BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Bank Indonesia Provinsi Lampung bersinergi dengan Pemerintah Kabupaten Lampung Barat meningkatkan kualitas kopi robusta. Langkah itu antara lain melalui pemberian mesin pengolahan pascapanen serta pendampingan pada petani.
”Bantuan ini untuk stimulus. Tujuan utamanya, kami ingin meningkatkan kemampuan petani mengolah kopi,” kata Kepala Kantor Bank Indonesia Lampung Budiharto Setyawan di sela-sela acara penyerahan bantuan mesin secara simbolis di Liwa, Jumat (8/2/2019). Acara tersebut dihadiri oleh Bupati Lampung Barat Parosil Mabsus dan sejumlah pejabat satuan perangkat daerah.
Bantuan mesin bagi petani kopi di Lampung Barat merupakan bagian dari Program Sosial Bank Indonesia. BI Lampung menganggarkan Rp 210 juta untuk memberikan bantuan, antara lain mesin sortir, mesin pengupas kulit, mesin penyangrai, dan mesin penggiling kopi untuk petani di Lampung Barat, Tanggamus, dan Way Kanan.
Selain itu, BI Lampung juga memberikan pendampingan dan pelatihan tentang pengolahan pascapanen secara tepat. Dengan begitu, petani diharapkan mendapat nilai tambah dari menjual kopi bubuk yang lebih berkualitas.
Di Lampung Barat masih banyak petani yang memanen kopi secara asal. Mereka tidak menerapkan cara petik merah saat panen. Petani juga tidak melakukan penyortiran serta masih menjemur kopi di atas tanah. Akibatnya, kualitas kopi tidak baik dan harga jualnya rendah.
Untuk mendongkrak pemasaran, BI Lampung juga mendorong petani untuk mengoptimalkan penggunaan media sosial. Cara itu juga dapat membuat kopi petani semakin dikenal.
M Yusuf, Ketua Kelompok Tani Muda Margo Rahayu, Desa Tambak Jaya, Kecamatan Way Tenong, mengatakan, kelompoknya mendapat bantuan mesin pemotong rumput. Selain itu, mereka juga mendapat bantuan mesin mengupas kulit, mesin penyangrai, dan mesin penggiling kopi.
Menurut dia, petani mendapat nilai tambah hampir tiga kali lipat dari hasil penjualan kopi bubuk. Saat ini, 1 kilogram kopi bubuk dijual Rp 125.000. Adapun biji kopi dijual Rp 45.000 per kg.
Data Dinas Perkebunan dan Peternakan Lampung Barat menunjukkan, pada 2018, luas areal tanaman kopi robusta di Lampung Barat mencapai 53.976 hektar. Produksi kopi robusta mencapai 52.058 ton. Adapun jumlah kelompok petani kopi robusta lebih dari 850 kelompok.
Sekolah kopi
Bupati Lampung Barat Parosil mengapresiasi upaya BI Lampung untuk meningkatkan kualitas kopi robusta di daerahnya. Selama ini, masih ada petani yang menjual kopi dalam bentuk biji sehingga harga jualnya rendah. Dia berharap pendampingan dari BI dapat meningkatkan semangat petani untuk melakukan pengolahan pascapanen sehingga kesejahteraan petani meningkat.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Lampung Barat Agustanto Basmar mengatakan, Pemkab Lampung Barat tengah menyiapkan program sekolah kopi untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani. Ini sebagai bentuk komitmen pemerintah dalam mendorong hilirisasi kopi.
Tahun ini, pemkab menyiapkan lahan seluas 4,9 hektar untuk membangun sekolah kopi serta kebun percobaan. Pemerintah juga mengalokasikan anggaran Rp 2,1 miliar untuk membangun gedung pelatihan.
”Menurut rencana, peletakan batu pertama akan dilakukan pada Mei 2019. Gedung akan dibangun secara bertahap. Untuk pelatihan, kami akan mulai pada Desember 2019,” ujar Agustanto.
Selain itu, pemkab juga mulai memasukkan pengolahan kopi sebagai kurikulum pada sekolah menengah kejuruan. Sebagai percontohan, SMK Negeri 1 Kebun Tebu, Lampung Barat, mulai membuka jurusan perkebunan kopi tahun ini.
Agustanto berharap semakin banyak petani dan pemuda di Lampung Barat yang paham tentang budidaya dan pengolahan kopi. Dengan begitu, kualitas kopi robusta sebagai komoditas ekspor juga semakin baik.