Korban Meninggal di Sulut Tertinggi dalam 10 Tahun
Oleh
Jean Rizal Layuck
·3 menit baca
MANADO, KOMPAS - Sebanyak 15 orang meninggal di Sulawesi Utara akibat demam berdarah dengue sepanjang Januari 2019. Jumlah itu merupakan yang tertinggi dalam 10 tahun terakhir untuk periode bulan yang sama. Pemerintah daerah setempat berupaya menanggulangi persoalan itu, salah satunya dengan gerakan kebersihan lingkungan.
Kepala Dinas Kesehatan Sulut Debbie Kalalo, Selasa (5/1/2019), mengatakan, sebanyak 1.141 orang terjangkit demam berdarah dengue (DBD) di Sulut. Penderita terbanyak tercatat di Kota Manado, yakni sebanyak 371 kasus dengan 9 orang meninggal.
Adapun korban meninggal lainnya berasal dari Kabupaten Minahasa Tenggara sebanyak 2 orang, diikuti Kota Bitung, Tomohon, Sitaro, dan Sangihe masing-masing satu orang. Kementerian Kesehatan pun telah menetapkan DBD di Kota Manado sebagai kejadian luar biasa (KLB).
Debbie mengatakan, angka kematian DBD di Sulut sepanjang Januari 2019 merupakan yang tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir untuk periode bulan yang sama. Sebagai pembanding, angka kematian DBD pada Januari 2018 sebanyak 4 orang, sedangkan pada tahun 2017 sebanyak 2 orang.
Menurut Debbie, 1.141 kasus DBD selama Januari 2019 itu telah mencapai dua kali lipat jumlah kasus DBD tahun 2017 yang sebanyak 587. Namun, jumlah itu masih lebih rendah dibandingkan jumlah kasus pada tahun 2018 yang mencapai 1.776. Catatan lainnya, selama tiga tahun angka kasus DBD di Kota Manado tertinggi dari semua kabupaten/kota di Sulut.
Debbie mengatakan, tingginya penyebaran DBD di Sulut disebabkan perubahan musim. Curah hujan tinggi di Sulut sepanjang Januari, yang diikuti cuaca panas, telah menyuburkan perkembangan jentik nyamuk Aedes aegypti, pembawa virus DBD. “Air yang tergenang di rumah-rumah kosong di perumahan di Kota Manado memberi kontribusi tingginya penyebaran DBD,” katanya.
Pemantau jentik
Debbie pun menyatakan pihaknya sudah melakukan berbagai upaya untuk mencegah merebaknya DBD. "Mudah-mudahan Februari ini jumlah kasus menurun,” katanya. Dinas Kesehatan Sulut mencatat jumlah kasus DBD pada awal Februari hingga kemarin sebanyak 5 kasus.
Salah satu upaya untuk menekan jumlah kasus DBD yakni melalui sosialisasi di sekolah dan mengangkat setiap siswa atau pelajar menjadi juru pemantau jentik di rumahnya. Selain itu, ada pula kampanye gerakan bersih lingkungan setiap pekan di kelurahan.
Wali Kota Manado Vicky Lumentut mengatakan, penyebaran DBD di Manado disebabkan minimnya perhatian warga atas lingkungannya. Oleh karena itu, setiap pekan dirinya turun ke masyarakat memelopori gerakan bersih lingkungan.
Sepanjang Selasa kemarin, Vicky bersama ratusan staf Pemerintah Kota Manado melakukan kegiatan bersih kampung di Kelurahan Mahawu, Kecamatan Tuminting, pascabanjir dan tanah longsor di kawasan itu. “Kami harus turun untuk mengajak masyarakat membersihkan lingkungannya sendiri,” katanya.
Di samping itu, sebagian wilayah permukiman di Kota Manado juga telah dilakukan fogging (pengasapan) untuk pemberantasan nyamuk Aedes aegypti. Kementerian Kesehatan juga telah menurunkan tim untuk meneliti kasus DBD di Kota Manado terkait jenis jentik baru dari penularan virus tersebut.