Indonesia berada di bawah Thailand sebagai negara produsen karet. Pada 2017, produksi karet Indonesia sebanyak 3,4 juta ton, sedangkan Thailand sekitar 4,75 juta ton. Sayangnya, harga karet saat ini masih rendah, yaitu 1,33 dollar AS per kilogram.
Harga yang rendah itu jelas kurang menguntungkan dari sisi penerimaan devisa ekspor. Setidaknya, harga karet diharapkan bisa 1,5 dollar AS-1,6 dollar AS per kilogram. Apalagi, dari 3,6 juta ton produksi karet Indonesia, hampir 3 juta ton produk karet remah (crumb rubber) diekspor.
Dari sisi petani, harga yang diterima jauh lebih rendah karena mata rantai perdagangan karet yang panjang, yaitu melalui pedagang pengumpul. Selain itu, kualitas juga memengaruhi harga karet di tingkat petani.
Ada beberapa faktor yang membuat harga karet di pasar dunia turun. Pertama, harga karet sangat ditentukan pedagang internasional melalui bursa komoditas di Singapura. Padahal, Singapura bukan negara produsen karet. Bursa komoditas di Singapura dinilai tidak merefleksikan kondisi fundamen stok dan perdagangan karet jenis umum atau jenis karet yang banyak diperdagangkan.
Kedua, ada persepsi stok karet di pasar dunia cukup besar. Memang ada stok karet jenis khusus atau tertentu di China. Hal ini menimbulkan kesan stok produk karet jenis umum, yang secara volume banyak diperdagangkan dan digunakan industri pengguna, berlimpah. Kelebihan stok karet jenis khusus di China yang berbeda dengan karet jenis umum ini memengaruhi bursa perdagangan karet di Singapura. Akibatnya, harga karet tertekan.
Terlepas dari faktor eksternal terhadap pembentukan harga karet, Indonesia sebagai produsen karet sebenarnya dapat memengaruhi harga karet. Indonesia dapat diperhitungkan dalam pembentukan harga karet jika industri hilir atau industri produk akhir dari bahan karet berkembang di Indonesia. Dengan demikian, permintaan karet di pasar domestik besar.
Permintaan yang besar di pasar domestik ini akan membuat ekspor produk karet mentah atau setengah jadi berkurang. Stok dan harga karet di pasar dunia dapat terpengaruh. Selain industri hilir, produk aspal karet yang digunakan secara masif dapat mendorong kebutuhan karet di dalam negeri. Lagi-lagi, hal itu bisa memengaruhi harga dunia secara tak langsung.