logo Kompas.id
UtamaMerawat Ingatan Tentang Gus...
Iklan

Merawat Ingatan Tentang Gus Dur

Oleh
Khaerudin
· 3 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/ch06LP6ft-inQxa9Vz07LyUE_f4=/1024x614/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F02%2FFC-10999-I-33-ADP032.jpg
Kompas/Arbain Rambey

Dalam foto yang diambil pada 17 Februari 2000 tampak Presiden Indonesia saat itu KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) bersama Ibu Negara Shinta Nuriyah menghadiri syukuran Tahun Baru Imlek 2551 dan Kepedulian Sosial Umat Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) di Balai Sudirman, Jakarta,.

JAKARTA, KOMPAS – Keputusan Presiden Indonesia Ke-4 KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, yang memperbolehkan kelompok masyarakat Tionghoa merayakan kemerdekaan agama dan hak-hak budayanya secara terbuka, tak bisa dilihat hanya sebagai langkah awal transisi demokrasi setelah era Orde Baru. Keputusan itu menegaskan arah perjuangan Gus Dur dalam menolak diskriminasi di Indonesia.

Demokratisasi bagi Gus Dur harus dimulai dengan membebaskan sekat-sekat yang membelenggu kebebasan bangsa Indonesia dalam mengekspresikan keyakinannya, termasuk dalam merayakan budaya mereka. “Keputusan Gus Dur harus dilihat sesuai konteks saat itu bahwa demokratisasi memang harus dimulai dari sekat-sekat agama,” ujar Pengajar Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sekaligus pemerhati budaya Tionghoa, Tonny Dian Effendy, saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (5/2/2019).

Editor:
khaerudin
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000