JAKARTA, KOMPAS – Tiga lifter Indonesia yang tampil di Kejuaraan Angkat Besi Internasional Piala EGAT di Chiang Mai, Thailand, Jumat (8/2/2019), mengukir hasil manis dengan ketiganya merebut medali. Namun, lifter “Merah Putih” tidak boleh cepat berpuas diri mengingat masih banyak agenda kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020 yang harus dihadapi dengan persaingan yang lebih ketat.
Dalam kejuaraan yang termasuk kualifikasi Olimpiade itu, Deni (kelas 67 kg) merebut tiga emas, melalui angkatan total 303 kg, snatch 132 kg, dan clean and jerk 171 kg. Jumlah angkatan total Deni masih lebih rendah dari penampilan terakhirnya di Kejuaraan Dunia 2018, November lalu, dengan jumlah angkatan 310 kg (snatch 140 kg, clean and jerk 170 kg).
Bermain di kelas 73, lifter senior Triyatno membawa pulang dua emas untuk angkatan total 322 kg dan snatch 142 kg, serta perak untuk clean and jerk 180 kg. Jumlah angkatan peraih dua medali Olimpiade ini juga lebih rendah dari Kejuaraan Dunia 2018 dengan angkatan total 325 kg (snatch 145, clean and jerk 180 kg).
Lifter putri Acchedya Jagaddhita (59 kg) merebut medali perunggu untuk angkatan snatch 97 kg. Acchedya menempati peringkat keempat untuk angkatan total 214 kg dan clean and jerk 117 kg.
Deni merasa bersyukur dapat memperoleh tiga medali emas. “Tetapi, dalam kejuaraan selanjutnya saya harus bisa bermain lebih baik lagi agar dapat poin peringkat dunia lebih baik. Dengan begitu, kuota menuju Olimpiade bertambah,” katanya dari Chiang Mai.
Deni sebenarnya punya peluang memperbaiki jumlah angkatan apabila bisa melakukan enam kesempatan angkatan dengan sempurna. Tetapi, Lifter peraih medali emas SEA Games Kuala Lumpur 2017 gagal melakukan dua angkatan snatch dan satu angkatan clean and jerk.
Di klasemen Kualifikasi Olimpiade 2020, saat ini Deni menempati peringkat dunia ke-12 dengan poin 884,7686. Untuk dapat tampil di Olimpiade, Deni harus bisa masuk dalam delapan besar dunia. Berada pada peringkat dunia teratas adalah Mayora Pernia Julio Ruben (Venezuela) dengan poin 1.922,8889.
Manajer tim angkat besi Indonesia Sonny Kasiran berharap lifter Indonesia tidak cepat berpuas diri mengingat persaingan selanjutnya lebih berat. “Tujuan utama kami adalah meraih kuota Olimpiade. Semoga peak performance atlet bisa dicapai di kejuaraan selanjutnya di Fuzhou, China, akhir bulan ini,” katanya.
Sonny mengatakan, dengan sistem kualifikasi yang ditetapkan oleh Federasi Angkat Besi Internasional, tim “Merah Putih” harus berjuang mengatur periodisasi latihan dan kejuaraan agar atlet dapat menunjukkan penampilan terbaiknya dalam kualifikasi Olimpiade yang bergulir berturut-turut.
Dominasi lifter China
Di kejuaraan yang termasuk dalam kualifikasi Olimpiade 2020 itu, Acchedya sukses melakukan tiga angkatan snatch sempurna dengan jumlah angkatan snatch terbaik 97 kg. Menempati peringkat pertama dan kedua adalah lifter asal China, yaitu Luo Xiaomin dengan angkatan 104 kg dan Zhang Yujuan dengan angkatan 98 kg.
Xiaomin juga meraih emas untuk angkatan total 222 kg dan perunggu untuk angkatan clean and jerk 118 kg. Sementara Yujuan mendapat dua perak untuk angkatan total (221 kg) dan clean and jerk 98 kg.
Acchedya gagal saat melakukan angkatan clean and jerk ketiga dengan beban 120 kg. Akibatnya, lifter berusia 21 tahun itu kehilangan kesempatan meraih medali. Untuk jenis angkatan ini, Acchedya harus puas menempati peringkat keempat dengan angkatan 117 kg. Lifter Jepang, Andoh Mikiko berjaya di urutan pertama dengan angkatan 125 kg.
Jumlah total angkatan Acchedya melebihi penampilannya di Kejuaraan Dunia 2018 di Ashgabat, Turkmenistan, November lalu. Di ajang dengan poin peringkat dunia tertinggi itu, Acchedya mengukir jumlah angkatan total 212 kg (snatch 96, clean and jerk 116 kg).
Sonny Kasiran mengatakan, penampilan Acchedya di kejuaraan ini cukup bagus. “Namun, dia masih perlu meningkatkan penampilannya lagi terutama dalam hal mental untuk mengangkat beban yang lebih berat,” ujar Sonny dari Chiang Mai.