JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah mendorong pengembangan budidaya ikan cobia. Ikan laut berdaging putih ini diharapkan mengisi pasar dalam negeri dan ekspor. Budidaya ikan cobia masih dalam tahap pengembangan induk dan benih di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung.
Produk dan menu masakan ikan cobia (Rachycentron canadum) diperkenalkan dalam Bazar Produk Perikanan yang digelar di Gedung Mina Bahari III Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta, pada 7-8 Februari 2019. Pengenalan ikan cobia, yang identik dengan gabus laut, itu dipaparkan BBPBL Lampung.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet Soebjakto, saat dihubungi di Jakarta, Kamis (7/2/2019), mengakui, potensi pasar ikan cobia besar, tetapi masih belum digarap.
Mulai tahun ini, KKP memfasilitasi BBPBL Lampung untuk merekayasa budidaya ikan cobia agar ongkos produksi lebih efisien. Dengan demikian, harga pokok pembelian (HPP) dapat ditetapkan Rp 20.000-Rp 30.000 per kilogram (kg). Dengan HPP sebesar itu, ikan cobia dapat diterima pasar.
Usaha budidaya ikan cobia yang digarap di tambak atau keramba jaring apung ditargetkan untuk dikembangkan menjadi skala industri. Masa produksi ikan cobia berlangsung satu tahun dengan bobot 5-6 kg per ekor. Dengan hasil panen berukuran besar, ikan berpotensi diolah menjadi irisan atau filet.
KKP menggandeng pelaku usaha untuk mulai menggarap usaha budidaya ikan cobia. ”Target kami, tahun ini ikan cobia bisa diterima masyarakat, dipasarkan, serta diekspor,” kata Slamet.
Secara terpisah, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia Budhi Wibowo mengatakan, ekspor cobia sangat tergantung harga bahan baku agar kompetitif.