Menunggu Kehadiran Alun-alun di Depok
Sebagian pengguna internet berpendapat sinis tentang Kota Depok, Jawa Barat. Kota di selatan Jakarta ini berkembang seakan tanpa arah. Jaringan transportasi umum yang terbatas, drainase yang sering mampet, serta pengelolaan sampah menjadi bahan untuk menyudutkan pemerintah setempat.
Belum lagi bicara tentang ruang terbuka hijau (RTH). Depok adalah satu dari sedikit kota di Indonesia yang tidak memiliki alun-alun. Namun, kabar mengejutkan datang pekan ini. Alun-alun yang sering dijadikan bahan ejekan itu hampir selesai dibangun. ”Akhirnya sebentar lagi Depok punya alun-alun,” kata Indra J (45), warga Kelurahan Beji, Kecamatan Beji, Depok, Jawa Barat.
Jika tidak ada aral melintang, impian Indra dan warga Depok lain sebentar lagi terwujud di Kelurahan Kali Baru, Kecamatan Cilodong. Alun-alun ini diharapkan bisa menjadi pusat interaksi warga Depok. Sayangnya, tempat yang didambakan warga itu tidak berada di pusat kota. Jika yang disebut pusat kota adalah lokasi Balai Kota Depok, calon alun-alun yang dimaksud berada 6 kilometer dari pusat pemerintahan setempat.
Baca juga: Konsep Kota Mandiri yang Melenceng
Akses ke calon alun-alun ini juga belum terjangkau transportasi umum. Belum terbayang bagaimana alun-alun itu menjadi pusat interaksi jika akses ke sana nanti belum dibenahi.
Sementara pilihan menjadikan alun-alun itu di sana dapat dimengerti karena sulitnya menjadi RTH di pusat kota. Minimnya RTH di kota ini pernah diprotes Jaringan Advokasi Ruang Terbuka Hijau Kota Depok. Mereka melayangkan somasi kepada Pemkot Depok pada Februari 2018. Somasi disampaikan mengacu pada kebutuhan RTH minimal 30 persen dari luas kota, sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Wali Kota Depok Mohammad Idris Abdul Shomad menyebutkan, saat ini Depok baru memiliki 16 persen RTH. Dari jumlah itu, 10 persen dalam penguasaan pemerintah, termasuk sempadan situ dan sempadan sungai. Sisanya berada pada pengelolaan swasta. Jumlah luasan ini jauh di bawah standar kebutuhan sesuai UU Penataan Ruang.
Baca juga: Sebentar Lagi Depok Punya Alun-alun
Untuk menambah komposisi RTH, Idris memutuskan membangun alun-alun berkonsep RTH di lahan seluas 3,6 hektar di Jalan Boulevard, kawasan Grand Depok City, Kali Baru, Cilodong, Depok. Idris menuangkan gagasan itu dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Depok 2021. Gagasan itu juga menjadi janji politik Idris saat menjadi calon Wali Kota Depok ketika kampanye.
Pemkot Depok membangun alun-alun itu dengan dana Rp 90 miliar yang terbagi dalam dua tahap pengerjaan. Pembangunan tahap pertama fokus pada penyediaan beberapa fasilitas olahraga, seperti, lintasan lari, arena BMX, taman papan luncur, dinding panjat, lapangan basket, lapangan futsal, serta pusat kebugaran luar ruang. Untuk pembangunan pada tahap ini, dana yang dipakai sebesar Rp 32 miliar.
Sementara itu, pada tahap kedua, akan dibangun arena bermain anak dan fasilitas olahraga ringan yang ramah orang lansia. Idris berharap alun-alun ini menjadi pusat interaksi warga Kota Depok. Selama ini, ruang-ruang interaksi terjalin di taman-taman yang berada di sejumlah tempat di Depok. Luasan taman itu tidak seluas alun-alun yang sedang disiapkan. Di luar tempat ini, ruang interaksi warga terjalin di pusat-pusat perbelanjaan.
Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Depok Dudi Miraz Imaduddin saat ditemui di Balai Kota Depok, Rabu (6/2/2019), mengatakan, saat ini progres pembangunan alun-alun sudah mencapai 92 persen. Ia menargetkan, alun-alun tahap pertama akan selesai dibangun paling lambat 17 Februari 2019.
Dalam pembangunan tahap pertama, beberapa fasilitas pendukung telah selesai dibangun, yakni toilet umum, mushala, dan lahan parkir. Penerangan dan beberapa hiasan lain juga sudah tampak terpasang di beberapa sudut alun-alun.
Di beberapa daerah, alun-alun dibangun di tengah kota dekat dengan pusat pemerintahan. Di Yogyakarta, misalnya, dua alun-alun, yakni Alun-alun Utara dan Alun-alun Selatan, dibangun di sisi utara dan selatan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Dalam buku berjudul Arsitektur Kota Jawa: Kosmos, Kultur & Kuasa karya karya Jo Santoso yang diterbitkan pada 2008 disebutkan, keberadaan alun-alun sangat penting karena menyangkut beberapa aspek. Pertama, alun-alun melambangkan ditegakkannya suatu sistem kekuasaan atas suatu wilayah tertentu, sekaligus menggambarkan tujuan dari harmonisasi antara dunia nyata dan universum.
Kedua, alun-alun berfungsi sebagai tempat perayaan ritual atau keagamaan. Ketiga, alun-alun sebagai tempat untuk mempertunjukkan kekuasaan militer yang bersifat profan dan merupakan instrumen kekuasaan dalam mempraktikkan kekuasaan sakral dari sang penguasa. Lebih lanjut disebutkan, keberadaan alun-alun berfungsi sebagai ruang publik terbuka yang biasa dijadikan tempat rakyat bertemu dan tempat pengaduan rakyat kepada raja.
Rabu sore, Kompas mengunjungi proyek pembangunan alun-alun ini. Jarak dari pusat Kota Depok menuju alun-alun sekitar 6 kilometer. Dengan kondisi jalan yang ramai lancar, perjalanan menggunakan sepeda motor memakan waktu sekitar 17 menit. Hingga kini, belum ada angkutan perkotaan yang melintasi jalan raya di depan alun-alun ini.
Pada saat malam, penerangan di sepanjang jalan menuju alun-alun sangat minim. Belum semua jalan menuju alun-alun sudah diaspal. Lubang berukuran kecil hingga besar juga terdapat di beberapa bagian jalan. Dewita (25), warga di sekitar alun-alun, mengatakan, daerah tersebut rawan kejahatan.
Arsitek proyek PT Merdeka Inti Persada selaku pengembang Alun-alun Depok, Adi Wijaya, menyebutkan, lokasi alun-alun yang jauh dari pusat kota sejalan dengan tren pengembangan Depok. Ia menilai, saat ini, arah pembangunan Kota Depok lebih menyebar, tidak lagi terpusat di tengah kota. Beberapa hal yang menurut Adi penting setelah pembangunan alun-alun adalah pembenahan aksesibilitas menuju alun-alun.
Alun-alun yang sudah lama dinanti warga Depok sebentar lagi bisa digunakan. Namun, sejauh ini, warga belum dapat memastikan apakah tempat itu sesuai dengan kebutuhan mereka. Apakah warga dapat dengan nyaman menggunakannya sebagai ruang interaksi? Pertanyaan ini belum ada jawabannya hingga tempat itu selesai dibangun. (KRISTI DWI UTAMI)