sangat besar. Dengan dompet elektronik, risiko kehilangan uang tunai pun dapat ditekan.
Defendy juga menyatakan, sejauh ini sistem pengiriman uang melalui aplikasi Zendmoney aman. “Kalau pun ada kesalahan jumlah yang dikirim, itu terjadi karena kesalahan input dari petugas di kios,” ujar Defendy.
Defendy mengatakan, ke depan pengembangan layanan Zendmoney akan terus ditingkatkan. Tidak hanya sebagai sarana untuk mengirim uang, tetapi juga berinvestasi. “Menurut survei, investasi emas merupakan jenis investasi yang paling dikenal para pekerja migran kita. Sehingga kami bekerja sama dengan Indogold menyediakan layanan ini,” jelasnya.
Adapun Indogold merupakan platform digital untuk berinvestasi emas secara cicilan.
Saat ini, aplikasi Zendmoney sudah diunduh sekitar 40.000 kali. Defendy menargetkan hingga akhir tahun akan mencapai 250.000 unduhan. Target yang tinggi ini, menurut Defendy, merupakan salah satu cara untuk menantang mereka. Mereka juga berencana bekerja sama dengan berbagai platform keuangan digital. Ke depan, fitur Zendmoney ditargetkan akan semakin bertambah, termasuk investasi reksa dana dan tautan ke platform pinjam-meminjam antarpihak (peer to peer lending).
“Kami ingin, hasil jerih payah mereka setelah bekerja keras tidak habis begitu saja, tetapi ada simpanan yang bisa dijadikan modal setelah kembali ke Tanah Air,” tambah Defendy.
Tahap selanjutnya, Defendy menyasar para wisatawan mancanegara yang berlibur ke Indonesia. Para wisatawan itu memerlukan cara pembayaran yang cepat, aman, dan efektif ketika berada di Indonesia.
“Caranya, mereka mengisi dompet elektronik Zendmoney terlebih dulu dengan mata uang negara asal, lalu di sini tinggal menggunakan semacam kartu debit untuk berbelanja atau membayar segala kebutuhannya selama berlibur sehingga tidak perlu lagi menukar mata uang negaranya dengan rupiah,” jelas Defendy.
Perusahaannya sudah menjadi mitra Kementerian Pariwisata untuk mengembangkan layanan ini. Layanan ini dipandang sejalan dengan tujuan memperbanyak kunjungan wisatawan asing ke Indonesia.