Perayaan Imlek 2570 di Glodok, Jakarta berlangsung meriah. Ratusan orang menyambutnya penuh suka cita. Dari jutaan harapan yang digantungkan ke langit, mereka tak lupa mendoakan keutuhan bangsa di tahun pemilihan umum ini.
Tepat pukul 00.00, Selasa (5/2/2019), ratusan orang yang berdoa di sejumlah kuil Vihara Dharma Bakti, Glodok, Jakarta Barat, berkumpul di beranda vihara. Dupa yang digenggam di tangan masing-masing, dibakar pada ratusan lilin yang menyala berjejer.
Di tengah kilauan cahaya lilin dan lampion, sembari memegang dupa, mereka menengadah ke langit.
Tanpa menghiraukan dentuman kembang api dan asap dupa yang mengepul, masing-masing menyampaikan harapan agar memperoleh peruntungan yang lebih baik. Sebagian berharap diberi kesehatan, rezeki yang cukup, jodoh, dan dijauhkan dari kesialan.
Chandra (37), warga yang turut merayakan hari baru di tahun Babi Tanah itu, berharap usaha bisnis yang tengah ia geluti sejak dua tahun lalu terus berkembang. Dia juga berdoa kepada Yang Maha Kuasa untuk segera mendapatkan pasangan hidup.
Chandra yang hadir bersama kerabatnya itu, sudah dua tahun merayakan Imlek jauh dari keluarga di Medan, Sumatera Utara. Padahal, Imlek baginya, seharusnya merupakan momen yang dinanti untuk berkumpul dan berziarah bersama keluarga.
Dari berbagai harapan, dia tak lupa berdoa agar di tahun 2019, tahun pemilihan umum ini berjalan kondusif dan damai. Kebersamaan dengan kerabat yang berbeda agama, suku dan ras selama dua tahun di Jakarta, sangat disayangkan jika harus berakhir akibat perbedaan pilihan politik.
Di bagian lain wihara, dihadapan patung Dewi Kwan Im, seorang lelaki setengah baya khusuk berdoa. Lelaki bernama Zakaria (70), itu tak berharap muluk-muluk, dia hanya meminta kepada Sang Khalik untuk diberi kesehatan agar berumur panjang.
"Saya juga berharap kerukunan antar umat beragama terus dijaga. Dulu agak susah untuk rayakan hari Imlek (Orde Baru), kalau sekarang sudah lebih baik," kata lelaki asal Sumur Batu, Jakarta Utara, itu.
Secara khusus, Ketua Yayasan Wihara Dharma Bhakti Gunawan Djayaputra, meminta agar perayaan Imlek tak perlu dilaksanakan berlebihan. Perayaan itu sejatinya merupakan perayaan menyambut datangnya musim semi yang sudah dilakukan turun temurun.
Catatan Kompas, Imlek merupakan perayaan musim semi di kalangan petani China kuno. Namun, karena di kalangan itu banyak penganut Tao, Konghucu, dan Buddha, Imlek kemudian diberi sentuhan keagamaan.
Bagi umat Konghucu, Imlek merupakan peringatan tahun kelahiran Kongsi atau Conficus, tokoh yang sarat dengan pesan moral. Sementara itu, bagi umat Buddha, perayaan dimulai setelah ajaran Buddha menyebar di China pada masa Dinasti Han (202 SM-221 M), di bawa Raja Han Ming Ti.
"Perayaan ini terbuka bagi siapa saja. Bagi yang merayakan, mari kita saling membantu terutama sesama kita yang membutuhkan," kata Gunawan.
Gunawan berharap agar Imlek dijadikan sebagai momentum untuk terus menjaga tali persaudaraan sesama anak bangsa. Saling mendoakan dan membantu sesama yang membutuhkan, sejatinya nilai utama yang perlu ditonjolkan dalam perayaan ini.
"Umat kami juga sudah menyiapkan acara bagi-bagi angpao kepada warga yang berdatangan dari berbagai daerah. Ada sekitar 800 sampai 1.000 orang yang akan mendapatkan angpao," tuturnya.
Di tengah semarak perayaan Imlek itu, Gunawan menuturkan tepat pukul 00.00, ia bersama umat Konghucu telah berdoa secara khusus agar di tahun politik ini, proses pemilihan umum dapat berlangsung damai.
Mereka pun meyakini segala persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia akan mampu dilewati. "Dari petunjuk Dewi Kwan Im, dikatakan bahwa awan terpencar, sinar rembulan pun muncul. Jadi tidak akan ada masalah apapun," katanya.
Melalui petunjuk itu, ia meminta masyarakat untuk menyambut tahun politik ini dengan penuh suka cita. Tak perlu khawatir untuk tidak menggunakan hak suara atau golput.
Justru, melalui partisipasi bersama dalam menyukseskan pesta demokrasi itu, akan lahir putra-putri terbaik Tanah Air yang membawa bangsa ini menjadi lebih baik. (STEFANUS ATO)