Keleteng See Hin Kiong yang berada di kawasan kota tua Padang menjadi pusat perayaan Tahun Baru Imlek 2570 warga keturunan Tionghoa di Padang. Berbagai doa dipanjatkan tidak hanya bagi diri sendiri dan keluarga, tetapi juga bagi Indonesia yang lebih damai, terutama di tahun politik, tahun ini.
Warga berdatangan ke Kelenteng See Hin Kiong untuk melaksanakan ibadah sejak Senin (4/5/2019) malam hingga Selasa (5/2) pagi. Ada yang datang sendiri atau bersama keluarga. Sebagian besar dari mereka terlihat mengenakan pakaian berwarna merah.
Untuk menyambut Imlek tahun ini, kelenteng yang berada di Kelurahan Kampung Pondok, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, itu sudah berbenah sejak seminggu terakhir. Kelenteng berusia 200 tahun dengan arsitektur China Selatan itu terlihat meriah dengan sedikitnya 1.500 lampion dipasang di halaman dan jalan sekitar kelenteng.
Warga Padang juga banyak yang datang untuk melihat prosesi ibadah Tahun Baru Imlek atau berswafoto dengan latar suasana Imlek. Tidak sedikit anak-anak yang tinggal di sekitar Kelenteng datang untuk mencari angpau dalam amplop merah yang dibagikan warga keturunan Tionghoa.
Begitu tiba di kelenteng, warga langsung masuk ke dalam dan memulai prosesi ibadah. Mereka menyalakan dupa, berdoa, dan membakar kertas uang dan lilin. Asap dari dupa, lilin-lilin besar, serta kertas uang yang dibakar di perapian mengepul di area kelenteng.
Begitu selesai ibadah, beberapa di antara mereka kemudian membagikan angpau. Setiap kali ada yang akan membagikan angpau, mereka langsung dikerubungi warga, terutama anak-anak, yang telah menunggu. Kadang, mereka harus berebut karena jumlah angpau yang dibagikan tidak banyak.
Ada juga yang membeli burung pipit yang dijual pedang kemudian dilepaskan di area kelenteng. Mereka percaya bahwa melepas burung bertujuan untuk membuang sial sekaligus mendatangkan rezeki dan kesehatan.
Selain melepas burung, ada juga yang berkunjung ke Rumah Abu ”Abadi”, makam atau tempat penyimpanan abu dari keluarga yang telah meninggal. Lokasinya berada sekitar 500 meter sebelah timur kelenteng. Di rumah abu ini, ada 350 abu yang disimpan di lemari-lemari kaca besar.
”Menurut tradisi, setiap perayaan Imlek kami harus mendatangi makam leluhur atau keluarga sebagai penghormatan sekaligus mengingat jasa-jasa mereka. Di sini, kami berdoa agar yang telah meninggal mendapat ketenangan dan kedamaian,” kata Titin Sumarni Deli (52) yang datang untuk melihat makam suaminya.
Berbagai harapan
Pada momen Imlek 2570 yang juga disebut tahun babi tanah ini, berbagai doa dan harapan disampaikan warga keturunan Tionghoa di Padang yang jumlahnya lebih dari 10.000 orang. Harapan itu baik untuk diri sendiri, keluarga, maupun Indonesia.
”Saya berdoa semoga kita semua bisa berubah lebih baik. Rezeki dan berkah Tuhan selalu melimpah,” ujar Titin yang datang bersama anak-anaknya yang mudik dari Pekanbaru, Riau.
Herman (46) yang sehari-hari bekerja sebagai karyawan swasta di Padang juga berharap agar tahun ini dimudahkan rezeki serta terhindar dari segala musibah dan mara bahaya. ”Agar itu bisa tercapai, kiat yang saya lakukan adalah lebih taat beribadah (sembahyang) dan beramal,” kata Herman.
Selain itu, Herman juga menitip doa agar tahun ini Indonesia dijauhkan dari bencana alam. Apalagi jika melihat pada 2018 berbagai bencana alam terjadi di Tanah Air, mulai dari gempa bumi di Lombok, Nusa Tenggara Barat, gempa dan tsunami serta likuefaksi di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, serta tsunami di Banten dan Lampung.
”Saya juga berharap, karena ini tahun politik, kondisi aman dan tidak ada konflik, termasuk perpecahan. Pada pemilihan presiden mendatang, siapa yang terpilih adalah yang terbaik dan semua orang bisa menerima dengan lapang,” kata Herman.
Karena ini tahun politik, kondisi aman dan tidak ada konflik, termasuk perpecahan.
Mei Sia (42), warga lain, juga berharap agar rezeki di tahun babi tanah ini juga semakin lancar serta keluarga selalu diberi kesehatan. Oleh karena itu, dia ingin bekerja lebih giat lagi. Dirinya juga berharap agar Indonesia semakin baik, lebih damai, dan jauh dari konflik-konflik, khususnya persoalan suku, agama, dan ras (SARA). ”Semoga ke depan urusan SARA tidak meruncing. Kita semua sama. Kita sama-sama warga negara Indonesia,” ujar Mei.
Ketua Kelenteng See Hin Kiong Padang David Chandra mengatakan, perayaan Imlek dari tahun ke tahun semakin meriah. ”Tahun ini sangat meriah. Kita bisa lihat sejak Pasar Malam Sincia (16-20 Januari 2019) untuk menyambut Imlek yang ramai dan didukung semua pihak. Itu sekaligus penting karena artinya kita sama-sama membangun toleransi,” kata David.
Menurut David, membangun toleransi di kawasan kota tua Padang, termasuk kelenteng, penting. Apalagi, kawasan tersebut sekarang menjadi salah satu ikon pariwisata Kota Padang. ”Jadi, siapa pun bisa ke sini. Tidak ada yang kami bedakan,” kata David.
Dari Padang, warga pun menyampaikan pesan damai dan toleransi dalam keberagaman.