Penyesalan di akhir peristiwa terasa sia-sia. Rahmat Iwal (19) tewas saat melihat tawuran antarpemuda di Jalan Sumarno, Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur, Selasa (5/2/2019) subuh. Keluarga dan teman-teman korban diliputi kesedihan mendalam.
Iwal dikenal sebagai orang yang suka membantu anak-anak setempat melalui kegiatan di sanggarnya. Mata Rizky (12) masih sembap dan merah. Ia baru saja terbangun sekitar pukul 18.00. Sejak subuh peristiwa tawuran dan melihat Iwal disabet benda tajam, Rizky masih terjaga hingga pukul 14.00.
”Bang Iwal saat itu penasaran mendengar suara keramaian. Lalu ia mendekat dan ingin melihat,” kata Rizky mulai bercerita dengan suara serak dan terbata-bata. Ia terdiam sejenak dengan mata nanar kosong.
Saat peristiwa itu terjadi Rizky tidak berani mendekat karena disuruh Iwal untuk melihat dari jauh. ”Tiba-tiba dari arah seberang ada sekelompok pemuda datang menyerang membawa senjata tajam. Bang Iwal lari dan terpeleset,” kata Rizky yang tak melanjutkan ceritanya. Yuli, ibu Rizky, berusaha menenangkannya yang masih ketakutan.
Persis di depan ruko sekaligus warung pecel lele milik Ahmad Shohib (35), tubuh Iwal bersimbah darah. Setelah kejadian sedikit reda, beberapa teman Iwal berusaha membawanya ke rumah sakit dengan sepeda motor. Namun, Iwal tidak berhasil diselamatkan karena kehabisan darah.
Ketika membuka ruko, Ahmad hanya terdiam melihat puing pecahan botol, batu, dan banyak darah yang sudah mengering di aspal. Tidak ingin warungnya sepi, Ahmad menyirami dan menabur tanah untuk menghilangkan darah. Tak hanya itu saja, ia menemukan senjata tajam di samping pintu rukonya.
Kepala Tim Pengurai Massa Backbone Polres Metro Jakarta Timur Bripka Firman Fauzi mengatakan, senjata tajam jenis celurit sudah diamankan. Senjata tersebut diduga digunakan saat tawuran dan untuk menyerang korban.
Saat ini kepolisian masih menyelidiki penyebab tawuran. ”Belum tahu penyebabnya. Pemicu diduga karena antarkelompok saling ejek,” katanya.
Ahmad mengatakan, tidak ada warga yang berani melerai, hanya perintah untuk berhenti dan membubarkan diri. ”Ini bukan pertama kalinya, sudah sering. Sampai memakan korban baru kali ini,” kata Ahmad sembari mengiris bawang.
Beberapa warga sekitar mengatakan, peristiwa yang tak jauh dari Pengadilan Negeri Jakarta Timur sudah berlangsung tiga kali beruntun dari hari Sabtu hingga Selasa subuh. Warga pun tak tahu penyebab terjadinya tawuran.
Ahmad dan warga lainnya merasa risi, khawatir, dan takut dengan tawuran antarpemuda yang sering terjadi di sekitar lingkungan mereka. Potensi tawuran sering muncul jika anak-anak muda sudah berkumpul pada akhir pekan.
Dikenal baik
Iwal, pemilik sanggar Betawi dan ondel-ondel, dikenal sebagai pemuda yang baik oleh warga. Seperti penuturan Yuli dan Holim, setiap bertemu Iwal selalu menyapa dan salim mencium tangan. Tak hanya itu, di sanggarnya, Iwal menampung 15 anak-anak remaja yang kebanyakan putus sekolah. Iwal pun memberi makan mereka.
Beserta anak lainnya diajarkan cara membuat kerajinan dan pernak-pernik khas Betawi. Iwal juga sering bercerita tentang budaya Betawi.
Di sanggar tersebut, Rizky menuturkan, ia beserta anak lain diajarkan cara membuat kerajinan dan pernak-pernik khas Betawi. Iwal juga sering bercerita tentang budaya Betawi. ”Betawi budaya kita. Kita harus kenal sama budaya kita,” kata Rizky menirukan pesan Iwal.
Yuli merasa tidak pernah khawatir jika kedua anaknya, Abi (9) dan Rizky, tinggal di sanggar milik Iwal. Justru Yuli yang bekerja sebagai pekerja rumah tangga sangat berterima kasih karena Iwal sudah sangat baik kepada anaknya.
”Saya merasa anak saya aman jika mereka sering ikut Iwal ngamen ondel-ondel ke Senen, Tanah Abang, Kemayoran, dan tempat jauh lainnya,” kata Yuli yang sering diberi uang hasil ngamen ondel-ondel oleh kedua anaknya untuk keperluan rumah tangga dan ditabung.
Rizky mengatakan, Iwal tidak pernah memaksa dirinya dan Abi untuk ikut ngamen. ”Bang Iwal malah menyuruh kami untuk melanjutkan sekolah biar pintar,” kata Rizky yang ikut Iwal karena ingin keliling Jakarta.
Setiap kali ikut Iwal ngamen ondel-ondel, mereka bisa mendapat sekitar Rp 500.000 bahkan lebih. Rizky mengatakan, uang tersebut kemudian dibagi. Sehari biasanya Rizky mendapat Rp 40.000 hingga Rp 100.000, sedangkan adiknya bisa mendapat Rp 80.000 hingga Rp 120.000.
Selama ngamen ondel-ondel, Ahmad, Abi, dan anak-anak lain juga dibelikan makan. Sesampai di sanggar sekitar pukul 22.00, Iwal kembali membelikan makan untuk anak-anak.
Kepergian Iwal meninggalkan luka dan sedih bagi warga sekitar, terlebih anak-anak yang selama ini selalu bersamanya. Tawuran justru memakan korban dari pihak yang tak pernah sama sekali ikut-ikutan. Hanya karena rasa penasaran, Iwal justru disabet oleh senjata tajam. (AGUIDO ADRI)