DEPOK, KOMPAS — Jumlah penderita demam berdarah dengue di Depok, Jawa Barat, awal Januari 2019 hingga kini meningkat hampir tujuh kali lipat dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018. Untuk mencegah peningkatan jumlah penderita, Pemerintah Kota Depok fokus memberantas sarang nyamuk di seluruh wilayah.
Wali Kota Depok Mohammad Idris Abdul Shomad mengatakan, jumlah pasien demam berdarah dengue (DBD) yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Depok mulai menurun. Hal ini terjadi karena gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) serentak mulai berdampak positif.
”Sebelumnya, pasien DBD yang dirawat di RSUD Kota Depok mencapai 200-an orang. Kini jumlahnya tinggal 20-an orang. Sisanya sudah rawat jalan. Artinya, PSN efektif,” kata Idris, di Balai Kota Depok, Rabu (6/2/2019).
Saat ditanya terkait dua orang yang meninggal karena DBD di Depok, Idris menyebutkan, kejadian tersebut akan dijadikan pembelajaran untuk mengevaluasi kondisi lingkungan, terutama pada saat peralihan musim.
”Pemerintah akan terus mengingatkan masyarakat untuk tetap menggalakkan PSN. Sebab, masyarakat juga sering lupa melakukan PSN saat sedang tidak musim DBD,” ujar Idris.
Masyarakat dan Pemkot Depok melaksanakan PSN dengan cara menguras penampungan air, menutup rapat penampungan air, dan mendaur ulang barang yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk (3M).
Selain itu, pemerintah juga mengimbau masyarakat untuk mencegah DBD, seperti menaburkan bubuk larvasida di tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, menggunakan obat antinyamuk, memasang kelambu saat tidur, mengatur ventilasi rumah, dan tidak menggantung pakaian yang bisa menjadi tempat hidup nyamuk.
Pengasapan atau fogging juga mulai digalakkan di daerah Depok belakangan ini. Meski demikian, pengasapan dinilai Idris tidak efektif untuk memberantas sarang nyamuk. Sebab, pengaruh pengasapan tidak berlangsung lama.
Dia berharap, PSN serentak dan pemantauan jentik melalui kader juru pemantau jentik (jumantik) bisa terus digalakkan. ”Gerakan satu rumah satu jumantik juga harus lebih diaktifkan lagi,” ucap Idris.
Setya Hadi Saputra dari Bagian Hubungan Masyarakat RSUD Kota Depok mengatakan, saat ini pasien DBD yang dirawat berjumlah 32 orang yang terdiri dari 10 pasien anak dan 22 pasien dewasa.
Sementara itu, jumlah keseluruhan pasien DBD yang dirawat di RSUD Kota Depok sejak Januari hingga 6 Februari 2019 sebanyak 242 orang.
Ditemui secara terpisah, Senin (4/2/2019), Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Depok Umi Zakiati mengatakan, sepanjang Januari 2019 ada 504 orang yang terduga menderita DBD. Dari jumlah tersebut, sebanyak 436 orang positif DBD, sementara 68 sisanya masih dalam tahap observasi.
Adapun sepanjang Januari 2018 ada 75 pasien DBD. Artinya, jumlah kasus DBD tahun ini melonjak hingga hampir 7 kali lipat. Dari 63 kelurahan yang ada di Depok, ada 5 kelurahan yang perkembangan jumlah penderita DBD-nya paling cepat, yakni Kelurahan Cipayung (38 kasus), Kelurahan Beji (36 kasus), Kelurahan Pancoranmas (34 kasus), Kelurahan Ratu Jaya (30 kasus), dan Kelurahan Harjamukti (22 kasus). (KRISTI DWI UTAMI)