Pasar India Prospektif bagi Industri Waralaba Indonesia
Oleh
Khaerudin
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – India dinilai sebagai pasar prospektif bagi industri waralaba di sektor makanan dan minuman. Kemiripan cita rasa makanan India dan Indonesia bisa menjadi peluang usaha bagi waralaba lokal untuk berekspansi ke India.
Menurut data Asosiasi Restoran Nasional India (The National Restaurant Association of India/NRAI), rata-rata pertumbuhan industri makanan cepat saji di India adalah 22 persen per tahun. Sektor ini diprediksi berkontribusi pada produk domestik bruto India sebesar 2,1 persen pada 2021.
Potensi pasar India pun dinilai masih sangat prospektif. Selain karena besarnya jumlah penduduk, tingkat belanja konsumen juga diprediksi meningkat. Menurut Kementerian Industri Pengolahan Makanan India, peningkatan konsumsi di India dipengaruhi oleh tujuh faktor. Ketujuh faktor tersebut antara lain perubahan gaya hidup sehingga waktu untuk memasak berkurang, perkembangan sektor pariwisata, dan kemudahan konsumen mengakses produk.
Ketua Umum Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia (WALI) Levita G Supit mengatakan, India menjadi salah satu pasar prospektif untuk bisnis waralaba, khususnya di sektor makanan. Cita rasa makanan berempah Indonesia dinilai cocok dengan selera konsumen India.
“Menurut saya, peluang industri waralaba lokal untuk ekspansi ke luar negeri baik. Tapi, tetap harus diperhatikan perkembangan bisnisnya dan cita rasa produk harus bisa diterima (konsumen luar negeri),” kata Levita saat dihubungi dari Jakarta, Kamis (7/2/2019).
Peluang besar pasar India ini dimanfaatkan oleh salah satu perusahaan waralaba makanan asal Indonesia, Kebab Turki Baba Rafi, untuk merambah pasar internasional mereka. Produk Kebab Turki Baba Rafi akan mulai dipasarkan pada Juni 2019 di Kolkata, India.
Franchise Development Kebab Baba Rafi Syamsir mengatakan, cita rasa makanan masyarakat India dan Indonesia cenderung mirip. Oleh sebab itu, ia optimistis produknya akan lebih mudah diterima konsumen India.
“Selera lidah konsumen di tiap negara berbeda-beda. Kami akan melakukan riset untuk menemukan formula (resep) yang cocok di lidah konsumen. Ini tidak mudah dan tidak bisa dilakukan dengan cepat. Kami juga akan mengombinasikan produk kami dengan makanan khas India,” kata Syamsir pada sebuah konferensi pers di Jakarta.
Selain India, Kebab Baba Rafi sudah berkespansi ke sejumlah negara, antara lain Malaysia, Filipina, Bangladesh, Srilanka, Brunei Darussalam, Belanda, China, dan Singapura. Tercatat ada 1.300 gerai waralaba yang tersebar di Indonesia dan luar negeri. Rencananya, akan ada tambahan 200 gerai yang dibuka hingga akhir 2019.
Naik daun
Menurut Levita, bisnis waralaba atau franchise tengah naik daun, baik di Indonesia, Asia, Eropa, maupun Amerika Serikat. Bisnis waralaba dinilai cocok bagi masyarakat yang ingin berwirausaha dengan risiko minimal.
“Ada tren masyarakat untuk menjadi enterpreneur. Ini juga tidak lepas dari dorongan pemerintah kepada anak muda untuk berwirausaha. Selain itu, dengan waralaba, pelaku usaha tidak perlu memulai bisnisnya dari nol,” kata Levita.
Pada 2019, para pelaku waralaba lokal akan didorong untuk menembus pasar luar negeri. Levita mengatakan, pihaknya bersama Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) telah bekerja sama dengan kedutaan besar di sejumlah negara. Kerja sama bertujuan untuk mengenalkan bisnis waralaba Indonesia di negara-negara prospektif, seperti di Asia dan Eropa.
Menurut data Kementerian Perdagangan, ada 700 jenis waralaba dengan 250.000 gerai di Indonesia pada 2017. Dari data itu, persentase waralaba nasional dan lokal ialah 63 persen, sementara sisanya asing. Omzet waralaba mencapai Rp 172 triliun per tahun dan diperkirakan naik 10 persen per tahun. Bisnis waralaba juga tercatat menyerap 90.000 tenaga kerja (Kompas, 22/5/2017).
Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) mencatat, ada lebih dari 200 jaringan waralaba dengan penyerapan tenaga kerja lebih dari 5 juta orang. Pertumbuhan bisnis ini meningkat 10-15 persen per tahun. AFI menargetkan industri waralaba indonesia bisa mencapai transaksi sebesar Ro 75 triliun pada 2018. Angka ini lebih tinggi dibanding 2017, yaitu Rp 70 triliun (Kompas.id, 21/7/2018).
Levita mengatakan, target transaksi industri waralaba pada 2018 tercapai dengan nilai melebihi target. Ia memprediksi, nilai transaksi bisnis waralaba bisa melebihi Rp 100 triliun pada 2019.
“Kami beserta para pelaku usaha juga sedang membuat rencana untuk menaikkan omzet waralaba . Kami harap lebih banyak pelaku waralaba yang merambah pasar luar negeri di 2019. Sebab, belum banyak pelaku waralaba lokal yang go international. Mungkin hanya sekitar 10 persen dari total waralaba lokal Indonesia,” kata Levita. (SEKAR GANDHAWANGI)