Proses dan Hasil Pemilu Jadi Pertimbangan Investor
Oleh
M Fajar Marta
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perkembangan investasi ke depan, terutama investasi asing langsung atau foreign direct investment, dinilai oleh sejumlah kalangan bergantung pada proses dan hasil Pemilihan Umum 2019. Selain itu, rekam jejak serta latar belakang kedua calon presiden-wakil presiden juga tentu menjadi pertimbangan bagi investor.
”Para investor, khususnya investor asing, akan menunggu dan melihat bagaimana proses pemilu nanti berjalan, apakah lancar dan aman atau tidak. Sebab, stabilisasi ekonomi penting untuk mengambil keputusan berinvestasi,” kata Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani, saat dihubungi Kompas, Jumat (8/2/2019).
Shinta menilai, kedua pasangan capres-cawapres, baik Joko Widodo-Ma’ruf Amin maupun Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, memiliki rekam jejak yang cukup baik dalam urusan bisnis di mata investor. Terlebih lagi mereka juga paham bahwa untuk maju tidak bisa hanya mengandalkan investasi lokal.
”Kita butuh investasi asing untuk mengambil keuntungan dari supply chain global,sharing teknologi, peningkatan kapasitas pekerja, serta penggunaan teknologi untuk mendukung Revolusi Industri 4.0. Maka, bagi investor termasuk pelaku usaha, yang penting adalah pemilu berjalan aman, lancar, dan damai agar ekonomi bisa terus maju,” papar Shinta.
Secara terpisah, Kepala Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri menyampaikan hal serupa. Menurut dia, interdependensi menjadi poin penting bagi kedua pasangan capres-cawapres dalam meyakinkan investor asing menanamkan modalnya di Indonesia.
Meski demikian, Yose menyebutkan, yang perlu disoroti saat ini adalah visi-misi kedua pasangan capres-cawapres. Ia menilai, kedua pasangan masih mengangkat kemandirian ekonomi. Padahal, semua negara di dunia pasti saling tergantung, termasuk Indonesia. ”Ada interdependensi, kita bergantung pada perekonomian negara lain, begitu pun sebaliknya,” ujarnya.
Dalam visi-misi Jokowi-Ma’ruf, kata ”kemandirian” disebutkan 15 kali, tetapi kata ”internasional” hanya satu kali dan dua kali kata ”global”. Sementara dalam visi-misi Prabowo-Sandiaga, kata ”kemandirian” disebutkan lima kali, kata ”internasional” hanya satu kali, dan tidak ada kata ”global” (Kompas, 19 Oktober 2018).
”Tentu investor akan melihat hal ini sebagai salah satu indikator. Apakah Pemerintah Indonesia ke depan masih berfokus dan menaruh perhatian yang besar terhadap permasalahan ekonomi serta apakah iklim investasi Indonesia ramah bagi investor,” lanjut Yose.
Hambatan
Siapa pun yang terpilih nantinya, Yose mengingatkan, masih ada sejumlah pekerjaan rumah yang harus segera dibenahi. Pekerjaan rumah ini masih menjadi hambatan bagi investor asing.
”Permasalahan klasik seperti biaya logistik dan transportasi yang tinggi, belum adanya kepastian regulasi bagi investor asing, serta ditambah masalah perizinan impor membuat investor berpikir ulang berinvestasi di Indonesia,” ucap Yose.
Tahun 2015, misalnya, untuk mengurus perizinan di sektor infrastruktur kelistrikan, butuh waktu 1.117 hari atau lebih dari tiga tahun. Perkebunan dan pertanian butuh 886 hari atau lebih dari dua tahun. Infrastruktur perhubungan perlu 743 hari.
Siapa pun yang terpilih nantinya, masih ada sejumlah pekerjaan rumah yang harus segera dibenahi. Pekerjaan rumah ini masih menjadi hambatan bagi para investor asing.
Jika dibandingkan, jumlah perizinan di Indonesia dua kali lebih banyak daripada di Hong Kong. Namun, waktunya lebih lambat enam kali lipat daripada Singapura dan biayanya 25 kali lebih mahal dibandingkan dengan Brunei Darussalam (Kompas, 15 Desember 2018).
Sejalan dengan itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Hariyadi Sukamdani menyampaikan hal senada. Menurut dia, segala macam investasi, khususnya untuk investasi jangka panjang yang padat modal, investor akan menunggu hasil pemilu dan melihat arah kebijakan dari kandidat terpilih.
”Ketidakpastian itu, kan, masih ada. Namun, yang pasti, regulasi mengenai penanaman modal asing harus jelas dan dapat meyakinkan investor asing,” ujar Hariyadi. (SHARON PATRICIA)