Daerah pemilihan (Dapil) Kalimantan Barat II menjadi dapil baru pada Pemilu 2019 yang disertai dengan dominasi caleg wajah baru. Daerah Pemilihan pengembangan dari Dapil Kalimantan Barat ini tidak hanya menjadi ajang adu peruntungan caleg lokal tapi juga dari luar Kalimantan. Sah saja, asalkan jangan sampai pembangunan di dapil ini menjadi agenda yang dilupakan.
Secara keseluruhan, dapil Kalbar II diperebutkan oleh 54 caleg yang berkompetisi pada pesta demokrasi mendatang. Proporsi caleg lama dan baru terlihat timpang karena hanya ada dua caleg lama yang mencalonkan diri kembali.
Sisanya, diisi caleg baru yang belum pernah mencalonkan diri di dapil Kalimantan Barat pada pemilu sebelumnya. Asal domisili para caleg ini, terbanyak (19 caleg) berasal dari luar Kalimantan (Jabodetabek, Serang, dan Semarang). Diikuti 19 caleg dari Kalbar I dan 16 caleg dari Kalbar II.
Lebih detil lagi, dilihat dari 33 biodata yang masuk, karyawan swasta menjadi profesi terbanyak para caleg (13 orang). Sisanya bervariasi, dari wiraswasta, pensiunan, ibu rumah tangga, anggota legislatif. Sementara itu, dari sisi umur, mayoritas (17 orang) berusia 35-50 tahun. Sebanyak 6 orang berusia 21-34 tahun, dan 10 orang berusia lebih dari 50 tahun.
Mengapa antusiasme caleg baru begitu tinggi pada dapil baru ini? Salah satu jawabannya bisa jadi karena ingin mengembangkan sosial ekonomi di lima kabupaten dalamnya yang masih kurang.
Nilai rata-rata kegiatan ekonomi (PDRB) tahun 2016 berkisar 43,35 triliun atau berada di posisi 74 dari 80 dapil yang ada. Begitu pula dengan skor Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 64,28 yang berada di peringkat 72 dari 80 dapil.
Antusiasme para caleg baru di dapil baru ini diharapkan bukan sekadar ‘tes ombak’ untuk menguji popularitas pribadi ataupun partai. Namun diharapkan bisa memberikan jalan keluar bagi pengembangan sosial ekonomi Dapil Kalbar II yang masih tertinggal dibandingkan dapil tetangganya, Kalbar I. (YOHANES MEGA HENDARTO/LITBANG KOMPAS)