Ekonomi Indonesia Seharusnya Bisa Tumbuh hingga 7 Persen
Oleh
Ayu Pratiwi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perekonomian Indonesia yang tumbuh 5,17 persen pada 2018 dinilai belum cukup memuaskan. Sebab, pada periode yang sama, pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara berkembang di kawasan ASEAN diperkirakan hampir 7 persen.
”Pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak jelek. Tetapi, apabila dibandingkan dengan negara berkembang seperti kita, ternyata pertumbuhan kita lebih rendah,” ujar Guru Besar Manajemen Pembangunan Pesisir dan Lautan dari Institut Pertanian Bogor Rokhmin Dahuri, Kamis (7/2/2019), dalam acara diskusi di DPN Kombatan, Jakarta.
Mengutip proyeksi dari Bank Pembangunan Asia, pada 2018, pertumbuhan ekonomi Filipina diperkirakan 6,8 persen, Vietnam 7,1 persen, Myanmar 6,8 persen, dan Kamboja 7 persen. Adapun Dana Moneter Internasional (IMF) mencatat, rata-rata pertumbuhan ekonomi pada 2018 negara-negara Asia Tenggara sebesar 5,3 persen dan Asia Selatan 7,1 persen.
”Jadi, Indonesia, sebagai negara berkembang yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang besar, seharusnya pertumbuhan ekonomi 7 persen itu tidak sulit,” kata Rokhmin, yang juga Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2001-2004.
Ia menambahkan, agar negara berkembang dapat naik kelas menjadi negara maju, diperlukan pertumbuhan ekonomi tahunan sebesar 7 persen secara berturut-turut selama 15 tahun. Indonesia pernah mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar itu pada masa Orde Baru, tetapi durasinya tidak sampai 15 tahun.
Rokhmin juga menyayangkan produk domestik bruto per kapita Indonesia yang di bawah rata-rata dunia. Pada 2018, PDB per kapita Indonesia Rp 56 juta atau 4.000 dollar AS. Berdasarkan data dari IMF, rata-rata PDB per kapita di negara berkembang 5.240 dollar AS.
Untuk menjadi negara maju atau berpendapat tinggi, Bank Dunia menetapkan PDB per kapita di atas 12.235 dollar AS.
Ekonomi maritim
Menurut Rokhmin, dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia, ekonomi maritim memiliki potensi yang besar. Menurut perhitungannya, nilai ekonomi maritim mencapai 1,5 triliun dollar AS per tahun dan memiliki potensi lapangan kerja 45 juta orang.
Ekonomi maritim Indonesia meliputi 11 sektor, yaitu perikanan tangkap, perikanan budidaya, industri pengolahan perikanan dan hasil laut, industri bioteknologi kelautan, ESDM, pariwisata bahari, perhubungan laut, kehutanan, sumber daya wilayah pulau-pulau kecil, industri dan jasa maritim, dan SDA non-konvensional (Kompas, 8/1/2019).
Sayangnya, potensi maritim baru dimanfaatkan 25 persen. Menurut Rokhmin, Indonesia belum bisa memanfaatkan kekayaan alamnya secara maksimal karena kemampuan teknologinya yang rendah. Ia memperkirakan, 70 persen kebutuhan teknologi Indonesia dipenuhi oleh produk impor.
”Di negara maju, yang kapasitas ipteknya kelas satu, 75 persen kebutuhan teknologi dipenuhi oleh bangsanya sendiri. Di Indonesia, kapasitas ipteknya baru kelas tiga,” ujar Rokhmin.
Connie Rahakundini Bakrie, pengamat militer, menambahkan, ekonomi tidak bisa tumbuh kuat apabila tidak didukung oleh kemampuan pertahanan yang kuat.
”Semua yang kita miliki akan hilang dari tangan kita apabila kita tidak memiliki kemampuan pertahanan yang kuat dan kebijakan politik luar negeri yang benar. Hambatan atau ancaman dari luar harus bisa kita antisipasi,” kata Connie.