Awan Panas 2 Kilometer, Warga Klaten Diimbau Tetap Tenang dan Waspada
KLATEN, KOMPAS — Gunung Merapi di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah mengeluarkan awan panas guguran dengan jarak luncur 2 kilometer ke arah hulu Kali Gendol, Kabupaten Sleman, DIY, Kamis (8/2/2019) pukul 18.28. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Klaten mengimbau masyarakat tetap tenang, tetapi meningkatkan kewaspadaan.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida, Kamis malam, di Yogyakarta, membenarkan bahwa Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas.
Berdasarkan data BPPTKG yang dirilis di akun Twitter resmi lembaga itu, awan panas guguran teramati di Gunung Merapi pada pukul 18.28 dengan jarak luncur 2 km ke arah hulu Kali Gendol, amplitudo 70 milimeter, dan durasi 215 detik.
Sesudah menyampaikan informasi itu, BPPTKG juga menyatakan, terjadinya awan panas guguran dan guguran lava berpotensi menimbulkan hujan abu. ”#WargaMerapi diharap tetap tenang serta selalu mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik”, tulis BPPTKG di akun resmi Twitter-nya.
Sebelum keluarnya awan panas guguran itu, Merapi tercatat mengalami guguran lava dengan jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan beberapa hari sebelumnya. Data BPPTKG menunjukkan, pada Kamis sejak pukul 00.00 sampai 18.00, Merapi tercatat mengalami 98 kali guguran lava.
Sebanyak 98 kali guguran itu terdiri dari 17 kali guguran pukul 00.00 sampai dengan pukul 06.00, sebanyak 49 guguran pada pukul 06.00 sampai dengan pukul 12.00, dan 32 guguran pada pukul 12.00 sampai dengan pukul 18.00. Durasi guguran-guguran tersebut berkisar antara 12 detik dan 157 detik.
Dari 98 kali guguran lava itu, empat guguran di antaranya bisa teramati dengan jarak luncur 550 meter hingga 900 meter. Semua guguran lava yang teramati itu mengarah ke hulu Kali Gendol.
Jumlah guguran yang terjadi di Merapi pada Kamis itu lebih banyak dibandingkan dengan kondisi pada beberapa hari sebelummya. Pada Rabu (6/2/2019), misalnya, Merapi mengalami 54 kali guguran, pada Selasa hanya ada 30 kali guguran, sementara pada Senin terjadi 36 guguran.
Baca juga: Merapi Keluarkan Awan Panas Sejauh 2 Kilometer
”Dari guguran-guguran lava pijar yang terjadi selama ini, semalam itu ada guguran awan panas yang paling panjang, dari puncak sampai 2 km. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) telah merilis guguran tersebut tidak ada yang membahayakan, masih tetap aman,” kata Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten Dody Hermanu di Klaten, Jawa Tengah, Jumat (8/2/2019).
Hermanu mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak terpancing dengan isu-isu mengenai erupsi Gunung Merapi dari sumber yang tidak jelas. Masyarakat di kawasan risiko bencana (KRB) III, yaitu Desa Sidorejo, Balerante, dan Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, saat ini tetap beraktivitas seperti biasa, tetapi diingatkan untuk terus meningkatkan kewaspadaan. ”Masyarakat di Balerante, Sidorejo, dan Tegalmulyo kalau malam rutin ronda. Setelah status Merapi menjadi Waspada, warga tiga desa itu selalu melakukan ronda malam,” katanya.
Dody mengatakan, BPBD Klaten terus memantau perkembangan kondisi Gunung Merapi. Personel BPBD rutin menyambangi tiga desa KRB III tersebut untuk ronda bersama warga. Walaupun Merapi masih berstatus Waspada, BPBD Klaten telah menyiapkan lokasi-lokasi pengungsian jika status Merapi nantinya naik menjadi Siaga. Ada tiga shelter pengungsian disiapkan, yaitu Shelter Kebondalem Lor di Kecamatan Prambanan untuk pengungsi dari Balerante. Shelter Menden di Kecamatan Kebonarum untuk pengungsi Sidorejo, serta Shelter Demakijo di Kecamatan Karangnongko untuk menampung pengungsi dari Tegalmulyo.
Akan tetapi, karena kapasitas shelter terbatas, BPBD Klaten bersama pemerintah desa mengupayakan konsep desa paseduluran. Saat ini ada 25 desa paseduluran yang disiapkan untuk menampung pengungsi. Pengungsi bakal ditampung di rumah-rumah warga desa paseduluran itu. BPBD Klaten nantinya tetap membantu logistik.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Klaten Nurcahyo mengatakan, shelter pengungsi itu masing-masing hanya mampu menampung 250 orang sehingga daya tampung total sebanyak 750 jiwa. Padahal, jumlah warga di tiga desa KRB III mencapai sekitar 10.000 jiwa.
Saat ini ada 25 desa paseduluran yang disiapkan untuk menampung pengungsi. Pengungsi bakal ditampung di rumah-rumah warga desa paseduluran itu. BPBD Klaten nantinya tetap membantu logistik.
Menurut Nurcahyo, untuk pengungsian penduduk, BPBD Klaten akan selalu mengikuti rekomendasi BPPTKG. Jika status Gunung Merapi dinaikkan menjadi Siaga dan BPPTKG merekomendasikan warga di KRB III diungsikan, warga akan segera diungsikan. ”Kalau ada perintah menurunkan (mengungsikan warga) akan kami ikuti,” katanya.
Nurcahyo mengatakan, ada tiga jalur evakuasi di wilayah Klaten, yaitu jalur timur dari Tegalmulyo-Shelter Demak Ijo, jalur barat dari Balerante-Shelter Kebondalem Lor, dan jalur tengah dari Desa Sidorejo-Shelter Menden. Secara umum jalur barat dan tengah dalam kondisi baik, tetapi jalur timur sebagian jalannya rusak. Dari sekitar 10 kilometer, ruas jalan di jalur timur rusak sepanjang lebih kurang 5 kilometer. Kerusakan jalan itu akibat seringnya dilintasi truk-truk pasir. ”Tahun ini menurut rencana diperbaiki dengan anggaran Rp 7 miliar,” katanya.
Awan panas
Menurut situs Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan, pada tahun 2010, Gunung Merapi mengeluarkan awan panas. Dalam kejadian tersebut, Merapi mengeluarkan awan panas yang sangat ganas di perbatasan Jawa Tengah-Yogyakarta. Awan panas yang dimuntahkan Gunung Merapi sering disebut wedhus gembel memiliki suhu 1.000-1.100 derajat celsius saat keluar kawah dan ketika menerjang permukiman menjadi sekitar 500-600 derajat celsius. Kecepatan wedhus gembel bisa mencapai 200 km per jam.
Nama wedhus gembel diambil karena gerakan dari muntahan Merapi tersebut bergumpal-gumpal, berwarna keputihan, dan dari jarak jauh seperti bulu wedhus gembel (domba). Maka, warga setempat menamakannya wedhus gembel.
Wedhus gembel yang memiliki nama ilmiah pyroclastic density flow adalah zat padat (debu vulkanik dengan ukuran mulai dari ash sampai lapili) dan fase gas (CO2, sulfur, klorin, uap air, dan lainnya) yang bercampur udara. Pada Gunung Merapi, guguran dari lava baru akan membentuk awan panas. Awan panas akan mengalir melalui zona lembah dan aliran sungai.
Gunung Merapi merupakan salah satu gunung api yang paling aktif dan berbahaya di dunia. Hal ini karena Merapi memiliki aktivitas awan panas paling banyak dari gunung api di dunia. Gerakan awan panas Merapi bisa mencapai 7-13 kilometer dari puncak. Karena itu, saat terjadi erupsi, warga yang berada di lereng Merapi sangat dianjurkan untuk mengungsi dan mencari tempat yang aman.
Baca juga: Mengenal Awan Panas