Neraca Pembayaran Indonesia 2018 Defisit 7,1 Miliar Dollar AS, Terdalam Sejak 2014
Oleh
Karina Isna Irawan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Neraca pembayaran Indonesia pada Januari-Desember 2018 defisit 7,1 miliar dollar AS dan merupakan yang terdalam sejak tahun 2014. Defisit transaksi berjalan jadi penyumbang utama.
Struktur neraca pembayaran Indonesia tahun 2018 terdiri dari transaksi berjalan defisit 31,1 miliar dollar AS dan transaksi modal dan finansial surplus 25,2 miliar dollar AS.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Statistik Bank Indonesia Yati Kurniati, saat merilis data neraca pembayaran Indonesia di Jakarta, Jumat (8/2/2019), mengatakan, defisit transaksi berjalan pada triwulan IV-2018 sebesar 9,1 miliar dollar AS atau 3,57 persen produk dometik bruto (PDB). Defisit itu lebih tinggi dari triwulan III-2018 karena laju impor barang nonmigas lebih tinggi dari ekspor.
Selain neraca perdagangan, defisit transaksi berjalan triwulan IV-2018 juga akibat defisit neraca jasa sebesar 1,6 miliar dollar AS dan neraca pendapatan primer sebesar 7 miliar dollar AS. Sedangkan, neraca pendapatan sekunder surplus 2 miliar dollar AS. Secara keseluruhan, defisit transaksi berjalan pada Januari-Desember 2018 sebesar 31,1 miliar dollar AS atau 2,98 persen PDB.
“Defisit berada dalam batas yang aman karena bisa ditutup surplus transaksi modal dan finansial. Tahun ini, BI berupaya menurunkan defisit transaksi berjalan pada kisaran 2,5 persen PDB,” kata Yati.
Yati mengatakan, tantangan untuk memperbaiki defisit transaksi berjalan pada triwulan I-2019 masih cukup berat. Kondisi tersebut dipengaruhi kinerja ekspor yang belum optimal, pertumbuhan ekonomi global yang melambat, serta penurunan harga komoditas global. Meski demikian, ruang perbaikan tetap masih ada.
Pemerintah diharapkan mengoptimalkan kebijakan yang berorientasi peningkatan ekspor dan perlambatan impor, seperti penggunaan biodiesel 20 persen (B20), pengembangan industri pengolahan otomotif, dan pariwisata. “Perlambatan ekspor barang primer bisa dikompensasi dengan perbaikan manufaktur dan jasa,” kata Yati.
Sejauh ini kebijakan pemerintah belum berdampak signifikan terhadap perbaikan defisit transaksi berjalan. Sebab, mayoritas kebijakan baru terealisasi pada triwulan IV-2018, seperti B20 dan penundaan sebagian pembangunan infrastruktur. Dampak kebijakan baru dari pariwisata yang tercermin dalam peningkatan ekspor jasa perjalanan dari 13,1 miliar dollar AS (2017) menjadi 14,1 miliar dollar AS (2018).
Dalam berbagai kesempatan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menuturkan, salah satu quick wins untuk memperbaiki defisit transaksi berjalan adalah pariwisata. Untuk itu, pemerintah menyalurkan kredit usaha rakyat untuk sektor produktif berbasis pariwisata. KUR itu bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan fasilitas dasar di lokasi wisata.
Selain itu, pemerintah juga mempersiapkan kebijakan peningkatan ekspor jangka pendek atau kurang dari satu tahun, yaitu penyederhanaan prosedur ekspor melalui pengurangan laporan survei dan larangan pembatasan ekspor, serta efisiensi logistik. Pemerintah juga tengah menganalisis dua komoditas utama ekspor, yakni minyak sawit (CPO) dan produk tambang.
Arus modal masuk
Kendati defisit sejak awal tahun, tetapi neraca pembayaran pada triwulan IV-2018 surplus 5,4 miliar dollar AS. Defisit transaksi berjalan mampu diimbangi surplus transaksi modal dan finansial. Oleh karena itu, posisi cadangan devisa pada akhir Desember 2018 menjadi 120,7 miliar dollar AS atau setara pembayaran 6,5 bulan impor dan utang luar negeri pemerintah.
Yati mengatakan, surplus transaksi modal dan finansial tahun 2018 sebesar 25,2 miliar dollar AS ditopang arus modal yang mulai masuk pada triwulan IV-2018. Arus modal masuk mayoritas berupa investasi portofolio dan investasi lainnya, seperti penarikan simpanan bank di luar negeri oleh swasta dan net penarikan utang dagang oleh korporasi.
Arus dana asing yang masuk melalui instrumen portofolio sepanjang tahun 2018 sebesar 9,3 miliar dollar AS. Masuknya investasi portofolio ke dalam negeri seiring meningkatkan arus masuk pada instrumen surat utang negara (SUN) rupiah, penerbitan obligasi global oleh pemerintah dan korporasi, serta arus kembali dari pembelian saham oleh asing.
“Kendati portofolio dan investasi lainnya tumbuh, tetapi arus masuk investasi langsung asing tahun 2018 relatif stabil sebesar 20,1 miliar dollar AS,” kata Yeti.