JAKARTA, KOMPAS – Dinas Kesehatan DKI Jakarta memprediksi puncak kejadian luar biasa demam berdarah dengue atau DBD terjadi pada April 2019. Untuk itu, upaya pencegahan dan pengendalian penyakit ini perlu lebih gencar dilakukan.
Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta Etrina Eriawati di Jakarta, Rabu (6/2/2019) mengatakan, prediksi yang dilakukan oleh Dinkes DKI berdasarkan hitungan data kejadian kasus DBD dalam lima tahun terakhir. “Dari hitungan sudah terlihat sejak Januari ini kasus DBD diprediksi akan terus meningkat dan puncaknya pada April 2019. Baru setelah bulan itu, jumlah kejadian diprediksi akan menurun,” ujarnya.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat, sejak awal Januari hingga saat ini ada 938 kasus DBD. sebanyak 314 kasus ditemukan di Jakarta Selatan, 263 kasus di Jakarta Timur, 248 kasus di Jakarta Barat, 61 kasus di Jakarta Utara, 51 kasus di Jakarta Pusat, dan 1 kasus di Kepulauan Seribu.
Etrina menyampaikan, prediksi ini bisa menjadi peringatan bagi para petugas kesehatan di lapangan untuk lebih menggiatkan upaya pengendalian dan pencegahan DBD di masyarakat. Dinkes DKI pun saat ini telah bekerja sama dengan Badan Meteotologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk meprediksi angka kejadian DBD berdasarkan kelembapan udara.
“Semakin lembap udara, maka semakin mendukung pertumbuhan nyamuk Aedes aegypti yang menjadi vektor penularan DBD. Dari prediksi BMKG terlihat mulai Februari sampai Maret 2019 tingkat kelembapan udara di seluruh wilayah DKI sudah tinggi,” katanya.
RW rawan DBD
Ia menambahkan, pemerintah provinsi juga telah mendata sejumlah wilayah yang paling banyak ditemukan kasus DBD. Setidaknya sudah ada 39 RW yang masuk sebagai RW rawan DBD, antara lain RW 3, 8, 12, dan 11 Kelurahan Gandaria Utara, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, serta RW 2 dan 4 Kelurahan Petogogan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Dari RW rawan DBD ini nantinya akan menjadi prioritas petugas dalam upaya pencegahan dan pengendalian demam berdarah. “Semua pasukan akan dikerahkan secara ekstra di RW-RW yang masuk dalam RW rawan DBD. Jadi, pengecekan akan lebih rutin di lakukan serta upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) oleh kader jumantik juga gerakan 3M (menguras, menutup, dan mendaur ulang) lebih gencar lagi,” ucapnya.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan Fatmiaty menyampaikan, ada 12 RW di Jakarta Selatan yang masuk sebagai RW rawan DBD. RW tersebut tersebar di empat kelurahan, yakni Kelurahan Gandaria Utara, Cipete Uta, Kramat Pela, Gunung, dan Petogogan.
Dari data itu, pemerintah setempat terus menggencarkan upaya pemberantasan sarang nyamuk di rumah-rumah penduduk. Selain itu, pengecekan di lahan-lahan kosong juga terus dilakukan secara rutin. Fogging atau pengasapan pun terus dilaksanakan, baik di lingkungan tempat tinggal, fasilitas umum, serta sekolahan.