Dana Kemanusiaan Kompas Bantu Surabaya Menuju Kota Bebas BAB Sembarangan
Pembaca Harian Kompas ikut berkontribusi mewujudkan Kota Surabaya, Jawa Timur, menuju daerah bebas buang air besar sembarangan. Melalui Dana Kemanusiaan Kompas, bantuan itu diberikan berupa pembangunan 300 unit jamban sehat senilai Rp 1 miliar.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS – Pembaca Harian Kompas ikut berkontribusi mewujudkan Kota Surabaya, Jawa Timur, menuju daerah bebas buang air besar sembarangan. Melalui Dana Kemanusiaan Kompas, bantuan itu diberikan berupa pembangunan 300 unit jamban sehat senilai Rp 1 miliar.
Serah terima bantuan secara simbolis dilakukan Ketua Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) Rusdi Amral kepada sejumlah warga Kelurahan Sumberrejo, Kecamatan Pakal, Kamis (7/2/2019). Acara yang menjadi rangkaian perayaan Hari Pers Nasional (HPN) di Surabaya itu turut dihadiri Ketua Persatuan Wartawan Indonesia Atal Sembiring Depari, Kepala Dinas Sosial Kota Surabaya Supomo, dan Camat Pakal Tranggono.
Sedangkan, penandatanganan nota kesepahaman DKK pembangunan jamban sehat ini dilakukan Rusdi dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di sela Welcome Dinner Peserta Kongres ke-25 Serikat Perusahaan Pers, di kediaman Wali Kota Surabaya, di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (6/2).
Bantuan berupa jamban sehat dipilih karena Surabaya belum dinyatakan bebas dari buang air besar sembarangan. Data Dinas Sosial Kota Surabaya menyebutkan, dari 154 kelurahan di Surabaya, baru 60 kelurahan yang dinyatakan bebas buang air besar sembarangan. Oleh sebab itu, DKK ingin memberi kontribusi menjadikan Surabaya bebas buang air besar sembarangan melalui pembangunan jamban sehat.
Tranggono menuturkan, bantuan yang diberikan DKK diharapkan bisa mempercepat Kecamatan Pakal menjadi daerah bebas buang air besar (BAB) sembarangan. Sebagian warga yang tidak memiliki jamban merupakan warga kelompok miskin dan berpendidikan rendah sehingga tidak mampu membangun jamban sendiri.
“Sulit rasanya jika warga harus membangun jamban sendiri, perlu kerja sama dengan swasta untuk membangun jamban sehat agar kesehatan warga lebih baik,” ucapnya.
Rusdi mengatakan, bantuan pembangunan jamban sehat diberikan kepada 300 keluarga di Kecamatan Pakal. Total bantuannya sebesar Rp 1 miliar dan diperkirakan mampu membangun 300 unit jamban sehat. Anggaran pembangunan per unit jamban sekitar Rp 3 juta.
Mereka yang berhak menerima adalah keluarga yang belum memiliki jamban dan atau septik tank di rumah. Sebab, sebagian warga yang tinggal di kawasan dekat dengan kawasan tambak itu membangun saluran pembuangan langsung ke sungai dan tambak. Beberapa di antaranya juga masih menumpang buang air besar di tempat tetangga.
Melalui bantuan yang berasal dari sumbangan pembaca setia Harian Kompas ini diharapkan bisa meningkatkan kesehatan masyarakat sekaligus menjadikan Surabaya sebagai kota bebas buang air besar sembarangan. Sebagai salah satu syarat rumah sehat, keberadaan jamban di rumah merupakan hal vital dan dapat berpengaruh kepada kesehatan dan ekonomi masyarakat.
“DKK bekerja sama dengan Unit Pembinaan Keluarga Miskin (UPKM) di tingkat kelurahan. Mereka yang akan membangun jamban di rumah-rumah warga,” ucapnya.
Hidup Sehat
Salah satu penerima bantuan, Zainul Arifin (59), berterima kasih atas bantuan yang diberikan pembaca Harian Kompas ini. Sebelum menerima bantuan jamban sehat, pria yang bekerja sebagai buruh serabutan ini langsung mengalirkan saluran pembuangan ke tambak yang berada persis di belakang rumah.
“Saya tidak punya uang untuk membangun septik tank. Selama puluhan tahun, saya harus menahan bau tidak sedap jika membuka pintu belakang rumah karena air tercemar kotoran,” ucap Arifin.
Selama puluhan tahun, saya harus menahan bau tidak sedap jika membuka pintu belakang rumah karena air tercemar kotoran
Ketua UPKM Kelurahan Sumberrejo Muhammad Tahir Ghazali (72) menuturkan, pembangunan satu unit jamban sehat membutuhkan waktu sekitar sehari. Pengerjaannya dilakukan gotong royong oleh anggota UPKM dan warga setempat. Keberadaan septik tank diharapkan bisa mengurangi pencemaran di sungai dan tambak yang ada di kampung mereka.
“Dahulu, warga masih enggan membangun septik tank karena dianggap menyimpan kotoran di rumah dan ketiadaan biaya. Namun, kini mereka mau membangun septik tank agar rumah menjadi sehat dan terhindar dari penyakit,” kata Tahir.
Atal menilai, setiap perayaan HPN juga diisi dengan kegiatan sosial. Bantuan dari DKK berupa jamban sehat dinilai penting karena berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat. Dia pun meminta masyarakat untuk menjaga jamban tersebut agar awet dan tahan lama.