SURABAYA, KOMPAS – Tahun Baru Imlek bukan merupakan perayaan keagamaan melainkan tradisi masyarakat Tionghoa dan keturunan di seluruh dunia. Untuk itu, Imlek dirayakan bukan oleh satu kelompok agama tertentu sehingga merupakan perayaan toleransi dan kekeluargaan.
Di Surabaya, Jawa Timur, kemeriahan Imlek terasa di kelenteng atau tempat ibadah tridharma (TITD) sejak dua pekan sebelumnya. Tahun Baru Imlek jatuh pada Selasa (4/2/2019). Sejak dua pekan sebelumnya, suasana meriah sudah ada di tempat ibadah dan tempat usaha. Di kelenteng atau TITD ada prosesi bersih-bersih sekaligus mencuci patung dewa-dewi. Selain itu, usaha mikro kecil menengah (UMKM) memproduksi penganan khas antara lain kue keranjang, kue mangkuk, kue bulan, manisan segi delapan, dan kue ketan.
Adapun warga Tionghoa dengan latar belakang agama berbeda sudah mulai datang ke kelenteng atau TITD untuk berdoa beberapa hari sebelum Imlek. Mereka datang tidak satu kali tetapi akan kembali sesuai kebutuhan dan atau kepercayaan tradisi. Misalnya, Senin (4/2) malam, Kelenteng Hong San Tang di Kenjeran dan TITD Hong San Koo Tee di Tegalsari, terus didatangi warga yang ingin berdoa. Harum dupa (hio) menyebar di antara kekhusyukan doa umat.
Di TITD Hong San Koo Tee, Senin malam dan Selasa siang ada doa bersama memohon kesehatan dan kelancaran rezeki bagi bangsa Indonesia. “Juga mendoakan agar tahun ini dimana ada kontestasi politik berlangsung dengan baik, tertib, aman, dan tidak terjadi pertikaian,” ujar Sudirman, Pengurus TITD Hong San Koo Tee.
Seorang umat bernama Santoso Wibowo mengatakan, sudah menjadi tradisi untuk berkeliling ke beberapa kelenteng atau TITD untuk berdoa. Dirinya adalah keturunan Tionghoa tetapi bukan pemeluk Tao, Konghucu, atau Buddha. “Keluarga masih memegang tradisi untuk berdoa di kelenteng guna merayakan Imlek,” katanya.
Menurut Santoso, merayakan Imlek merupakan wujud toleransi. Mereka yang keturunan Tionghoa, terlepas dari agamanya, menghormati dan menjalankan tradisi leluhur. “Saya yakin berdoa di sini tidak melanggar keyakinan yang saya anut. Saya berdoa kepada Allah semoga tetap diberi kesehatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan juga untuk bangsa dan umat manusia,” ujarnya.
Di Kampung Pecinan Tambak Bayan, Imlek dirayakan dengan meriah melalui pementasan barongsai dan tari kipas. Para penari berkeliling gang-gang untuk menghibur warga dan berharap mendapat rezeki atau angpau. Warga setempat juga membagi-bagian makanan terutama kue keranjang kepada yang datang untuk melihat dan meramaikan Imlek di Tambak Bayan.
“Ini sudah tradisi,” kata Koordinator Pemuda Tambak Bayan Liem Kem Hao. Saat Imlek, kampung menjadi lebih cantik dengan dipasangi deretan lampion dan payung yang didominasi warna merah.