Kecamatan Cilandak Gelar Lomba Kampung Bebas Jentik
Oleh
Dian Dewi Purnamasari
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengantisipasi penyakit demam berdarah dengue, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan menggelar lomba Kampung Bebas Jentik. Lomba diikuti setiap rukun warga di Cilandak.
Camat Cilandak Tomy Fudihartono mengatakan, program Kampung Bebas Jentik (KBJ) ditetapkan sejak tahun 2017 melalui surat keterangan (SK) camat. Program ini dibuat untuk mendukung program Pemkot Jaksel yang menggalakkan antisipasi DBD di Jakarta Selatan.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat, pada 1 Januari-4 Februari 2019, kasus demam berdarah dengue (DBD) terbanyak di Jakarta Selatan, yakni 297 kasus, di Jakarta Timur 248 kasus, Jakarta Barat 233 kasus, Jakarta Utara 57 kasus, dan Jakarta Pusat 43 kasus.
Dalam lomba KJB 2019, setiap kelurahan mengirimkan dua RW sebagai perwakilan untuk dinilai. RW yang mewakili kelurahan adalah wilayah yang memiliki kasus DBD tertinggi di kelurahan tersebut. Penilaian ini diharapkan dapat memotivasi warga masyarakat.
Selama ini, mereka yang aktif kegiatan jumantik hanyalah para kader yang ditunjuk. Dengan program ini, diharapkan seluruh warga dapat menerapkan program jumantik mandiri. Seluruh pihak, baik pengurus RT/RW, tokoh masyarakat, maupun warga, diharapkan lebih aktif dalam kegiatan ini.
”RW yang ikut lomba akan mendapatkan empat kali penilaian dalam setahun. Untuk periodenya sendiri digunakan setiap triwulan,” kata Tomy.
Penilaian RW akan dilakukan setiap tiga bulan sekali selama triwulan I-IV. Setelah itu, RW akan mendapatkan penilaian akhir ditotal dari keseluruhan yang mereka dapatkan setiap triwulan.
Adapun kriteria penilaian lomba tersebut adalah inovasi yang dilakukan oleh RW. Misalnya, pembuatan perangkap nyamuk, memelihara ikan cupang di genangan air yang digunakan sebagai sarang jentik nyamuk, menanam pohon antinyamuk, dan memberikan denda kepada warga yang kedapatan rumahnya memiliki jentik nyamuk. Inovasi paling baru, menarik, dan efektif akan mendapatkan nilai tertinggi hingga 8-9 poin.
”Nanti yang menilai kegiatan ini ada tim gabungan dari kecamatan, puskesmas, Suku Dinas Kelautan dan Ketahanan Pangan (KPKP), Kehutanan, Lingkungan Hidup, Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (PPAP),” kata Tomy.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Jaksel Arifin menambahkan, pemkot saat ini sedang membahas berbagai cara untuk menangani kasus DBD di Jakarta Selatan. Inovasi diharapkan tidak hanya dilakukan oleh Sudin Kesehatan, tetapi juga peran aktif dari masyarakat.
Seluruh pihak diminta bersinergi untuk mencegah merebaknya DBD. Target dari Pemkot Jaksel pada Februari ini adalah membuat wilayah tersebut bebas dari DBD. Oleh karena itu, seluruh pihak akan dikerahkan untuk mengatasi masalah tersebut.
”Masalah nyamuk ini kita tidak bisa bergerak satu dua orang saja. Kita kerahkan semua masyarakat, RT/RW, dasawisma, PKK, karang taruna, dan seluruh potensi yang ada,” ujar Arifin.
Sebelumnya, Pemkot Jaksel memberikan peringatan kepada kelurahan yang memiliki kasus DBD tertinggi di wilayah tersebut. Kepala Subbagian Tata Usaha Sudin Kesehatan Jaksel Nuril Astuti mengatakan, pemkot akan memberikan peringatan lewat spanduk bertuliskan ”Daerah Ini Rawan DBD” di satu kelurahan dengan kasus DBD tertinggi. Spanduk peringatan diharapkan dapat menyadarkan masyarakat supaya daerahnya terbebas dari penularan DBD, (Kompas, Rabu 6 Februari 2019).